NovelToon NovelToon
GAIRAH PEMBANTUKU

GAIRAH PEMBANTUKU

Status: sedang berlangsung
Genre:Selingkuh / Cinta Terlarang
Popularitas:364.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Wind Rahma

Izza merupakan wanita yang hidup di panti asuhan sejak masih bayi. Seiring berjalannya waktu, Izza tumbuh dewasa dengan banyak luka. Karena statusnya yang tidak jelas, ia sulit mendapat pekerjaan. Dan satu-satunya pekerjaan yang bisa ia kerjakan hanyalah menjadi asisten rumah.

Dan sekarang Izza berkerja di rumah seorang majikan muda yang membuatnya terpesona ketika melihatnya. Bagaimanakah kelanjutan kisah mereka?

Follow IG @wind.rahma

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

GP 4

Deon pulang ke rumah jam tiga sore. Ia masih kepikiran Adell yang malam ini tidak pulang ke rumah. Meskipun itu karena urusan bisnisnya, tetap saja ia merasa tidak tenang dan khawatir. Apalagi jika ini sudah berurusan dengan hukum.

"Selamat sore, pak Deon."

Sapaan Izza membuat tubuh pria yang masih mematung di ambang pintu depan rumah tersentak kaget. Padahal Izza sama sekali tidak sedang mengejutkannya.

"Iya, sore," balas Deon dengan senyum singkat dan hendak beranjak pergi.

"Pak Deon," panggilan Izza menghentikan langkah pria itu.

"Iya, kenapa?"

"Mau saya buatkan kopi atau teh hangat?"

Deon mengangguk menerima tawaran dari wanita itu.

"Iya, boleh."

"Ya sudah, saya buatkan dulu ya, pak."

"Jangan terlalu banyak gulanya."

"Baik, pak."

Izza pun melipir pergi ke dapur. Ia senang pria itu tidak menolak tawarannya.

Deon melempar jas nya ke sembarang arah dan jatuh tersampir di atas sofa. Kemudian ia menjatuhkan dirinya di atas tempat tidur dengan keadaan terlentang. Ia menatap langit-langit kamar sambil memikirkan sesuatu di kepalanya.

"Sudah satu tahun aku menikah dengan Adell, tapi aku belum memiliki anak. Kesibukan Adell yang membuat aku harus menunda keinginan memiliki anak. Setelah Adell selesai dengan urusannya, aku akan membicarakan tentang ini. Tentang aku yang ingin memiliki anak. Mau tidak mau, siap tidak siap, Adell harus menuruti permintaanku."

Deon seketika mengulas senyum ketika ia membayang betapa hangatnya isi rumah ini dengan kehadiran sang buah hati. Ia begitu merindukan sosok malaikat kecil yang nanti akan akan menjadi hadiah terindah dalam pernikahannya.

Tok tok tok ..

Lamunan Deon buyar seketika mendengar suara pintu kamarnya di ketuk oleh seseorang yang bisa di pastikan itu Izza.

Pria itu langsung bangun dan membukakan pintu kamarnya, muncul Izza dari balik pintu.

"Saya buatkan kopi, pak."

"Iya, terima kasih, bi. Tapi bi Izza letakan di atas meja taman belakang saja, ya. Aku mau ganti baju dulu, nanti nyusul ke sana."

"Oh baik, pak," jawab Izza patuh.

Wanita itu melipir pergi membawa kopinya kembali untuk di letakan di meja taman. Sementara Deon mengganti pakaiannya.

Tidak berapa lama, Deon menyusul ke taman halaman belakang rumah. Dimana Izza berdiri di sana menunggu dirinya.

Setelah melihat majikannya sudah datang, ia berniat untuk kembali ke dalam rumah.

"Mau kemana, bi?"

Pertanyaan Deon menghentikan langkah wanita itu.

"Mau ke dalam, pak."

"Duduk, bi. Kebetulan aku lagi butuh teman buat ngobrol. Siapa tahu, bibi punya solusi untuk permasalahan aku ini."

Hal itu membuat Izza senang. Ini bisa jadi kesempatan agar dirinya lebih dekat dengan pria itu tapi tidak begitu berharap.

Deon meminta Izza untuk menjadi teman bicaranya karena ia merasa bi Izza lebih dewasa darinya. Di tambah lagi Izza ini seorang perempuan yang siapa tahu bisa mewakili sudut pandang istrinya.

Sebelum memulai obrolan, Deon menyeruput kopinya terlebih dahulu. Izza sudah tidak sabar mendengar apa yang ingin Deon bicarakan dengannya.

"Menurut bi Izza, menikah satu tahun dan belum punya anak itu kelamaan gak sih?"

