Keyz berpetualang di Dunia yang sangat aneh. penuh monster dan iblis. bahaya selalu datang menghampirinya. apakah dia akan bisa bertahan?
Ini adalah remake dari novel yang berjudul sama. dengan penambahan alur cerita.
selamat membaca
kritik dan saran di tunggu ya. 😀
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ady Irawan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Great Quest 1. Opening
Joy The Dragon Axe
Saat ini.
Keyz berlari menuju Dataran Rakau dari rumah petualang veteran Aron Eldaguard, walaupun dia tidak mengetahuinya.
Keyz. Akan memenuhi janjinya untuk bertemu dengan Dewi Pino.
Quest besar kah yang menunggunya? Ataukah pekerjaan receh lainnya?
Keyz tidak peduli. Dia hanya ingin segera melunasi hutang jutaan koin emasnya.
Saat memasuki Gerbang utama Sad Town. Keyz di sambut senyum oleh penjaga yang biasa dia temui.
Keyz hanya mengangguk. Dia tetap melanjutkan larinya. Menuju Balai kota.
Tapi....
Saat di jembatan pusat kota Sad Town. Langkah kakinya terhenti. Ada kerumunan di sana. Dan dentingan pedang di adu terdengar hingga tempat Keyz saat ini berada.
"Ada apa?" Tanya Keyz kepada salah satu petualang yang ada di dekatnya.
Tanpa menoleh, petualang itu menjawab. "Ada pemuda dengan empat pedang sedang bertarung dengan salah satu petualang terkenal Sad Town 'Joy' Si kapak Naga."
"Kapak Naga? Joy?" ulang Keyz.
Petualangan itu menoleh ke arah Keyz. Lalu, saat tahu siapa yang bertanya kepada dia. Dia langsung beruban. "Cih. Orang Terkutuk ini. Lihat apa-apaan kau ini? Enam Pedang? Hahaha. Konyol! Lakukan sesuatu dengan baju zirah lusuhmu dulu!"
Sedikit kehebohan terjadi akibat penampilan baru Keyz dengan enam pedangnya. Tapi, semuanya berakhir saat 'Joy Si Kapak Naga' Terbang ke arah Keyz dan para penghujat nya.
-Dum!!-
Tanah bergetar hebat saat tubuh Raksasa ber kapak besar jatuh ke jalanan utama Sad Town.
Lalu, di susul Pemuda dengan empat pedang yang turun dari langit. dengan cara menghujamkan diri secepat kilat dan menusukkan salah satu pedangnya di sebelah muka Si Joy.
Lucia. Keyz mengenali dia. Tapi, kini penampilannya berbeda. Dia memakai zirah besi seperti seorang petualang laki-laki pada umumnya.
Speed Duplication And Phantom Slash
"Lucia?" Gumam Keyz, terkejut. Tatapan matanya bertemu dengan sorot mata Lucia yang dingin dan fokus, saat ia menyarungkan kedua pedang utamanya di pinggang.
Lalu, secepat kilat.
—Sat!!—
Lucia tiba-tiba muncul di hadapan Keyz. Gerakannya bukan teleportasi, melainkan akselerasi fisik yang mematikan. Kedua pedang gandanya yang baru tersarung, kini sudah terhunus dan siap membelah tubuh Keyz tanpa peringatan.
Keyz, hampir tidak sempat menghindar. Dia melompat ke belakang untuk menjaga jarak.
Tapi, Lucia langsung mengejarnya, dan...
—Tang!!—
Denting keras logam beradu. Percikan api menyambar di antara mereka.
"Oi!!" teriak Keyz, marah. "Apa maksudmu? Luc..."
Belum sempat Keyz menyelesaikan kalimatnya, Lucia menendang perutnya dengan kekuatan penuh. Keyz terlempar sejauh lima meter ke belakang, menghantam kerikil jalanan.
Lucia tidak memberi kesempatan. Dia sudah bersiap lagi, mengayunkan pedangnya. "Shining Cross!" Dua sabetan pedang menciptakan gelombang kekuatan berbentuk huruf X besar dan menghujam ganas ke arah Keyz yang masih terengah.
Keyz bangkit, menarik dua pedang dari pinggangnya, meniru gerakan yang sama, hanya dengan fokus yang buta.
"Shining Slash!!" Keyz membalas serangan Lucia.
Kedua gelombang kekuatan berbentuk X saling bertabrakan di tengah jembatan.
