Aira Maulida Bahira, gadis dua puluh satu tahun yang terlihat kalem dan memiliki wajah yang bisa di katakan kurang menarik apalagi cantik. kulit wajahnya sawo matang, ada tahi lalat kecil di pipi kanannya membuat penampilan wajahnya semakin tidak menarik di mata lelaki terlebih lelaki seperti Yusuf Ibrahim seorang CEO kaya raya yang terpaksa harus menikahi gadis yang menurutnya buruk rupa seperti Aira.
Yusuf merahasiakan status pernikahannya dengan Aira karena ia malu memiliki istri yang tidak cantik.
Di tengah masalah pelik rumah tangganya, seseorang dari masalalu muncul di hadapan Aira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon nur danovar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 30 Pelik
Yusuf sudah siap dengan stelan jas untuk pergi ke kantor. ia mengenakan jam tangannya sembari mematut diri di depan cermin. Yusuf hampir melangkah pergi dari kamar tapi tidak sengaja ia melihat handuk putih yang terlipat di atas sofa. senyum sinis terlihat di bibirnya.
Rupanya Aira lupa membawa handuk dan juga baju ganti ke dalam kamar mandi. Yusuf yang iseng sengaja menunggu, ia ingin tahu penampilan Aira pagi ini tanpa dress panjang dan rambut tergerai bebas tanpa hijab menutup kepalanya.
Benar saja karena merasa ruangan sudah hening, Aira pikir Yusuf telah berangkat ke kantor. ia membuka perlahan pintu kamar mandi. saat ini Aira mengenakan baju yaitu kemeja milik Yusuf yang tertinggal di gantungan kamar mandi. sementara piama Aira tadi basah dan sudah ia masuk ke keranjang baju kotor yang ada di dekat wastafel.
Aira berjalan perlahan menoleh kearah pintu kamar yang tertutup hingga ia tidak menyadari jika Yusuf berdiri bersandar dinding di sudut ruangan menatap dirinya yang hanya mengenakan kemeja kedodoran.
"Bagus, akhirnya aku melihat mu seperti ini"
Jantung Aira hampir berhenti berdetak saat mendengar suara yang begitu ia kenali. yah itu suara Yusuf.
Aira menoleh ke sudut ruangan, kenapa tadi ia bisa tidak melihat Yusuf berdiri disana ia malah fokus memandang ke arah pintu. Aira pikir Yusuf sudah pergi dari kamar itu.
Wajah Aira memucat, rasanya seluruh tubuhnya lemas. ia malu sekali seperti auratnya telah terlihat semua oleh Yusuf. padahal sah saja Yusuf melihatnya.
Aira bergegas menyambar dress di sofa dan mengenakannya tanpa melepas kemeja Yusuf yang tadi ia pakai.
Rambut panjang Aira tergerai bebas karena masih basah dan belum sempat ia keringkan.
Yusuf berjalan perlahan mendekati Aira. membuat Aira semakin gugup dan takut.
"Rambut yang indah" kata Yusuf sembari menyentuh helaian panjang rambut Aira. refleks Aira memundurkan langkahnya dan menutup kepalanya dengan handuk sebagai mengganti hijabnya.
Yusuf tersenyum kecil,
"Baiklah aku tidak menyentuh mu jangan takut, wajah mu pucat sekali nanti kau bisa pingsan dan merepotkan ku" kata Yusuf dengan suara tenang.
"Aku tunggu di bawah, aku harus bicara dengan mu"
Yusuf melangkah pergi dari kamar. Aira menghela napas berat. ia mencoba menenangkan dirinya dan juga jantungnya.
"dasar ceroboh kau Aira!" omel Aira pada dirinya sendiri.
Aira segera mengeringkan rambutnya yang masih basah. setelahnya ia mengunci pintu kamar dan bergegas berganti pakaian serta mengenakan hijabnya seperti biasa. hijab segi empat yang simpel dan sederhana.
Aira mengenakan parfum dan segera menuruni anak tangga. Yusuf telah menunggunya ruang tengah.
"Duduk" Yusuf mempersilahkan Aira duduk.
Aira duduk di sofa berjarak agak jauh dari Yusuf.
"Hari ini kau izin untuk tidak masuk bekerja, aku sudah menelpon atasan mu"
"Apa? tapi kenapa aku izin bekerja mas?" Aira sedikit kesal tidak terima karena Yusuf tidak bicara dulu padanya soal izin kerja itu.
"Aku akan mengantar mu ke dokter"
"Dokter? tapi aku tidak merasa sakit mas"
Yusuf menatap wajah Aira dengan intens sebelum ia mengeluarkan sebuah kata yang berhasil membuat Aira terguncang.
"Aku ingin tahu apa kau subur atau tidak, aku ingin kita memiliki seorang anak"
Aira terdiam mencerna ucapan Yusuf. ia memastikan jika telinganya baik-baik saja sehingga tidak salah dengar dengan ucapan Yusuf barusan. pria itu meminta anak dari Aira seperti meminta kacang goreng.
Aira masih terlihat bingung ia menatap Yusuf meminta penjelasan lebih lanjut. ia pikir Yusuf hanya bergurau karena iseng ingin mengerjai dirinya.
"Hmm pasti kau pikir aku tidak serius dengan ucapan ku tadi. aku sangat serius, aku ingin anak"
"Apa?! tapi mas itu tidak mungkin!"
"Apanya yang tidak mungkin?! karena itu aku memintamu check ke dokter"
"Bukan begitu mas tapi pernikahan kita .."
"Iya aku tahu pernikahan kita tidak ada cinta, kau jangan khawatir Aira jika kau memberiku anak maka anak itu seratus persen akan berada di bawah pengasuhan ku ayah kandungnya, kau bisa pergi kapanpun tanpa membawanya"
Aira bak disambar petir mendengar ucapan Yusuf. pria itu inginkan anak dari Aira lalu menguasai anak itu dan tidak mempedulikan perasaan Aira.
"Maaf mas aku tidak bisa"
"Jadi kau menentang ku? menentang suamimu?"
"Maaf mas tapi kali ini sungguh aku tidak bisa"
"Aira aku mohon hanya kalau yang bisa membantuku, tidak mungkin kan aku memiliki anak dari wanita lain? papa tidak akan mau. lagi pula...." Yusuf tidak melanjutkan ucapannya. ia memang menjalin hubungan dengan Diandra tapi ia tidak pernah kebablasan melakukan sesuatu yang melebihi batas.
Bulir bening jatuh dari mata Aira, ia bimbang harus bagaimana sekarang.
sepertinya ini saatnya aku pergi dari mas Yusuf!
jangan kalah ma Malika ,,itu wanita hitam legam kaye kedele item makanya di panggil Malika ehh CEO jatuh cintrong