Pertanyaan Deon membuat Izza diam seketika, entah kenapa untuk soal anak ia jadi merasa sedikit sensitif. Mengingat akan masalalunya dulu.

"Menurut saya itu hal yang wajar. Mengingat pak Deon dan bu Adell yang sama-sama sibuk dengan pekerjaan masing-masing."

"Iya, bi. Tapi menurut bi Izza itu kelamaan gak sih?"

"Enggak, pak. Di luaran sana bahkan banyak yang lebih dari setahun."

"Oh ya?"

Izza mengangguk. "Iya."

Deon diam untuk beberapa saat.

"Kalau menurut aku, satu tahun sepertinya sudah cukup untuk menunda program kehamilan. Lagian kalau ngikutin sibuk, mau sampai kapan menemukan waktunya. Aku akhir-akhir ini kepikiran ingin punya anak."

Deon menyeruput kembali kopinya.

"Ingin punya anak untuk seseorang yang sudah menikah itu hal yang wajar. Dan anak itu akan lahir dalam keadaan beruntung karena kehadirannya begitu di tunggu. Tapi itu semua harus di atas kesepakatan berdua antara pak Deon dan bu Adell. Apa bu Adell juga menginginkan hal yang sama dengan pak Deon?"

Deon menghembuskan napas kasar.

"Itu dia bi masalahnya. Adell pasti masih ingin menunda program kehamilan dengan alasan yang sama. Sementara aku udah mau dan siap punya anak."

"Sebaiknya menunggu sampai bu Adell pun siap untuk punya anak, pak," saran Izza.

"Tapi sampai kapan, bi?"

"Sampai pak Deon dan bu Adell benar-benar siap dengan kehadiran si kecil."

"Aku rasa itu membutuhkan waktu yang cukup lama."

"Itu jauh lebih baik, pak. Daripada anak itu harus terlahir dalam keadaan tidak di inginkan kehadirannya. Seperti saya."

Kalimat terakhir Izza cukup menarik perhatian Deon.

"Maksudnya?"

Izza sadar jika dia baru saja akan membuka identitasnya. Ia rasa ia tidak perlu untuk menceritakan hal ini pada Deon. Sebab ia tidak membuat pria itu justru malah hilang respect terhadap dirinya.

"Enggak, pak. Bukan apa-apa. Saran saya lebih baik Pak Deon bicarakan hal ini dengan bu Adell langsung. Jika bu Adell memang belum siap, sebaiknya jangan."

Izza memalingkan wajah ke arah lain, ia tidak ingin membuat pria yang duduk di sampingnya menerka-nerka atas dirinya.

Deon pun menerima saran dari Izza.

"Iya, bi. Terima kasih atas sarannya."

"Sama-sama, pak. Sebelumnya, saya boleh minta satu hal sama pak Deon?"

"Apa?"

"Jangan panggil saya bi, panggil Izza saja. Lagian saya belum tua-tua amat kan?"

Seketika Deon terkekeh kecil. Memang jika di lihat secara fikis dan penampilan, Izza masih kelihatan usia dua puluhan seumuran dengan Adell.

"Karena bi Izza sudah mau mendengarkan curhatan aku barusan, maka aku akan mengabulkan permintaan kamu, Izza," jawab Deon.

Izza mengulas senyum tipis mendengar Deon menyebutnya kata kamu dan memanggil dirinya dengan nama. Itu terdengar lebih akrab.

_Bersambung_

1
jess
ya ela tor
jess
nah kn makin ssruhhh😅😅
Sunarmi Narmi
Ini kpan main belah durennya Thor..lama amat.....
Sunarmi Narmi
Author nya gila...Izza ternyata cuma halu..sini yg baca sdh keringetan Thor...
makin seru nih...lnjut thorrr up nya
Nur Istanti
Luar biasa
Nur Istanti
Biasa
Om Bos
Luar biasa
Fera Waty
/Frown//Frown//Frown//Frown/
YuLfiah
Luar biasa
Ulufi Dewi
cepetan selidiki istri mu pasti selingkuh
Farida Rapalawa
Luar biasa
Isnaini Hayati
Biasa
Asma Ht
Luar biasa
aira aira
yey
Zerazat
Deon itu terlalu Oon juga gegabah padahal selingkuh nya kan duluan Adel
Zerazat
DASAR IZZA lama lama gila juga kebanyakan meng halu
Zerazat
Izza itu ya aneh selingkuh kok mau menguasai dasar terlalu berharap,emang tujuanmu kan suka kalau buat mainan kerja yang sebelum nya juga selingkuh sampai 4tahun kebih
Zerazat
aneh sama si Dion
Erawati Bae
Nah lho....bisa suka beneran ini mah 🤭
Erawati Bae
hahaha, nonton drakor plus cuaca mendukung pula...Deon...Deon...
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!