NovelToon NovelToon
Cinta Laki-laki Penghibur

Cinta Laki-laki Penghibur

Status: sedang berlangsung
Genre:Berondong / Dikelilingi wanita cantik / Selingkuh / Cinta Terlarang / Beda Usia / PSK
Popularitas:3.2k
Nilai: 5
Nama Author: Ibnu Hanifan

Galih adalah seorang lelaki Penghibur yang menjadi simpanan para Tante-tante kaya. Dia tidak pernah percaya Cinta hingga akhir dia bertemu Lauren yang perlahan mulai membangkitkan gairah cinta dalam hatinya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ibnu Hanifan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAAB 8

Sudah lebih dari dua minggu Galih tidak menyentuh “pekerjaannya.” Tak ada malam-malam panas, tak ada aliran uang besar ke rekeningnya. Semua itu tergantikan oleh tawa ringan bersama Lauren di taman kampus, perdebatan kecil di kantin soal kopi favorit, atau sekadar duduk diam berdampingan saat sore menjelang.

Namun pagi ini, saat membuka aplikasinya di ponsel, Galih terpaku. Saldo rekening: Rp 372.000.

Nampaknya berat. Kepala pening. Semua terasa menyesakkan. Biaya rumah sakit ayahnya? Belum. SPP semester depan? Belum juga. Di dompet hanya ada lembar-lembar yang tidak cukup untuk seminggu ke depan.

Saat sedang mengurut pelipis, sebuah notifikasi masuk. Nama yang terpampang di layar membuat hatinya tercekat.

“Tante Liana 🥀 – Malam ini seperti biasa, sayang. Aku rindu.”

Galih menatap layar lama sekali. Jarinya enggan mengetik balasan. Tapi... apa pilihannya?

Butuh beberapa menit sebelum akhirnya ia menjawab, “Baik Tante, malam ini jam berapa?”

---

Malam harinya, suasana hotel bintang lima itu tampak seperti biasa: lampu gantung mewah, senyum para resepsionis, dan musik piano lembut di lobi. Galih berdiri di depan, mengenakan kemeja hitam dan jas ringan, wajahnya tenang meski isi hatinya campur aduk.

Tak lama, Tante Liana datang. Cantik seperti biasa, mengenakan dress merah marun dengan riasan yang membuatnya tampak jauh lebih muda dari usianya. Senyumnya melebar saat melihat Galih.

“Akhirnya… kamu datang juga, Tante udah rindu banget sama kamu.”ucapnya sambil menggapit lengan Galih.

“Maaf, beberapa minggu terakhir jam kuliah aku padat banget Tante.” jawab Galih sambil tersenyum kecil.

“Tante sempat berpikir kamu menghindar dari Tante,” gumam Liana sambil menatap dalam.

Galih hanya menanggapi dengan senyum dan meremas lembut tangan Liana. Mereka lalu makan malam di restoran hotel—anggur putih, hidangan salmon, tawa ringan yang dibuat-buat agar suasana tetap nyaman.

Namun hati Galih terasa jauh. Pikirannya melayang pada Lauren. Bahkan saat Liana menggoda dengan sentuhan di bawah meja, Galih hanya bisa merespons setengah hati. Tapi dia tidak bisa mundur. Tidak malam ini. Dia butuh uang itu.

---

Setelah makan malam romantis selesai, mereka berjalan menuju lift. Di tengah lorong hotel mewah itu, langkah mereka terhenti. Liana yang berjalan di depan tiba-tiba membeku, lalu membalikkan badan dengan wajah panik.

“Masuk! Cepat!” bisiknya keras.

Galih yang kaget langsung ditarik masuk ke dalam lift. Pintu menutup, dan seketika napas Liana memburu.

“Tante kenapa?” tanya Galih heran.

Liana hanya menggeleng dengan panik, memencet tombol lantai kamar mereka berkali-kali seolah berharap lift itu terbang ke atas lebih cepat.

---

Sementara itu di lobi, Lauren dan Gunawan Handoko, ayahnya, baru saja tiba. Gunawan mengenakan setelan abu-abu elegan, wajahnya tenang dengan raut percaya diri khas pengusaha sukses. Di sebelahnya, Lauren tampak anggun dan sederhana dengan blouse putih dan rok hitam selutut.

Malam itu, mereka datang untuk menemani klien bisnis sang ayah yang ingin berdiskusi ringan sambil makan malam. Biasanya, ibunya yang menemani, tapi malam ini Liana bilang ada “arisan sosialita mendadak.”

Saat berjalan melintasi area lobi menuju restoran, mata Lauren tanpa sengaja menoleh ke arah lift. Sekilas, dia merasa... ia melihat siluet seseorang yang familiar. Seorang wanita dalam balutan dress merah marun yang sangat... mirip dengan ibunya.

