NovelToon NovelToon
OBSIDIAN BLOOM

OBSIDIAN BLOOM

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Antagonis / Romansa / Reinkarnasi / Cinta Istana/Kuno
Popularitas:798
Nilai: 5
Nama Author: Dgweny

Ia adalah Elena Von Helberg, si Antagonis yang ditakdirkan mati.

dan Ia adalah Risa Adelia, pembaca novel yang terperangkap dalam tubuhnya.

Dalam plot asli, Duke Lucien De Martel adalah monster yang terobsesi pada wanita lain. Tapi kini, Kutukan Obsidian Duke hanya mengakui satu jiwa: Elena. Perubahan takdir ini memberinya hidup, tetapi juga membawanya ke dalam pusaran cinta posesif yang lebih berbahaya dari kematian.

Diapit oleh Lucien yang mengikatnya dengan kegilaan dan Commander Darius Sterling yang menawarkan kebebasan dan perlindungan, Risa harus memilih.
Setiap tarikan napasnya adalah perlawanan terhadap takdir yang telah digariskan.

Lucien mencintainya sampai batas kehancuran. Dan Elena, si gadis yang seharusnya mati, perlahan-lahan mulai membalas kegilaan itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dgweny, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 6. Sandi Di Balik Sutra

Bab 6: Sandi di Balik Sutra

(Lady Elena Von Helberg, Lyra Montclaire, & Duke Lucien De Martel)

Pagi setelah makan malam di Ruang Makan Merah, Risa terbangun sendirian. Duke Lucien telah pergi sebelum fajar, menuju Dewan Kerajaan untuk mengumumkan pertunangan yang dingin itu secara resmi. Tetapi Risa tahu, dia tidak benar-benar sendirian. Rasa kehadiran Lucien masih menyelimuti seluruh ruangan, seperti kabut es yang tidak pernah benar-benar hilang. Cincin Obsidian di jari manisnya terasa berat dan dingin, sebuah belenggu yang cantik dan tak terbantahkan.

Risa harus bertindak cepat. Pengumuman pertunangan ini akan menutup semua jalan keluarnya. Jika ia tidak menghubungi Darius Sterling—satu-satunya harapan eksternalnya—sebelum ikatan itu diumumkan, ia akan terkunci selamanya.

Ia memanggil Lisette dan memintanya menyiapkan sarapan ringan di kamar, ditemani buku-buku lama. Ia secara spesifik meminta buku yang ia ingat dari memori Elena: The Ballad of the Winter Knight. Itu adalah buku dongeng kuno yang sangat disukai Elena dan Darius saat kecil.

Saat Lisette keluar, Risa mengambil pena bulu dan selembar perkamen kecil yang ia temukan di meja tulis. Ia harus menyusun pesan yang tidak akan dimengerti oleh mata Lucien atau mata-mata mana pun.

Tantangan: Duke Lucien pasti memantau semua surat. Pesan harus berupa sandi.

Risa mengingat The Ballad of the Winter Knight. Di bagian tengah buku itu, ada satu halaman yang hilang, halaman 78. Darius dan Elena kecil pernah bersumpah untuk selalu meninggalkan halaman itu kosong dalam salinan buku mereka sebagai simbol rahasia mereka.

Ia menulis sebuah pesan singkat, tetapi jelas, di atas perkamen itu.

“Lucien tidak melihat cahaya, tetapi kegelapan. Dia mengira Obsidian telah menemukan Ratu.

Aku perlu TANGGUNG JAWAB ksatria musim dingin.

Lihatlah Bab 7, Baris 8. Waktunya singkat. Tolong aku, Darius.”

Risa menyembunyikan gulungan perkamen itu di dalam lipatan halaman 78 dari buku The Ballad of the Winter Knight. Sebuah sandi yang hanya akan dimengerti oleh dua jiwa yang tumbuh bersama.

Lyra Montclaire datang tak lama kemudian, tampak lebih tegang daripada sebelumnya. Dia membawa hadiah—sebuah kotak perhiasan dari perak—sebagai alasan kunjungannya.

