"Kalian siapa? Kenapa perut kalian kecil sekali? Apa kalian tidak makan?" tanya seorang perempuan dengan tatapan bingungnya, dia adalah Margaretha Arisya.
"Matanan tami dimatan cama cacing," ucap seorang bocah laki-laki dengan tatapan polosnya.
"Memang tami ndak dikacih matan cama ibu," ceplos seorang bocah laki-laki satunya yang berwajah sama, namun tatapannya sangat tajam dan ucapannya sangat pedas.
"Astaga..."
Seorang perempuan yang baru bangun dari tidurnya itu kebingungan. Ia yang semalam menyelamatkan seorang wanita paruh baya dari pencopet dan berakhir pingsan atau mungkin meninggal dunia.
Ternyata ia baru sadar jika masuk ke dalam tubuh seorang perempuan dengan status janda bernama Naura Arisya Maure. Setelah menerima keadaan, ia berupaya mengubah semuanya. Namun kedatangan orang-orang di masa lalu pemilik tubuh ini membuat semuanya semakin rumit.
Bagaimakah Arisya bertahan pada tubuh seorang janda dengan dua orang anak? Apakah Arisya bisa kembali ke tubuh aslinya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon eli_wi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ketahuan
Arisya memasukkan semua barang berharga itu ke dalam tasnya, kecuali sertifikat. Ia membawa sertifikat itu dalam genggaman tangannya setelah menutup brankas dan mengembalikan posisinya dalam keadaan semula.
"Aku harus cepat pergi dari sini. Jangan sampai orang tadi datang lagi atau bahkan mungkin Seno. Akan sangat meribetkan," gumam Arisya yang kini dengan cepat berlari menuruni tangga dan keluar dari rumah lewat pintu belakang.
Fiuh...
"Selam..."
Klek... Klek...
Ceklek...
"Astaga... Belum juga bernafas dengan lega, sudah ada yang datang. Siapa itu yang datang ke rumah ini?" Baru saja Arisya keluar dari rumah itu, ia sudah mendengar ada suara kunci yang ingin membuka pintu.
Arisya segera mencari tempat persembunyian yang sekiranya aman. Ia harus mencari tahu apapun yang berhubungan dengan rumah ini. Sehingga ia akan tahu langkah apa yang dirinya ambil untuk ke depannya. Ia tak mau ceroboh yang nanti malah membahayakan kedua anaknya.
"Kita mau apalagi ke rumah ini, sayang? Udah nggak ada apa-apa lho di rumah ini," ucap seorang perempuan dengan nada manjanya. Dia adalah Mariam, kekasih Seno.
"Aku yakin kalau sertifikat rumah yang asli disembunyikan di sini. Dengan sertifikat itu, kita bisa mengancam Arisya." ucap Seno yang terus melihat ke arah sekitarnya.
"Lho bukannya sertifikat rumah ini ada di tanganmu ya?" tanya Mariam yang waktu itu diberitahu jika sertifikat rumah sudah dibawa oleh Seno Seno. Hanya tinggal membujuk Arisya tandatangan surat pengalihan harta saja.
"Itu sertifikat palsu. Ternyata Arisya tidak sebodoh yang aku kira. Waktu itu kami minta buat disimpan, ternyata dikasihnya yang palsu. Makanya aku sering ke rumah ini, siapa tahu dia ke sini atau aku punya petunjuk dimana sertifikat itu berada. Terus kemarin waktu ada Arisya dan pengacaranya, aku yakin jika itu membahas hal ini juga. Khawatirnya... Aku malah dilaporkan polisi nanti. Makanya kemarin aku tarik kamu keluar," Ricko menjelaskan duduk perkaranya. Selama ini ia berbohong pada Mariam.
"Apa? Palsu? Wah... Pintar juga itu perempuan. Walaupun bucin sama kamu tapi realistis," Mariam terkekeh pelan sambil geleng-geleng kepala. Ia baru tahu mengenai sisi lain seorang Arisya yang terlihat sangat cinta pada Seno.
"Dan aku baru tahu sertifikat itu palsu setelah resmi bercerai dengan Arisya," Seno menghela nafasnya kasar, seakan menyesali apa yang terjadi.
"Kamu menyesal bercerai dengan Arisya, sayang?" seru Mariam tiba-tiba.
Seno langsung gelagapan melihat Mariam yang kini merajuk. Seno merutuki bibirnya yang asal bicara. Walaupun pada kenyataannya, ia menyesali perceraiannya dengan Arisya. Kehidupannya yang nyaman dan penuh kemewahan, hilang berganti dengan teror.
"Enggak dong. Dari dulu kan aku cintanya cuma sama kamu," ucap Seno dengan sedikit merayu Mariam.
"Ish... Gombal deh," Mariam pura-pura merajuk dengan memalingkan wajahnya. Padahal ia tengah menyembunyikan pipinya yang memerah karena malu.
"Nggak dong. Mana mungkin aku menggombal, ini beneran lho. Aku cuma cinta sama kamu," Seno langsung saja memeluk Mariam dari belakang. Keduanya seakan tak peduli pada apapun di sana.
***
Huekkkk...
Cuih...
Amit-amit,
"Arisya, kok bisa-bisanya kamu jatuh cinta sama mokondo dan buaya buntung itu." gumam Arisya yang mendengar pembicaraan keduanya.
