NovelToon NovelToon
Perjalanan Mengubah Nasib

Perjalanan Mengubah Nasib

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / CEO
Popularitas:437
Nilai: 5
Nama Author: clara_yang

Bagaimana jadinya jika seorang wanita yang dulunya selalu diabaikan suaminya bereinkarnasi kembali kemasalalu untuk mengubah nasibnya agar tidak berakhir tragis. jika ingin tau kelanjutannya ikuti cerita nya,,!!!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon clara_yang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 31

Cahaya sore merayap perlahan masuk ke kamar perawatan Kenny. Hujan baru saja berhenti, meninggalkan aroma tanah basah yang merembes masuk dari jendela kecil di sudut ruangan. Monitor jantung berdetak stabil, tidak secepat ketika pertama kali ia sadar, tapi cukup kuat untuk menandakan bahwa tubuh laki-laki itu sedang berjuang memulihkan diri.

Sudah tiga hari sejak Kenny sadar. Dan dalam tiga hari itu, rutinitas tetap sama: keluarga datang pagi, pulang sore, dan Keyla—tetap menjadi orang terakhir yang berada di ruangan ini.

Hari ini pun sama.

Keyla duduk di kursi samping ranjang, tubuhnya sedikit condong ke depan, rambut tergerai menutupi sebagian wajahnya. Ia sedang mengupas apel perlahan, pisau kecil berkilat lembut dalam genggamannya. Meski sederhana, gerakan itu terasa menenangkan bagi Kenny—menandakan keberadaan seseorang yang tidak pernah pergi.

“Kamu nggak capek?” suara Kenny terdengar serak, tapi jauh lebih kuat dibanding hari pertama.

Keyla melirik sebentar, tersenyum kecil. “Aku udah bilang, aku nggak apa-apa.”

“Kamu tidur cuma dua jam semalam.”

“Masih cukup.”

Kenny menghela napas pendek. “Kamu keras kepala.”

Keyla tersenyum lebih lebar sekarang. “Dan kamu baru sadar sekarang?”

Keduanya tertawa kecil. Suara tawa itu memecah sunyi yang sejak tadi memenuhi ruangan, menghadirkan kehangatan lembut yang tidak pernah terasa selama seminggu terakhir.

Setelah memberikan potongan apel kecil ke Kenny, Keyla kembali duduk dan menatapnya lama. Ada sedikit bayangan kekhawatiran di matanya, walau ia berusaha menyembunyikannya dengan senyum.

“Kenny,” panggilnya pelan.

“Hm?”

“Kamu masih ingat apa yang terjadi malam itu?”

Kenny terdiam. Pertanyaan itu datang seperti angin dingin yang melintasi tubuhnya. Ia memejamkan mata sebentar, mencoba mengingat. Kilasan-kilasan samar muncul — teriakan, suara langkah, rasa sakit membakar di sisi tubuhnya, dan wajah Keyla yang dipenuhi ketakutan. Semua bercampur seperti coretan tinta yang belum jelas.

“Aku… ingat sebagian,” jawab Kenny, perlahan membuka mata. “Aku ingat suara seseorang. Langkah cepat. Dan aku ingat kamu… berlari ke arah aku.”

Keyla menunduk. “Aku kira kamu…”

“Hey,” Kenny memotong, tangannya bergerak pelan mencoba menyentuh tangan Keyla. “Aku masih di sini. Dan aku nggak akan kemana-mana.”

Tangan mereka saling bergenggam. Lama. Hangat. Nyaman.

Tapi dalam kehangatan itu, ada satu hal yang tidak hilang — ancaman.

Keyla tahu itu. Kenny pun tahu. Pelaku penusukan belum tertangkap. Belum terungkap. Dan itu berarti bahaya masih mengintai.

Namun mereka memilih tidak membiarkan bayangan itu merusak momen kecil ini.

Menjelang malam, perawat datang untuk mengecek kondisi Kenny. Keyla berdiri, memberi ruang, namun pandangannya tidak lepas dari wajah Kenny.

“Lukanya membaik,” kata sang perawat sambil mencatat sesuatu. “Tapi Anda butuh banyak istirahat. Dan…”

Ia menatap Keyla, tersenyum lembut.

“Jangan terlalu stres, ya. Kondisi pasien sangat dipengaruhi orang-orang di sekitarnya.”

Keyla mengangguk kecil. “Iya, Kak. Terima kasih.”

Setelah perawat pergi, ruangan kembali tenang. Lampu temaram menciptakan suasana hangat yang membuat Keyla semakin sulit meninggalkan ruangan.

