Sera, harus kehilangan calon anak dan suaminya karena satu kecelakaan yang merenggut keluarganya. Niat ingin berlibur malah menjadi petaka.
Sera bersedih karena kehilangan bayinya, tapi tidak dengan suaminya. Ungkapannya itu membuat sang mertua murka--menganggap jika Sera, telah merencanakan kecelakaan itu yang membuat suaminya meninggal hingga akhirnya ia diusir oleh mertua, dan kembali ke keluarganya yang miskin.
Sera, tidak menyesal jatuh miskin, demi menyambung hidup ia rela bekerja di salah satu rumah sakit menjadi OB, selain itu Sera selalu menyumbangkan ASI nya untuk bayi-bayi di sana. Namun, tanpa ia tahu perbuatannya itu mengubah hidupnya.
Siapakah yang telah mengubah hidupnya?
Hidup seperti apa yang Sera jalani setelahnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini ratna, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CD ku ... Hilang!
"Eh ... Mas bulloh, emang masalah buat Lo, pacarku banyak emang lagi cari jodoh. Asyikkk ...."
Inah, berjoget sambil bernyanyi sepanjang langkah menaiki tangga. Pagi ini menunjukkan pukul 4.30 sudah subuh, sudah waktunya membersihkan lantai atas.
"Eh ... Mas bull ....." Nyanyian Inah terhenti bersamaan dengan langkahnya yang berdiri di depan kamar Lio.
"Tumben, kamarnya terbuka apa Sera sedang ke bawah, ya? Berarti baby Lio sendirian dong. Aku cek ah ...," katanya yang melangkah gontai ke arah kamar.
Seketika langkahnya terhenti senyumnya memudar, dengan mata yang melebar.
"T-tu-tuna ... eh, Tuan tidur sama Sera." Inah terpaku, mulutnya terasa kaku.
"Nyonya!" teriak Inah yang berlari ke luar menuruni tangga. Teriakannya yang keras, langsung membangunkan Sera dan Darren.
Sera dan Darren baru sadar jika mereka ketiduran bersama, bahkan Sera tertidur dipundaknya.
"Tuan kita ketiduran. Tadi sepertinya suara Mbok Inah, apa jangan-jangan dia ...."
"Tuan ayo cepat keluar jangan sampai Nyonya datang terus salahpaham!"
Darren segera turun, saking terburu-buru ia terpental dan terjatuh. Sera, hendak menolong tapi Darren sudah kembali berdiri.
"Tuan tidak apa-apa?"
"Ehm ... tidak. Kakiku sakit sekali." Darren memegang kaki kanannya. Sambil berlari ia berjinjit menuju kamarnya.
"Ya ampun ... kenapa aku bisa ketiduran dengan Tuan Darren. Aduh ... Lio, kenapa kamu tidak membangunkan Bi Sera, sih."
Lio, sama sekali tidak meminta susu malam itu. Bayi itu seolah memberikan ruang untuk ayah dan ibu susunya. Sera, menyentuh kening Lio, takut terkena demam tetapi Lio baik-baik saja mungkin semalam bayi itu tidak meminta susu.
"Tumben banget, ya, Lio nggak minta susu. Biasanya dua jam sekali ia bangun. Kenapa semalam nyenyak sekali tidurnya."
Sementara di bawah sana, Maudy yang tengah tertidur sambil maskeran pun terkejut mendengar teriakan Inah. Saking kagetnya, timun yang sengaja menutupi mata pun terjatuh.
"Nyonya!"
"Ada apa Inah?! Pagi-pagi sudah ribut. Pusing saya, denger suara kamu, ya. Kaya ada gempa tahu gak?"
"Ih, Nyonya kebangetan masa suara saya disamakan dengan gempa."
"Iya, sama-sama mengguncang isi rumah." Maudy dengan ketus.
"Jika Inah teriak itu artinya ada hal darurat Nyonya seperti peringatan."
"Peringatan apaan sih?"
"Itu Nyonya ... tadi, barusan, Inah mau ngepel di atas nggak sengaja lihat pemandangaaaaann ....."
"Pemandangan apa Inah? Jangan teriak-teriak dulu. Kalau ngomong itu yang jelas, coba."
"Tuan Darren Nyonya, pokoknya Inah, nggak bohong saksinya kedua mata Inah, mata Inah ini masih suci Nyonya tidak mungkin berbohong."
"Iya, Apa!" Maudy semakin emosi.
"Tuan Darren dan Sera ... tidur bersama Nyonya."
Maudy terbelalak. Jantungnya merasa mau copot setelah mendengar kata-kata Inah. Maudy memang melihat Darren dan Sera semalam, tetapi dia tidak percaya jika mereka tidur bersama.
"Inah jangan asal fitnah, ya. Nggak mungkinlah mereka tidur bersama."
"Kalau Nyonya nggak percaya ayo ikut Inah sekarang." Maudy berjalan dituntun Inah. Mereka menaiki tangga menuju kamar Lio, tetapi wajah Inah dibuat terkejut ketika tidak mendapati Darren di sana.
"Mana? Kamu ini ya Inah ....."
"Tadi bener, Lo Nyonya." Inah menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Ia merasa heran karena Sera hanya tidur dengan Lio.
"Mungkin saja Tuan Darren, sudah pindah Nyonya. Ayo Nyonya kita tanyakan kepada Tuan Darren," ajak Inah tapi Maudy menolak.
"Sudah Inah, ini masih pagi. Mata kamu, tuh yang rabun, makanya nanti siang periksa ke optik, jangan-jangan minusnya gede, jadi kamu salah lihat orang."
