Key, gadis kota yang terpaksa pindah ke kampung halaman yang sudah lama ditinggalkan ayahnya. Hal itu disebabkan karena kebangkrutan, yang sedang menimpa bisnis keluarga.
Misteri demi misteri mulai bermunculan di sana. Termasuk kemampuannya yang mulai terasah ketika bertemu makhluk tak kasat mata. Bahkan rasa penasaran selalu membuatnya ingin membantu mereka. Terutama misteri tentang wanita berkebaya putih, yang ternyata berhubungan dengan masa lalu ayahnya.
Akankah dia bisa bertahan di desa tertinggal, yang jauh dari kehidupan dia sebelumnya? Dan apakah dia sanggup memecahkan misterinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon kiya cahya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ke Sekolah Baru
Mata ini belum bisa terpejam, padahal fajar sudah hampir menjelang. Kupaksa menutup mata, tetapi yang ada justru bayangan wajah Bella. Hingga akhirnya, terdengar suara tepat di depan wajahku.
"Hai, kamu mencari saya?" seketika aku mundur, karena wajah pucat sudah meringis di depan mata.
"Hah, ka..kamuu Bella? Jadi tadi aku gak mimpi?"
"Apa kamu benar-benar mau berteman dengan saya? Lalu siapa namamu, tadi kamu belum jawab pertanyaanku!"
"Namaku Keysa, panggil aja Key."
"Yuk kita main, saya lama gak punya teman," wajah pucat itu kemudian terlihat sesenggukan, menahan tangis.
"Aku mengantuk sekali, nanti sajalah kau ikut. Aku akan ke sekolah baruku pagi ini. Jadi, sekarang harus segera tidur," jawabku sambil memejamkan mata, berharap segera bisa berada di dalam mimpi.
****
Pagi ini sambil menahan kantuk, aku sudah bersiap berangkat untuk mendaftarkan diri ke Sekolah Menengah Atas. Satu-satunya sekolah Negeri yang ada di kota ini, meskipun harus menempuh beberapa kilometer keluar dari desa.
Papa dan mama akan mengantarkan kami berdua. Mereka bermaksud sambil mencari peluang usaha untuk menjual hasil panen para petani desa. Selama ini, distribusi panen sangat sulit menuju kota. Para petani harus naik beberapa kali angkutan agar bisa menjualnya.
Sesampainya di sekolah baruku, aku berkeliling sendirian sambil menunggu orangtuaku mendaftarkan sekolah. Fasilitasnya kurang lengkap, tidak seperti sekolah lamaku. Tapi tak apalah, yang penting aku bisa sekolah dengan baik dan membuat bangga orang tuaku. Tiba-tiba, suara Bella mengagetkan lamunanku.
"Key, ini sekolah barumu?"
"Iya, Bell. Gimana menurutmu, nyaman ya tempatnya. Keliatannya teman-temanku nanti juga ramah. Mereka selalu tersenyum menyapa ketika aku melewatinya, padahal belum juga kenalan," jawabku sambil berbisik agar tidak ada orang yang menganggapku aneh.
"Kalau kamu punya banyak teman, bagaimana dengan saya?"
"Tenang, kan kita bisa main bareng di rumah. Kita tetap teman kok," jawabku menenangkannya.
Setelah selesai pendaftaran, aku akan mulai masuk keesokan harinya. Selanjutnya ke sekolah baru Mia, dan menuju pasar terbesar di kota itu. Tapi, aku dan Mia lebih memilih menunggu di mobil saja ketika papa dan mama masuk ke dalam pasar.
"Kak, itu di sebelah kakak siapa?" tanya Mia
"Kamu bisa lihat? Ini kak Bella, dia yang ada di rumah kita."
"Oowh, pantas saja sepertinya kemarin aku melihatnya mondar mandir di luar jendela."
"Hai, Mia. Ini adekmu ya, Key. Kalian sungguh mirip dan terlihat kompak sekali. Sayangnya dulu saya tidak punya saudara, jadi hari-hariku hanya ditemani nenek buyutmu saja. Sekolahpun dilakukan di rumah," suara serak Bella terlihat menahan air mata yang sempat menetes merah di pipi putihnya.
"Kak Bella nangis ya? Maaf ya, Kak," jawab Mia merasa bersalah mengingatkan kesendirian hidup Bella.
Papa dan mama sudah kembali dengan banyak kantong plastik ditangannya, menghentikan pembicaraan ini. Kamipun bergegas pulang ke rumah.
"Mama belanja banyak sekali?" tanyaku.
"Iya, Mama berencana akan membuka toko kelontong di depan rumah. Di desa sangat sulit mencari kebutuhan pokok, sambil menampung hasil dari warga untuk kita jual ke kota. Jadi tidak lagi kesulitan untuk menjual maupun membeli barang ke kota," penjelasan mama yang membuatku lebih kagum atas kepintarannya mencari peluang usaha sambil menolong sesama.
Ketika memasuki hutan, entah kenapa perasaan tak enak mulai muncul. Dan benar saja, dari jauh terlihat seseorang sedang mengamati mobil kami. Siapa dia, apa yang dilakukannya seorang diri di situ?