Memiliki Suami tampan,baik, penyanyang, pengertian, bahkan mertua yang baik adalah sebuah keberuntungan. Tapi bagaimana jika semua itu adalah hanya kamuflase?
Riska Sri Rahayu istri dari Danang Hermansyah. Mereka sudah menikah selama 4 tahun lebih namun mereka belum memiliki buah hati. Riska sempat hamil namun keguguran. Saking baiknya suami dan mertua nya tidak pernah mengungkit soal anak. Dan terlihat sangat menyanyangi Riska, Riska tidak pernah menaruh curiga pada suaminya itu.
Namun suatu hari Riska terkejut ketika mendengar langsung dari sang mertua jika suami nya sudah menikah lagi. Bahkan saat ini adik madu nya itu tengah berbadan dua.
Riska harus menerima kenyataan pahit manakala yang menjadi adik madu nya adalah sepupu nya sendiri.
Sanggupkah Riska bertahan dan bagaimana Riska membalaskan sakit hati nya kepada para pengkhianat yang tega menusuk nya dari belakang?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kim Yuna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 4 Mulai Penyelidikan
Mas Danang memang sudah satu tahun belakangan tidak memberikan nafkah lahir. Bukan tanpa alasan, tapi aku meminta nya untuk membantu di toko. Pertama kali kami pulang ke sini, Mas Danang pernah merintis usaha dengan berjualan bakso. Rame di awal tapi makin ke sini kian sepi karena banyak saingan. Lalu beralih menjadi pedagang es cream. Sayangnya kurang prospek di daerah kami. Terakhir berganti jualan buah. Lagi-lagi bangkrut. Akhirnya aku meminta nya untuk membantu di toko.
Toko sembako yang kubangun dari hasil uang jamsostek yang kudapatkan selama bekerja dulu semasa gadis. Aku dan Mas Danang sama-sama bekerja di pulau Jawa. Kamu satu perusahaan lalu kami saling mengenal dan menikah. Namun beberapa bulan setelahnya perusahaan tersebut bangkrut. Akhirnya, kami pulang ke kampung halaman Mas Danang. Kebetulan tanah tempat aku tinggal adalah hasil warisan dari kakek. Sebagai ganti dari Ayahku yang telah tiada terlebih dahulu. Kakek hanya memiliki dua anak. Ayah dan adiknya.
Sedangkan, uang jamsostek Mas Danang di gunakan untuk merehab rumah yang kami tempati saat ini serta untuk modal bakso.
"Riska! kenapa kamu melamun? kamu jangan berpikir yang macam-macam, Nak. Suamimu di sana cari nafkah bukan yang lainnya."
Bu, mungkin aku percaya seandainya aku tidak mendengar langsung obrolan kalian tadi sore. Sayangnya, kini aku sudah tidak bisa percaya sedikitpun pada kalian berdua.
"Bu, untuk beberapa hari kedepan Riska mau pulang kampung, ke rumah mama. Nanti Riska izin sama Mas Danang. Besok pagi Riska anterin belanjaan untuk Ibu."
"Lalu bagaimana dengan tokonya? Apa kamu mau tutup juga? Sayang loh pendapatan perhari nya."
Ibu terlihat keberatan setelah mendengar jika aku akan pulang kampung otomatis pasti akan tutup toko.
"Ada acara keluarga di sana, Bu. Aku tidak mau ngoyo (arti: memaksakan diri) dalam mencari uang. Mas Danang kan sudah bisa menafkahi aku. Lalu untuk siapa aku bekerja terlalu ngoyo? Lagian, di sana hanya beberapa hari saja kok."
Lagi-lagi aku berbohong. Sebenarnya, bukan acara keluarga tapi aku ingin melakukan penyelidikan kepada sepupuku, Siska Aulia. Dan aku juga bukan pulang ke rumah melainkan ke alamat Siska yang ada di daerah Sukajadi.
"Oh yah sudah kalau memang itu maumu. Tapi jangan lama-lama di sana. Ibu takut kalau sendiri di sini."
***
Pagi-pagi sekali aku datang ke rumah Ibu untuk mengantarkan belanjaan dan uang pegangan dari Mas Danang.
"Bu, ini belanjaan serta uang pegangan Ibu." ku serahkan tiga lembar uang berwarna merah dan beberapa kantong sembako. Memangnya jumlahnya sedikit-sedikit, tapi semua ada. Jumlahnya juga sudah tidak sebanyak yang biasa aku beri. Itu karena ulahnya sendiri.
"Riska, kenapa hanya segini? ini mana cukup untuk pegangan Ibu selama satu bulan ke depan?."
"Bu, Ibu kemarin dengar sendiri kan kalau Mas Danang hanya memberi uang satu setengah. Kalau di bagi dua jadi berapa?. Tujuh ratus lima puluh ribu bukan? empat ratus lima puluh aku kasihkan dalam bentuk sembako sisanya tiga ratus ribu. Kalau masih kurang, Ibu bisa minta uang pada Mas Danang. Aku mau pamit ke kampung halaman Bu, Assalamualaikum." Tanpa melihat ekspresinya segera kuraih punggung tangan Ibu mertua kemudian berlalu begitu saja.