"Elena," bisik Lyra, matanya terus mencari-cari, memastikan tidak ada yang mendengarkan. "Ibu Kota kacau. Duke Lucien baru saja menghancurkan Ayahmu, dan kini ia mengumumkan pertunangan gila ini. Para Dewan panik. Mereka takut akan kekuatan gila yang kalian berdua satukan."

"Mereka harus takut," jawab Risa, mengangkat bahu dengan sikap angkuh Elena. "Aku akan menjadi Duchess Utara. Itu adalah takdirku. Sekarang, Lyra, kita tidak punya banyak waktu."

Risa mendekat, memegang lengan Lyra dengan mata yang tegas. "Aku ingin kamu melakukan sesuatu yang sangat rahasia. Sesuatu yang hanya bisa kamu lakukan."

Lyra mengangguk dengan ketakutan dan kesetiaan yang luar biasa. "Apa pun, Elena."

Risa mengambil buku The Ballad of the Winter Knight dan meletakkannya di tangan Lyra.

"Aku membutuhkanmu untuk memberikan buku ini kepada Darius Sterling. Jangan gunakan kurir. Pergi sendiri. Katakan padanya bahwa aku... Aku tidak bisa melupakan dongeng masa kecil kami."

Lyra mengerutkan kening. "Hanya itu? Sebuah buku? Dia akan menganggapmu gila, Elena."

Risa tersenyum penuh rahasia. "Dia akan tahu. Katakan padanya, 'Elena ingin Ksatria Musim Dingin mengingat tanggung jawabnya di malam badai salju.' Jangan tambahkan atau kurangi kata-kata itu."

Lyra menatap buku dan kemudian ke mata Risa, yang kini dipenuhi oleh tekad Risa, bukan kesombongan Elena. "Tanggung jawab Ksatria Musim Dingin... Aku mengerti. Dongeng itu. Di sana ada rahasia, bukan?"

"Itu adalah rahasia kita," kata Risa. "Dan cepatlah. Setelah pengumuman ini, Duke Lucien akan mengunci Sarang Gagak."

Lyra menyimpan buku itu di balik jubahnya. "Aku akan pergi sekarang. Semoga Tuhan melindungimu, Elena."

Risa menghabiskan sisa pagi itu dengan gelisah. Ia telah melempar dadu. Darius Sterling adalah seorang Kapten, seorang pria yang dihormati, dan ia pasti akan berhati-hati. Tetapi jika ia membaca pesannya, ia akan tahu bahwa ada sesuatu yang salah, bahwa Risa/Elena membutuhkan bantuan yang mematahkan ikatan Kutukan Obsidian.

Tak lama setelah Lyra pergi, ketegangan Risa terputus oleh kedatangan yang tidak terduga. Pintu terbuka, dan Duke Lucien masuk, ditemani oleh seorang wanita tua yang ramping dengan rambut putih disanggul ketat dan mata setajam elang.

Lucien berjalan mendekat, matanya memancarkan kepuasan yang dingin.

"Pengumuman berjalan lancar," katanya. "Ada perlawanan, tetapi mereka semua menundukkan kepala. Tidak ada yang berani menentang Obsidian. Kamu adalah Duchess yang diakui sekarang, Sayang."

Lucien meraih tangan Risa, mencium cincin Obsidian. "Aku tahu kamu bosan sendirian di sini. Dan aku tahu Lyra datang mengunjungimu. Tapi aku tidak bisa membiarkan kamu tanpa perlindungan pribadi. Aku ingin kamu dijaga oleh yang terbaik."

Dia menoleh ke wanita tua itu.

"Ini adalah Lady Clarissa. Dia adalah penjaga pribadi dan kepala pengawas internal di Sarang Gagak selama tiga generasi De Martel. Dia akan menjadi pendamping dan tangan kananmu mulai sekarang. Tidak ada langkahmu yang tidak ia lihat, dan tidak ada ancaman yang tidak ia hancurkan."

Wanita tua itu, Lady Clarissa, membungkuk dalam, tatapannya dingin dan profesional. "Saya siap melayani, Yang Mulia."

Risa merasakan dingin merambat di tulang punggungnya. Ini adalah cage yang baru. Lucien tidak hanya memberinya penjaga, tetapi seorang mata-mata yang setia pada Kutukan Obsidian dan tradisi De Martel selama puluhan tahun. Dia adalah penjara yang bergerak.