“Kamu mau pulang malam ini?” tanya Kenny, suaranya pelan.

Keyla menggeleng cepat. “Nggak.”

“Kamu harus istirahat.”

“Aku juga istirahat di sini.”

Kenny menatapnya sejenak, lalu tersenyum kecil. “Kalau aku bilang aku nggak mau kamu sakit karena jagain aku… kamu bakal tetap nggak pulang?”

“Betul,” jawab Keyla singkat.

Kenny memejamkan mata, menyerah. “Baiklah. Tapi besok kamu harus tidur lebih dari dua jam.”

Keyla tertawa kecil. “Oke, oke.”

Hening kembali mengisi ruangan. Tapi hening itu bukan kosong — justru penuh dengan sesuatu yang menggantung lembut di antara mereka. Kenyamanan. Kesadaran bahwa mereka saling membutuhkan. Dan sesuatu yang lebih dari itu.

Sesuatu yang bahkan belum mereka berani sebut.

Pukul sembilan malam, pintu ruangan terbuka perlahan. Bu Alya masuk dengan membawa termos kecil dan selendang untuk Keyla.

“Kamu pasti belum makan malam,” katanya sambil mendekat.

Keyla tersenyum canggung. “I—Iya Bu… saya tadi lupa.”

“Nih. Makan dulu.”

Bu Alya menaruh termos itu di meja kecil, lalu menatap Kenny yang kini sudah lebih siaga.

“Anak Ibu memang keras kepala,” komentarnya sambil tersenyum lembut. “Tapi sepertinya keras kepalanya kalah sama keras kepalanya Keyla.”

Kenny tertawa pelan. “Betul, Bu.”

Keyla menggaruk kepala, malu.

Lalu, tanpa peringatan, Bu Alya mendekap Keyla dalam pelukan lembut.

“Terima kasih… sudah jaga Kenny sampai sejauh ini.”

Pelukan itu mengejutkan Keyla. Ia yang sejak awal merasa sebagai orang luar, kini untuk pertama kalinya merasa diterima.

“Terima kasih, Bu…” suaranya pecah pelan.

Kenny memperhatikan dari ranjang. Ada sesuatu di dadanya yang terasa hangat. Melihat Keyla dipeluk ibunya membuatnya sadar betapa besar peran Keyla di hidupnya.

Dan betapa ia tidak ingin kehilangan gadis itu.

Setelah Bu Alya pulang, malam semakin larut. Keyla duduk di kursi dengan mata mulai mengantuk. Ia menahan diri, tapi kelopak matanya turun sedikit demi sedikit.

“Kamu tidur aja, Key,” kata Kenny lembut.

“Aku nggak apa-apa…”

“Kalau kamu jatuh dari kursi nanti?” Kenny menggodanya.

Keyla memutar mata, tapi akhirnya bersandar di kursi. Ia menarik selimut tipis untuk menghangatkan diri.

Ketika ia hampir tertidur, suara Kenny memanggil pelan.

“Keyla…”

“Hm?”

“Kalau aku bilang… aku takut kehilangan kamu…”

Kenny berhenti sejenak, mencari kata yang tepat.

“…kamu bakal pergi?”

Keyla membuka mata, menatapnya lama. “Aku nggak kemana-mana.”

Kenny tersenyum tipis. “Bagus. Karena aku masih butuh kamu.”

Keyla menggigit bibir, menahan degup jantung. “Aku juga butuh kamu.”

Kenyataan itu keluar begitu saja. Jujur. Tanpa filter.

Kenny memejamkan mata, mengusap sedikit rambutnya yang kusut. “Begitu ya…”

“Hmm.”

“Aku senang dengarnya.”

Keyla tidak menjawab, tapi ia tersenyum sendiri. Ada sesuatu di antara mereka — sesuatu yang tumbuh, perlahan tapi pasti.

Di luar, hujan turun lagi. Tapi di dalam ruangan, ada dua hati yang saling menghangatkan, menemukan tempat pulang di tengah ketakutan dan luka.

Besok, ancaman dan misteri menunggu.

Besok, perjalanan baru akan dimulai — perjalanan panjang menuju kebenaran, cinta, dan masa depan.

Tapi malam ini…

Malam ini adalah milik mereka berdua, dalam keheningan yang paling manis.

1
SHAIDDY STHEFANÍA AGUIRRE
Nangkring terus
Tsuyuri
Ngga kecewa sama sekali.
sweet_ice_cream
Jangan berhenti menulis, cerita yang menarik selalu dinantikan.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!