"Nyonya, Inah nggak bohong. Sumpah demi kaya." Kata Inah sambil mengacungkan tangannya.
"Sumpah demi kaya apaan. Sudah ah, awas saja kalau kamu ganggu saya lagi. Sekarang bereskan dan bersihkan lantai ini, terus bikin sarapan jam 7 sarapan harus sudah ada," tegas Maudy.
Maudy berjalan turun ke bawah. Inah masih berdiri sambil memegang alat pelnya. Wajahnya cemberut menatap tajam ke arah kamar Lio dan Sera.
"Awas saja, ya kalau kepergok lagi," ucap Inah penuh dendam.
***
Menu sarapan sudah penuh di meja. Tidak lupa sayur katuk khusus ibu menyusui, Sera, juga sudah selesai memandikan Lio karena Lio b*r*k jadi Sera, memandikannya langsung. Selagi, dirinya mandi Sera, tidak bisa meninggalkan Lio, alhasil ia meminta bantuan Darren. Sera, menitipkan Lio kepada papanya.
"Tuan," panggil Sera diiringi ketukan pintu dari luar.
Darren yang sedang memasang dasinya segera menyelesaikan, lalu berjalan ke arah pintu untuk membukanya.
"Ada apa Sera?"
"Tuan, saya nitip Lio sebentar saja, saya mau mandi. Lio sudah bangun."
"Iya, nanti saya ke kamar," katanya yang diangguki Sera.
Sera, berlari masuk ke dalam kamar membenahkan Lio agar tidak jatuh, setelahnya ia memberikan Lio mainan gigit, biar tidak menangis. Sera, segera masuk ke dalam kamar mandi tidak berselang lama, Darren pun datang.
"Pagi, sayang anak Papa." Darren langsung menggendongnya. Lio bergerak-gerak kecil sambil tertawa renyah.
"Senang, ya, digendong sama Papa? Lio, ikut Papa dulu, ya. Nanti Bi Sera nyusul, dia harus mandi dulu."
Darren, menggendong Lio yang hendak membawanya keluar. Tapi langkahnya terhenti tiba-tiba ketika melihat sebuah benda di bawah pas depan pintu kamar mandi. Darren, pun berjalan ke arah benda itu yang ketika dilihat dengan jelas, benda itu seperti sebuah kain, tipis, tapi memiliki renda.
Darren mengerutkan kening. Dengan pelan ia berjongkok lalu mengambil kain tipis yang berwarna pink itu. Seketika, matanya membola, Darren segera melemparkan kembali kain itu ke sembarang arah, saking kencangnya, benda itu keluar dari arah balkon kamar.
"Ngapain dia nyimpan benda itu di sini." Wajah Darren mendadak merah, hatinya dag dig dug dengan perasaan yang sangat kacau.
"Eh, kemana kain itu tadi, ya?" Tiba-tiba Darren teringat aset penting milik Sera yang baru saja ia lemparkan. Darren celingukan hingga ia melihat ke arah pintu balkon yang terbuka.
"Apa mungkin terlempar ke sana," gumam Darren lalu berjalan ke luar balkon. Darren terus celingukan mencari benda tersebut sampai matanya tertuju ke bawah, di mana benda pink itu mendarat di atas tanaman bunga mawar.
Darren terlonjak, mulutnya menganga.
"Hah, kenapa bisa sampai disitu," ucapnya lalu celingukan mencari seseorang di bawah. "Tidak ada yang melihat." Darren segera turun ke bawah.
Larinya begitu cepat, ia menitipkan Lio kepada Maudy sebentar. "Mama, Mama, aku titip Lio dulu sebentar."
Maudy, yang duduk di meja makan sendirian pun bengong. Tiba-tiba ia dititipkan Lio oleh Darren.
"Eh, Darren kemana Sera?"
"Sera sedang mandi Mah."
"Lo, kamu mau kemana?"
"Urgen, Ma!" sahut Darren yang sudah berlari keluar.
Darren ingin segera mengambil CD milik Sera itu, sebelum Sera keluar dari kamar mandi. Namun, Darren tidak melihat kain CD yang berwarna pink itu, walau sudah ia cari di sepanjang taman.
"Ke mana hilangnya?" Darren jadi bingung.
Sementara CD itu, kini sudah ada di tangan orang lain. Seorang sopir pribadi Maudy yang bernama Pak Supri, pria itu terlihat ceria dan gembira ketika menemukan CD yang begitu cantik.
"Wallah ... dallaaah ... rezeki nomplok ini. Aku kasih buat Inah saja, deh. Kayaknya ini punya Nyonya yang dibuang, tapi masih baru masih ada lebelnya sudah pasti mahal ini. Kalau aku hadiahkan buat Inah, suka dia pasti ...." Supri pun pergi ke belakang menuju kamarnya.
Sementara Sera, dia kebingungan mencari CD-nya, yang hilang. Padahal ia sudah membawanya ke kamar mandi.
"Ke mana CD-ku, ya. Perasaan tadi aku bawa deh, apa ketinggalan di lemari, ya."
Sera, dengan tubuh yang masih dibalut handuk pun keluar dari kamar mandi. Langkahnya langsung menuju lemari, untuk mencari CD barunya, yang dibelikan Essa.
"Loh, kok CD-ku nggak ada, ya?" Sera, garuk-garuk kepala. "Apa aku lupa nyimpen atau gimana, ya."
Sera pun tidak mau ambil pusing alhasil ia langsung mengambil CD lain dan memakainya.
...****************...
Ayo bantu Darren cari CD nya Sera 🤣🤣
Jangan lupa kasih semangat untuk Darren, like, vote, bintang, hadiah jangan lupa. Selalu tinggalkan jejaknya untukku ya ...