"Terima kasih, Duke," kata Risa, suaranya tenang. "Lady Clarissa akan menjadi aset yang berharga. Aku perlu belajar cara mengelola Sarang Gagak."

Lucien tersenyum, menyukai penerimaannya. "Tentu saja. Kamu akan belajar mengelola segalanya, Cintaku. Tapi ingat satu hal: Kesetiaan Lady Clarissa adalah pada obsesiku. Jangan pernah mencoba mengkhianati kepercayaan itu."

Lucien hanya tinggal lima menit, hanya untuk mengklaimnya dan memperkuat penjara barunya, sebelum kembali ke urusan Ibu Kota.

Dengan Lady Clarissa yang kini berada di sisinya seperti bayangan yang waspada, Risa tahu ia tidak bisa lagi membuat kesalahan sekecil apa pun. Clarissa mengawasi Lisette, mengawasi pilihan makanan Risa, bahkan mengawasi buku apa yang ia baca.

Risa harus sepenuhnya menjadi Obsidian Bloom.

Ia menghabiskan sore itu dengan Clarissa, bukan dengan perlawanan, melainkan dengan pembelajaran.

"Aku ingin tahu segalanya tentang Sarang Gagak, Lady Clarissa," Risa memulai, menirukan nada ambisius Elena. "Aku ingin tahu tentang inventaris, buku-buku lama, sistem pertahanan, dan yang terpenting, tentang tradisi Obsidian Curse."

Clarissa, yang terkejut dengan permintaan itu, hanya bisa mengangguk. Dia telah menunggu wanita yang pasif dan manja, tetapi Risa/Elena memberinya Ratu.

Clarissa membawanya ke perpustakaan pribadi Duke, sebuah ruangan yang megah dan dipenuhi buku-buku kuno.

"Tradisi Kutukan Obsidian adalah yang paling penting, Yang Mulia," Clarissa menjelaskan, tangannya menyentuh sampul buku kulit tua. "Setiap generasi Duke De Martel harus menjaga objek obsesinya tetap aman. Jika objek itu merasa tidak dicintai, atau jika ia melarikan diri, Duke akan menjadi monster Es. Ini bukan hanya tentang cinta, tetapi tentang mempertahankan keseimbangan kegilaan."

"Keseimbangan?" Risa bertanya.

"Ya. Duke Lucien di masa lalu, ketika ia terobsesi pada Serafina Lowe, dia tidak seimbang. Dia mudah marah dan ceroboh dalam politik. Tapi sejak dia melihat Anda, Yang Mulia, dia telah menemukan fokus. Dia tenang, dingin, dan benar-benar tak terhentikan. Anda adalah penenang Kutukan itu."

Risa mengerti. Strateginya untuk "menenangkan" Kutukan itu benar-benar berhasil. Dia telah membuat Lucien menjadi versi dirinya yang paling efisien, dan paling mematikan. Sekarang, ia memiliki kendali atas kekuatannya.

"Tunjukkan padaku buku-buku tentang perlindungan sihir," perintah Risa/Elena. "Aku tidak ingin ada bangsawan licik yang mencoba mengganggu suami masa depanku dengan sihir kotor."

Clarissa tersenyum tipis, matanya menunjukkan sedikit kekaguman. "Duchess yang berharga. Tentu saja, Yang Mulia."

Saat mereka menelusuri rak, Risa secara tidak sengaja menjatuhkan sebuah buku tebal. Saat ia membungkuk untuk mengambilnya, tangannya menyentuh sebuah ukiran tersembunyi di bawah rak.

Itu adalah ukiran kecil yang tidak mencolok, tetapi Risa langsung mengenalinya dari memori Elena: Simbol Keluarga Sterling—sepasang sayap perak.

Mengapa simbol Darius ada di perpustakaan rahasia Duke Lucien?

Risa menyadari bahwa ini bukan hanya perpustakaan Duke. Ini adalah ruangan rahasia yang mungkin pernah digunakan Darius dan Elena saat kecil.

"Ada apa, Yang Mulia?" tanya Clarissa.