Rasanya Arisya ingin muntah di sana saat mendengar gombalan dari Seno. Bukan cemburu, namun Arisya jijik. Arisya sampai tak paham pada pemilik asli tubuh ini. Dilihat dari apa sosok Seno ini kok bisa membuat Naura Arisya Maure bucin akut.
"Ternyata ingatan yang diberikan padaku tidak utuh, hanya potongan saja."
"Sudahlah, aku udah dapat informasi banyak tentang sertifikat dan rumah ini. Lebih baik aku pergi dari sini sebelum ketahuan," gumamnya yang kemudian pergi mengendap-endap agar bisa sampai halaman rumah tanpa ketahuan.
Krekk...
"Siapa itu?" teriak Mariam saat mendengar suara kaki yang tengah menginjak sesuatu. Pasalnya Seno tengah masuk ke dalam kamar milik Arisya. Sedangkan dia berada di lantai satu.
Meow...
"Astaga... Cuma kucing ternyata,"
"Sepi amat sih ini rumah, bikin merinding kalau lagi sendirian gini," gumam Mariam sambil bergidik ngeri.
Arisya segera saja pergi dari sana dengan cepat. Jantungnya berdetak sangat cepat, seakan ingin melompat dari tempatnya. Ia sudah seperti pencuri di rumahnya sendiri.
Arisya...
Mariam, kejar Arisya.
Sialan...
Ketahuan,
Tanpa diduga, Arisya ketahuan oleh Seno yang berada di lantai 2. Ternyata Seno berada di dalam kamar Arisya yang menghadap ke arah halaman rumah. Seno melihat seorang perempuan tengah berjalan pelan menuju pagar rumah. Sontak saja Seno mengetahui jika perempuan itu adalah Arisya.
"Mana? Mana Arisya?" seru Mariam dari lantai satu dengan raut wajah paniknya.
Arisya, berhenti di situ.
"Sudah di halaman depan rumah, Mar. Buruan kejar," teriak Seno sambil berlari keluar kamar Arisya.
"Ha? Halaman rumah? Jangan-jangan kucing tadi itu Arisya? Astaga... Bodoh banget gue," Mariam langsung berlari keluar rumah sambil merutuki kebodohannya.
Arisya...
Berhenti...
Ogah...
Hahahaha...
Kejar sini kalau bisa,
Arisya, tunggu.
Pak, berhenti. Tolong antar saya. Saya dikejar sama anj*ng,
Sialan... Kamu ngatain kita anj*ng,
Arisya sudah berlari cepat kemudian mencegat seorang tukang ojek. Tukang ojek itu membawa Arisya dan segera pergi dari sana. Arisya melambaikan tangannya seakan tengah mengejek Mariam dan Seno. Tentu saja Mariam tak bisa mengejarnya, tubuh gemuknya membuat larinya tidak kencang.
Huh... Huh...
"Gimana sih kamu? Seharusnya kamu bisa mengejar Arisya. Kan kamu yang lebih dekat posisinya dengan Arisya, Mar." seru Seno yang kesal dengan kekasihnya karena tidak bisa menangkap Arisya.
"Nggak lihat badanku segede apa? Olivia badannya kurus, larinya cepat." seru Mariam tak terima jika disalahkan.
"Makanya diet, Mar. Olahraga, jangan sukanya shopping mulu. Badan kurus enggak, tapi dompetnya tuh yang jadi kerempeng." Seno terus memarahi Mariam kemudian pergi begitu saja. Sedangkan Mariam yang ditinggal pergi begitu saja menjadi kesal.
***
"Syukurlah, nggak ketangkap sama orang-orang culas itu." gumam Arisya sambil mengelus dadanya.
"Tujuannya kemana, Mbak?" tanya tukang ojek itu mencoba mengajak Arisya berbicara.
Arisya sampai berjingkat kaget karena mendengar pertanyaan dari tukang ojek itu. Sedari tadi ia fokus melihat ke belakang untuk memantau Seno dan Mariam. Beruntung, mereka tidak bisa mengejarnya yang dibonceng motor.
"Ke jalan Adil Makmur, Pak. Toko sembako yang lagi viral itu lho," Arisya menjawab sambil mempromosikan toko sembakonya.
"Oh... Saya kira mau ke jalan menuju hatinya Mbak Arisya," ucap tukang ojek itu membuat Arisya terkejut. Bahkan Arisya langsung terdiam saat menyadari jika seperti mengenal suara tukang ojek itu.
"Lho..." Tukang ojek itu menengok sebentar sambil tersenyum ke arah Arisya yang bertambah terkejut. Bahkan Arisya sampai memundurkan posisinya agar tak terlalu dekat.
Jangan mundur-mundur, nanti jatuh.
Ngapain kamu di sini?
Mau antar hatimu biar nggak nyasar ke hati yang lain,
Sembarangan. Turunin aku, perjaka tua.
Kamu kok gentayangan dimana-mana sih?
Iya dong, biar bisa terus terbayang-bayang dalam ingatanmu.
Ricko perjaka tua nyebelin,
KOK ISO²NE DADI MANG OJEK TO KOOOOOOOOO RICKOOOO
lucu banget theo dan gheo
lanjut thor please
ke SKAK sama anak kecil iniJUDULNYA👏👏👏👏👏👏👏👏👏👏