Arlena dan Dominus telah menikah lebih dari enam tahun. Tahun-tahun penuh kerja keras dan perjuangan untuk membangun usaha yang dirintis bersama. Ketika sudah berada di puncak kesuksesan dan memiliki segalanya, mereka menyadari ada yang belum dimiliki, yaitu seorang anak.
Walau anak bukan prioritas dan tidak mengurangi kadar cinta, mereka mulai merencanakan punya anak untuk melengkapi kebahagian. Mereka mulai memeriksakan kesehatan tubuh dan alat reproduksi ke dokter ahli yang terkenal. Berbagai cara medis ditempuh, hingga proses bayi tabung.
Namun ketika proses berhasil positif, Dominus berubah pikiran atas kesepakatan mereka. Dia menolak dan tidak menerima calon bayi yang dikandung Arlena.
》Apa yang terjadi dengan Arlena dan calon bayinya?
》Ikuti kisahnya di Novel ini: "Kualitas Mantan."
Karya ini didedikasikan untuk yang selalu mendukungku berkarya. Tetaplah sehat dan bahagia di mana pun berada. ❤️ U 🤗
Selamat Membaca
❤️🙏🏻💚
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sopaatta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30. Kualitas Mantan 9
...~°Happy Reading°~...
Selina bukan saja panas hati, tapi juga sakit hati, sebab pengacara Amarta berani membentaknya dan Dominus hanya diam saja.
Walau dia sudah melihat Dominus dengan wajah sedih dan terluka, Dominus tidak bergeming. Dia serius melihat pengacara Amarta, sebab harus memikirkan jawaban yang tepat dan tidak menimbulkan pertanyaan baru.
"Tidak ada, Pak." Jawab Dominus ragu dan tidak percaya diri atas jawabannya.
"Tidak ada bukti, tapi anda mau mengajukan tuntutan kepada Bu Arlen?" Pengacara Amarta serius melihat Dominus.
"Anda harus ingat, di pengadilan tidak bisa mengatakan berdasarkan pemikiran, perasaan atau dugaan. Harus berdasarkan bukti real, fakta. Baru anda bisa menuduh seseorang lakukan tindakan kejahatan."
'Pantas Bu Arlen tidak rela berikan semua perabot miliknya kepada perempuan ini. Ternyata Bu Arlen sudah tahu perselingkuhan mereka.' Pengacara Amarta membatin.
Walau pengacara Amarta tidak setuju dengan tindakan Dominus, dia bersikap profesional sebagai pengacaranya. Dia tidak menunjukan hatinya condong kepada Arlena.
"Kalau anda bersikukuh mau menuntut, apa ada orang dalam rumah ini yang bisa menjadi saksi?" Pengacara Amarta bertanya seakan sedang melakukan investigasi. Agar tidak dianggap berpihak kepada Arlena.
"Bagaimana mau ada saksi...." Ucapan Selina berhenti oleh gerakan mata peringatan Dominus.
"Tidak ada orang dalam rumah. Semua pelayan yang tinggal di sini diliburkan Arlen..." Dominus menjelaskan setelah meminta Selina diam.
"Apa itu tidak bisa jadi bukti?" Selina tidak tahan untuk berkomentar, dan kembali mendesak pengacara Amarta.
"Bukti apa? Bu Arlen meliburkan para pelayan?" Pengacara Amarta bertanya serius sambil melihat Selina dengan tatapan tajam.
"Apa itu tidak bisa jadi bukti? Dia sengaja meliburkan para pelayan untuk lakukan niat jahatnya." Selina merasa mendapat angin untuk membantah pengacara Amarta dan membenarkan tuduhannya.
"Supaya anda tahu, di pengadilan tidak semudah yang anda pikirankan. Dan anda tidak bisa berkata sesuka mulut. Apa lagi berhadapan dengan pengacara sekaliber pengacara Bu Arlen." Pengacara Amarta memanaskan suasana dengan menyebut pengacara Arlena. Supaya Selina berhenti menuduh.
"Pak Domi... Para pelayan sudah lama bekerja di rumah ini?" Pengacara Amarta mengalihkan pertanyaan kepada Dominus, karena tidak mau menanggapi Selina yang terus membantah dan mendesaknya.
"Iya, sudah lama. Sejak kami tinggal di rumah ini. Ada apa, Pak?"
"Bagaimana hubungan mereka dengan Bu Arlen?"
"Setahu saya, baik."
"Apa sebelum ini, mereka pernah diliburkan?"
"Pernah. Kalau yang muslim diliburkan untuk merayakan Lebaran. Begitu juga yang Kristen. Mereka bergantian diliburkan." Dominus menjelaskan tanpa mengerti maksud pertanyaan pengacara Amarta.
"Dari penjelasan anda, berarti bukan sesuatu yang baru kalau pelayan diliburkan. Kalau hubungan mereka baik dan dekat, apa'kah salah hari ini Bu Arlen memberikan liburan buat mereka?"
"Apa'kah anda lupa kalau hari ini beliau akan berpisah dengan mereka?" Pengacara Amarta bertanya tegas. Hal itu membuat Selina melihatnya dengan mata membesar.
"Sudah lihat? Asumsi negatif anda akan mudah dipatahkan. Dari mana anda tahu Bu Arlen berniat buruk? Apa anda cenayang" Pengacara Amarta melihat Selina.
"Tidak semua orang melakukan kebaikan, dengan bermaksud jahat." Pengacara Amarta menyentil.