"Tidak ada," jawab Risa, wajahnya dingin. "Hanya debu yang mengganggu."

Risa menyadari, dengan kejutan yang dingin, bahwa Sarang Gagak—penjaranya—mungkin juga menyimpan kunci kebebasannya. Jika simbol Darius ada di sana, pasti ada lorong rahasia atau pintu tersembunyi yang hanya diketahui oleh Darius dan Elena kecil.

Malam harinya, Duke Lucien kembali. Dia tampak lelah, tetapi matanya bersinar dengan intensitas.

"Dewan mengirimkan hadiah pernikahan," katanya, menunjuk ke sebuah peti besar yang dibawa masuk oleh pelayan. "Mereka telah menerima kekuasaanmu, Elena. Tapi aku tahu hati mereka penuh kebencian."

Lucien mengusir pelayan dan berjalan ke hadapan Risa. Dia meraih dagunya dan menciumnya, ciuman yang lambat dan mengklaim.

"Kamu membuatku bangga hari ini," bisik Lucien. "Perlindunganku, kekuasaanmu. Kita tidak bisa dihancurkan. Tidak ada yang bisa melawan Obsidian Bloom."

Risa membalas pandangannya, tangannya yang mengenakan cincin Obsidian diletakkan di dada Lucien.

"Kita akan memerintah, Lucien," kata Risa, suaranya dipenuhi janji yang gelap dan mengikat.

Pada saat itu, ia mendengar ketukan pelan di jendela. Risa melirik, jantungnya berdetak kencang. Di balik kaca, seekor burung hantu hitam besar bertengger, membawa gulungan perkamen kecil di kakinya.

Lucien menyadarinya. "Burung hantu pos? Siapa yang berani mengirim surat ke Sarang Gagak tanpa izin?"

Lucien berjalan ke jendela, mengambil gulungan itu. Risa tahu itu adalah jawaban Darius. Ia harus mengalihkan perhatiannya.

"Duke!" Risa memanggil, nadanya mendesak, penuh gairah palsu. "Jangan khawatirkan burung bodoh itu. Kemarilah. Kamu bilang kamu lelah. Aku akan menunjukkan padamu bagaimana seorang Duchess membalas kesetiaan suaminya."

Lucien berhenti, matanya beralih dari perkamen ke Risa. Gairah di mata Risa—yang ia anggap murni untuknya—adalah pemenang mutlak. Obsidian Curse tidak akan pernah menolak janji kepemilikan.

Lucien menjatuhkan perkamen itu ke lantai, mengabaikannya. "Mereka bisa menunggu. Kamu benar. Aku membutuhkanmu."

Dia berjalan kembali ke Risa, dan malam itu dihabiskan dengan obsesi yang memabukkan dan kelegaan yang mengerikan. Risa berhasil.

Keesokan paginya, saat Lucien pergi ke Dewan, Risa menemukan perkamen itu. Gulungan itu adalah sandi. Darius telah menjawab.

Di sana tertulis:

“Ksatria tidak pernah meninggalkan Ratu. Halaman 78 adalah kunci. Aku akan menunggu di Labyrinth of Thorns saat bulan penuh. Jangan bawa Obsidian bersamamu. Aku akan memberikan perlindungan.”

Risa tersenyum pahit. Labyrinth of Thorns. Sebuah nama kode untuk lorong rahasia di bawah perpustakaan. Dan yang paling penting: Jangan bawa Obsidian bersamamu. Darius tahu tentang kutukan itu, dan dia tahu Lucien pasti akan mengikutinya.

Dia memiliki waktu seminggu hingga bulan penuh. Seminggu untuk mencari lorong rahasia di bawah simbol Darius Sterling, dan seminggu untuk melarikan diri dari obsesi Duke Lucien.

Bersambung....

1
shookiebu👽
Keren banget nih cerita, authornya jago banget!
Dgweny: makasihhh banyak
total 1 replies
Bell_Fernandez
Plot yang rumit, namun brilian.
Dgweny: makasih banyak
total 1 replies
Tae Kook
Jangan biarkan kami menunggu lama-lama, update please~~
Dgweny: siapp , di tunggu update selanjutnya yaaaa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!