Setelah menikah, Laura baru tau kalau suaminya yang bernama Brian sangat posesif, bahkan terkadang mengekang, semua harus dalam pengawasannya.
Apakah Laura bahagia dengan Brian yang begitu posesif? akankah rumah tangganya bisa bertahan? sejauh mana Laura tahan dengan sikapnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon israningsa 08., isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
My posesif husband. 30 menyindir
Mila sedikit mendonggakkan wajahnya, wajah yang semula memelas seketika menyunggingkan sudut bibirnya depan Laura namun hanya sekilas, sampai Laura melihatnya samar-samar.
"Mbak! Aku minta maaf yah... Aku tau kamu bertengkar sama mas Brian gara-gara aku! Aku juga tau kalau semenjak aku ada disini kamu malah nggak nyaman ada dirumah!"
Laura menatap lurus padanya, bibirnya bungkam, dia sama sekali tidak tau harus berkata apa.
"Kalau mbak mau aku pergi dari rumah ini nggak apa-apa, tapi kayaknya mas Brian keberatan deh, jadinya aku nggak tau harus gimana! Karena dia paham betul sama kondisi aku!" Ucapnya lebih lanjut.
Laura tercengang atas pernyataannya, "mbak! Aku nggak tau maksud dan tujuan mbak Mila ngomong kayak gitu! Kalaupun mbak Mila bilangnya mas Brian keberatan ya udah... Mbak boleh tinggal disini semaunya mbak!"
"Kamu kok ngomongnya kayak nggak terima gitu ya mbak?" Kata Mila.
"Ya mau gimana lagi, keputusannya kan ada di mas Brian! Dan juga mbak, tolong yahh... Jangan selalu mengadu ke mas Brian soal keburukan aku, soal aku yang malas bersihin dapur lah... Malas cuci piring, malas bersih-bersih rumah, pokoknya nggak usah campuri urusan rumah tangga aku ya mbak! Aku mau apakan rumahku itu urusan aku!" Tuturnya dengan tegas.
"Ohh dan satu lagi, mbak Mila nggak usah ngadu kalau aku nggak nyaman dirumah ini gara-gara mbak Mila! Nggak ada faedahnya mbak! Mending mbak fokus ke Khanza aja yah!" Lanjut Laura.
Mila tak berkutik, ia sedikit tertunduk dengan sorot mata berubah tajam.
"Aku mau tidur sekarang, mbak Mila bisa kembali kekamar tamu! Kasihan Khanza sendirian disana!"
Laura hendak menutup pintu, namun tiba-tiba Mila menghalangi dengan menahan pintunya.
Ia menatap Laura, tak berkedip sedikit pun. Sudut bibirnya terangkat membentuk senyum tipis, yahh... Laura baru menyadari itu dia baru teringat kalau Mila tadi tersenyum seperti itu padanya.
"Kamu bilang ini rumah kamu? Setauku ini rumahnya mas Brian iya kan? Bahkan sertifikat tanahnya milik mas Brian bukan atas nama kamu! Jadi apa salahnya aku ngadu ke mas Brian soal sifat buruk kamu di rumah ini sebagai istrinya? Kan kalau kita punya keluhan sebagai tamu wajib lapor ke orang yang punya rumah, iyakan?!"
Laura sekali lagi tercengang, akhirnya ia tau Mila aslinya bagaimana, sepertinya dia sudah capek jadi manusia munafik.
Laura terdiam dengan mulut sedikit terbuka. Spontan kepalanya menggeleng tak menyangka dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Mbak nggak pernah nikah sih makanya belum tau artinya ibu rumah tangga!" Ucapnya dengan nada menyindir.
"Maksud kamu apa Ra? Kamu menghina aku karena udah punya anak tapi belum nikah, iya?"
"Itu mbak sendiri yang ngomong yah... " Jawab Laura.
Mila geram, terlihat dari kepalan tangannya yang makin erat.
"Udahlah mbak! Mending mbak Mila kembali kekamar aja! Nggak usah memprovokasi aku, karena itu nggak ada gunanya." Kata Laura sambil tersenyum, bukan senyum bahagia melainkan senyum kemenangan.
Senyumnya tipis tapi tajam, "ohh iya aku emang pemalas mbak! Tapi mas Brian masih sayang banget sama aku! Jadi masih mending aku dong dari pada orang yang numpang minta belas kasih oranglain!"
Mila menatapnya dengan sorot mata membara, wajahnya memerah dengan nafas memburu.
"Kenapa diam mbak? Udah nggak bisa ngomong apa-apa lagi ya?"
Mila tak merespon, ia masih mematung ditempatnya dengan bibir bergetar.
"Ya udah... kalau gitu Aku tutup pintu kamar aku ya mbak! Selamat malammmm.... " Ucapnya sambil melambaikan tangan sebelum akhirnya menutup pintu.
Setelah itu Mila berjalan kearah kamar tamu, langkahnya cepat dan penuh tekanan, hawa panas Seakan-akan mengikutinya dari belakang.
Ia masuk kamar, duduk di tepi ranjang sambil melirik baby khanza yang sudah terlelap.
Dengan kasar ia mengusap air mata yang akhirnya jatuh bebas membasahi pipinya, "bisa-bisanya Laura ngomong kayak gitu ke aku! Lihat aja, pelan-pelan aku bakalan rebut semua kebahagiaan kamu!" Gumamnya.