Aku tahu kalau Ibu pasti cukup kesal. Karena biasanya aku tidak pernah perhitungan tentang kebutuhan Ibu bahkan aku selalu memberi lebih, walaupun uang pemberian Mas Danang hanya sedikit.
Tapi karena kemarin mereka membahas tentang harga diri suami adalah bisa mencari nafkah dengan uangnya sendiri. Aku akan melakukan apapun seperti yang mereka katakan.
Sebenarnya tidak ada yang salah jika suami menafkahi istrinya justru itu adalah kewajiban tapi aku tidak terima dengan alasan Mas Danang mencari nafkah karena ingin mendua di perantauan.
Sedangkan aku di sini hanya sebagai sapi perah untuk memenuhi kebutuhan ibunya.
Ibu, mungkin suatu hari nanti ibu dan anakmu itu akan menyesal karena sudah tega mengkhianatiku.
Aku berjalan keluar rumah mertua sambil tersenyum miring. Tunggu saja sebentar lagi pengkhianatan kalian akan terbongkar.
[Mas, aku izin ke rumah mama.] pesan kukurimkan ke nomer Mas Danang setelah berada di dalam mobil travel.
Caraku meminta izin ini salah. Seharusnya aku izin dulu baru pergi. Bukan malah seperti ini. Dan seharusnya tidak ada kebohongan hatiku yang terlanjur sakit tidak lagi memperdulikan prosedur siang seharusnya.
[Sama siapa, Sayang?.] Mas Danang membalas pesanku dengan segera.
[Sendirian, Mas.]
[Hati-hati di jalan yah, Sayang. Jaga hati dan jaga diri selama Mas tidak ada di dekatmu.] Membaca pesan ini sebelum mengetahui pernikahan mu, mungkin aku akan berbunga-bunga, Mas. Sebab di usia 4 tahun pernikahan kamu masih romantis. Namun saat ini rasanya aku muak.
[Seharusnya aku yang ngomong gitu ke kamu Mas, perempuan macam Aku, tidak pernah berpikir untuk selingkuh, sekalipun suami tidak memberi nafkah dengan sempurna, tapi laki-laki macam Mas Danang mudah sekali tebar pesona, bahkan tidak menutup kemungkinan, punya selingkuhan di luar, atau bisa jadi sudah punya istri baru di sana, dan seandainya kamu menikah lagi, aku tidak masalah, hanya saja aku akan....] Sengaja tidak aku teruskan, biarlah Mas Danang berpikir macam-macam.
Kaget-kaget lah membaca balasanku ini, Mas!
Aku tersenyum miring saat membayangkan wajah suamiku yang tegang di sana. Dan akhirnya aku menonaktifkan handphone dalam genggaman lalu memasukkan nya ke dalam tas.
***
Aku sudah tiba di tempat tujuan . Aku pun sengaja menyewa penginapan yang tidak terlalu jauh dari kediaman Siska dari tempat ini aku berharap bisa menemukan bukti tentang pengkhianatan mereka
Di dalam kamar aku mulai mengaktifkan handphone yang sejak tadi ku matikan lalu aku masuk ke aplikasi berlogo gagang telepon hijau ada pesan balasan dari mas Danang.
[Apa maksud kamu Sayang? jangan pernah berpikir macam-macam! aku disini setia! apa yang kamu tuduhkan bisa jadi kenyataan! Aku tidak suka dicurigai!.]
Dasar lelaki egois! sudah mah selingkuh masih saja berkelit. Aku pun memilih mengabaikan pesan darinya. Percuma juga, biarlah Mas Danang beranggapan apa tentang diriku. Aku tidak peduli.
Mengetahui diriku yang sedang online, Mas Danang pun segera menghubungi ku melalui sambungan telepon.
"Assalamualaikum, Mas. Kenapa?." Aku tidak lagi bisa berbasa basi.
"Waalaikumsalam, Apa maksud kamu menuduhku seperti itu?." dari suara Mas Danang terdengar sangat marah.
"Kenapa Mas harus marah dan panik begitu? kalau Mas tidak melakukan hal tersebut? Dengar yah Mas! Aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi padamu di sana. Sebab selama 4 bulan ini kamu sama sekali tidak pulang. Padahal jarak tempat Mas bekerja itu tidak lah jauh. Entah di sana kamu benar-benar sibuk dengan urusan pekerjaan atau sibuk ngekepin istri muda mu. Itu hanya kamu, Ibu dan Tuhan yang tahu .... Maaf aku sibuk. Besok kita sambung lagi!." klik! telepon ku matikan tanpa mendengarkan penjelasan dari Mas Danang.
Dadaku bergemuruh hebat di dalam sini. Dadaku menggelegak hingga ke ubun-ubun. Dia yang berbuat salah tapi malah di yang marah-marah. Dasar manusia egois! Akan kubuat tidak berkutik Mas!.
Sampai kapanpun mas Danang tidak akan pernah jujur kalau aku sendiri belum memiliki bukti yang kuat. Baiklah Mas kalau memang itu mau mu!.
tinggalkan aja suamimu riska......