"Sebelum kita lanjutkan, saya mau bicara dengan pelayan yang bertanggung jawab di sini. Supaya kita tidak terus bicara tentang asumsi seseorang." Pengacara Amarta mencubit usus buntu Selina.
Dominus hanya bisa mengangguk lalu memanggil kepala pelayan. Padahal dia sudah tidak berminat untuk membahas tentang tuntutan, setelah mendengar penjelasan pengacara Amarta.
"Ini kepala pelayan, namanya Tari." Dominus menunjuk Tari yang baru masuk ke ruang tamu.
"Baik. Terima kasih. Anda kepala pelayan di sini, jadi sangat tahu aktivitas dalam rumah ini." Ucapan pengacara Amarta membuat Tari yang tidak mengerti keadaan sangat terkejut. Dia melihat ke arah Dominus yang sontak melihat dia dan menggelengkan kepala.
Melihat reaksi kepala pelayan, Pengacara Amarta jadi tersenyum dalam hati. Dia jadi mengerti, bahwa kepala pelayan tahu banyak hal yang terjadi dalam rumah itu.
"Kalau saya ada di rumah, saya tahu Pak. Kalau saya keluar belanja keperluan, saya tidak tahu." Tari menjawab sambil berpikir, karena khawatir tidak sesuai dengan keinginan majikannya.
Pengacara Amarta tersenyum dalam hati mendengar jawaban kepala pelayan yang cerdas. Tidak berbohong, tapi juga menyembunyikan yang terjadi dan dia tahu.
"Oh, anda sering pergi belanja keperluan rumah. Apakah Bu Arlen tidak pernah pergi belanja?" Pengacara Amarta pergunakan kesempatan menyelidiki, tapi jantung Dominus mulai turun naik.
"Kalau Ibu ada di rumah dan tidak ke kantor, Ibu yang pergi belanja dengan sopir. Tapi kalau Ibu ada di luar negeri, saya yang belanja dengan sopir Ibu." Penjelasan Tari membuat Dominus membeku dan sontak Selina melihatnya.
"Oh. Apa Ibu Arlen sering ke luar negeri?" Pengacara Amarta lanjut menginvestigasi, karena melihat reaksi Dominus dan Selina. Dia lakukan itu seakan adalah hal lumrah sebagai pengacara.
"Ini mau tanya tentang liburan, tapi malah ke mana-mana." Protes Selina untuk menghentikan pengacara Amarta bertanya lebih lanjut dan menghentikan keterangan Tari.
"Ini adalah strategi pengacara untuk mendapatkan keterangan yang akurat. Anda ingin mengajukan tuntutan, tapi protes dengan cara pengacara bertanya kepada saksi?" Pengacara Amarta berkata tajam. Dominus hanya bisa mengusap dagunya, cemas dan panik.
"Silahkan menjawab pertanyaan saya sesuai yang anda tahu saja. Tidak perlu mengarang cerita. Saya hanya ingin tahu yang sebenarnya terjadi." Pengacara Amarta mengingatkan Tari.
"Iya, Pak. Bu Arlen tidak sering keluar negeri. Hanya sesekali, tapi dalam waktu yang lama. Yang terakhir, hampir enam bulan, karena Ibu sedang berobat..." Tari menjelaskan dengan lancar, tanpa beban. Tapi membuat Dominus seakan tidak sedang berpijak di lantai.
Sontak pengacara Amarta melihat Dominus yang hanya bisa mengusap wajahnya. Dia jadi mengerti, mengapa Dominus dan Selina menikah. Mereka sudah lama berhubungan di belakang Arlena saat sedang berobat di luar negeri.
Namun pengacara Amarta tidak mau bertanya tentang penyakit Arlena, agar tidak memberikan kesempatan bagi Selina dan Dominus membenarkan perselingkuhan mereka.
"Baik, terima kasih. Saya dengar, hari ini anda semua diliburkan. Mengapa anda bisa diliburkan hari ini?" Pertanyaan pengacara Amarta membuat Dominus dan Selina bernafas lega.
Hal itu memberikan isyarat bagi pengacara Amarta bahwa terjadi sesuatu di rumah itu saat Arlena tidak ada di rumah dan para pelayan mengetahui.
"Iya, Pak. Hari ini Ibu meliburkan kami semua untuk jalan-jalan." Tari menjelaskan dengan mata berkaca-kaca, terharu. "Kalau mengapa kami dikasih libur, kami tidak tahu."
"Setelah sarapan, Ibu bilang ke saya. Hari ini kami semua boleh pergi liburan ke mana saja. Boleh ke Mall atau tempat reaksi..." Ucapan Tari tertahan, karena hatinya penuh rasa haru.
"Sudah dengar? Dia sengaja meliburkan mereka semua, supaya bebas merusak." Selina langsung menuduh.
'Ruba betina ini ngomong apa, sih. Bukannya dia yang merusak?' Tari bertanya dalam hati. Dia sangat sedih ingat nyonyanya yang baik hati tidak ada bersama mereka lagi.
...~*~...
...~▪︎○♡○▪︎~...
hadeh ketemu si dom" lagi jangan bilang tuh ada ulet bulu bisa" ada perang apa lagi papanya Ar juga datang 🤣wah di tunggu dom" ketemu papanya arlena
semoga lancar dan gampang yg arlena.. ❣️
semoga debay dan mama nya sehat selalu.. dilancarkan sampe halnya..
aamiin🤲 ❣️
terimakasih outhor. Sehat sehat ya..
aduh untung pas urgent bnyk org baik termasuk polisi yang bantu kasih jalan