Pintu lift menutup terlalu cepat. Dan Lauren hanya bisa berdiri terdiam sesaat.

“Ada apa, Nak?” tanya Ayahnya.

Lauren menggeleng pelan. “Enggak, cuma tadi aku seperti liat ibu… Tapi kayaknya aku halu deh.”

Gunawan tersenyum sambil berkata. "Ngga mungkin ibu kamu ada dihotel ini, Mungkin cuma mirip ibu kamu, Atau mungkin kamu terlalu kecapean , ya.”

Lauren ikut tersenyum samar. Tapi hatinya... entah mengapa, gelisah. Ada sesuatu yang tak beres malam ini.

---

Suasana kamar itu temaram, hanya cahaya lembut dari lampu samping ranjang yang menerangi wajah Galih dan Tante Liana. Ranjang king-size berseprai putih tampak rapi, meski udara di ruangan mulai terasa tebal oleh keheningan dan ketegangan tak kasat mata.

Galih duduk di tepi ranjang, matanya masih memandang ke arah pintu lift yang kini telah tertutup di benaknya. Kejadian barusan masih belum keluar dari pikirannya. Tatapan panik Tante Liana… dan ekspresi tegang yang belum pernah ia lihat sebelumnya.

“Tante…” Galih memecah keheningan, suaranya pelan tapi jelas.

“Tadi di lift… kenapa Tante tiba-tiba panik?"

Tante Liana diam sejenak, lalu perlahan berjalan ke arahnya sambil menanggalkan syal dari lehernya. Ia duduk di samping Galih dan menatapnya penuh keraguan sebelum akhirnya berkata,

“Aku tadi lihat suami sama anakku di lobi.”ucapnya pelan.

Galih langsung membelalakkan mata. “Apa?!”

Liana mengangguk kecil. “Aku… lupa. Aku lupa kalau malam ini suamiku ada makan malam bisnis sama salah satu kliennya di restoran hotel ini.”Suaranya mulai gemetar, tapi ia berusaha tetap tenang.

Galih berdiri dari ranjang. “Kalau begitu kita batalkan saja. Aku nggak mau ambil risiko. Gimana kalau dia lihat kita?”.

Namun sebelum Galih sempat melangkah lebih jauh, Tante Liana menarik tangan Galih dengan kuat, lalu mendorong tubuhnya ke ranjang. Tubuh Galih jatuh ke kasur, dan sebelum ia sempat bereaksi, Tante Liana sudah naik ke atas tubuhnya, merangkak perlahan seperti kucing yang sedang mengincar mangsanya.

“Tenang…” bisiknya lembut tapi menggoda.

“Suamiku cuma datang buat makan malam. Dia nggak akan naik ke kamar. Lagipula, kamu pikir dia punya waktu buat urus aku? Dia bahkan lebih sibuk sama pekerjaannya daripada rumah sendiri.”

Galih menelan ludah, sedikit gugup. Matanya menatap wajah Liana yang kini hanya sejengkal dari wajahnya. Napas mereka mulai berpadu, dan aroma parfum wanita dewasa itu menusuk hidungnya.

“Aku udah cukup lama menahan diri,” lanjut Liana, kali ini dengan suara lebih rendah, lebih berat.

“Dua minggu kamu menghilang. Dua minggu aku tidur sendiri. Dua minggu aku rindu sentuhanmu, Galih sayang…”

Seketika, Liana mengecup bibir Galih lembut. Sentuhan itu penuh rindu, penuh hasrat yang tertahan.

Galih, yang sempat ragu, akhirnya membalas ciuman itu. Ada keraguan di hatinya, tapi tubuhnya tak bisa membohongi kebutuhan yang sudah terlatih. Seperti naluri yang terpatri, tubuhnya menjawab panggilan itu.

Malam itu, di kamar hotel mewah dimana tepat diatas suami dan anak Tante Liana makan malam, Tante Liana dan Galih, dua insan itu tenggelam dalam dunia mereka sendiri—sebuah dunia yang hanya milik mereka, kelam, rahasia, dan memabukkan.

Dalam pelukannya, Tante Liana berbisik, “Kamu milikku, Galih. Hanya kamu yang bisa membuatku merasakan kenikmatan seperti ini…Galih”

Dan di benak Galih, meski tubuhnya merespons, pikirannya terus melayang ke arah lain. Wajah Lauren. Tawa Lauren. Tatapan kecewanya di depan kampus saat melihatnya bersama Tante Jesika.

Namun malam itu, ia membuang semua itu. Karena kenyataan hidupnya terlalu rumit untuk dijalani hanya dengan perasaan.

---

1
Mawar Agung
saya suka ceritanya semangat ya Thor💪😊
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!