—BLAAAR!!—
Ledakan dahsyat terjadi. Gelombang kejut mendorong kerumunan petualang yang menyaksikan, bahkan hampir semuanya terlempar ke belakang akibat ledakan energi dari kedua pendekar itu.
"Oi!!!" Keyz berteriak lagi, kini dipenuhi amarah. Pertarungan ini nyata.
Lucia bersiap untuk menyerang lagi. Dia melompat tinggi, melakukan tiga salto akrobatik di udara, dan melancarkan empat tebasan dalam sekejap saat meluncur turun. Setiap tebasan menciptakan gelombang kekuatan bercahaya yang menerjang Keyz.
—Tang. Tang. Tang. Tang.—
Keyz menepis serangan itu satu per satu dengan ketepatan yang menakutkan, menggunakan dua pedang gandanya secara bergantian.
Lucia melompat ke belakang dengan dua salto yang terkontrol. Dalam momen mendarat, dia melancarkan empat tebasan lagi dan berteriak: "Moon Breaker!" Kekuatan tebasan itu membelah jalanan di sekitar kaki Keyz.
Keyz tahu. Itu adalah kombo skill yang Lucia latih di atas bukit Dataran Rakau, yang Keyz lihat beberapa hari terakhir.
Namun, Keyz kini tidak tinggal diam. Dia melompat ke depan dengan dua salto tinggi, meniru akselerasi Lucia.
Tapi Keyz melangkah lebih jauh. Dalam satu lintasan udara, Keyz bisa melancarkan delapan tebasan sekaligus. Tebasan Keyz menciptakan gelombang kekuatan yang saling terjalin, berbentuk jaring bercahaya yang menghujam Lucia dengan ganas. Keyz tidak hanya meniru; dia menggandakan kekuatan dan jumlah tebasan.
Lucia berhasil menghindar, berputar di udara. Ia mendarat di sisi kanan Keyz, mengambil napas panjang, dan fokus.
—Sat!—
Lucia menghilang dari pandangan Keyz. Kecepatan akselerasi yang melampaui kemampuan mata biasa.
Dan...
—Sat! Sat! Sat!—
Tiga bayangan Lucia muncul. Mereka bergerak secepat kilat, menciptakan serangan ilusi yang menyerang Keyz secara membabi buta dari berbagai sudut. Ini adalah Phantom Slash. Skill yang membutuhkan kecepatan gerak yang sangat tinggi.
Keyz mengingat semua gerakan itu dan dia pun meniru.
"Sial!!!! Devil's Steb's!!!" teriak Keyz. Dan dia pun menghilang dari pandangan, mengaktifkan kecepatan yang hampir sama. Setiap langkah kakinya, tercipta garis hitam di jalanan.
Kini, Keyz berusaha mengimbangi kecepatan Lucia. Tubuhnya bergerak tanpa sadar, menahan semua serangan yang datang dari bayangan Lucia. Tanpa Keyz sadari, dia pun menciptakan bayangan-bayangan yang saling bertarung dengan bayangan Lucia.
Pertarungan itu berubah menjadi badai kecepatan bagaikan sebuah ilusi. Keheningan terjadi, diikuti oleh suara puluhan bilah pedang yang berbenturan di waktu yang sama.
"Phantom.... Slash!!!" Keyz dan Lucia meneriakkan kata-kata yang sama di waktu yang sama.
Propaganda And Shadow Threats
Meskipun Keyz berhasil menirukan Phantom Slash Lucia, tapi, tiruan tetaplah sebuah tiruan. Dia tidak mampu mengimbangi keahlian berpedang dan kecepatan gadis itu.
Pertarungan itu singkat, brutal, dan sangat memukau.
Jalanan kota Sad Town di sekitar jembatan porak poranda, batu-batu paving terbelah oleh tebasan energi keduanya.
Kini, pertarungan berakhir. Keyz tersungkur di jalan, berlutut dengan napas terengah. Kedua pedang Lucia sudah berada di depan matanya, siap menusuk.
Lucia mengibaskan kedua pedangnya. Suara whish singkat terdengar, menghilangkan sisa energi dari bilahnya, lalu menyarungkan nya ke tempatnya.
Dia tersenyum. Senyum penuh kepuasan ke arah Keyz yang terkapar. Lalu, dia berbalik dan menghadap ke arah para petualang yang masih menyaksikan, wajah mereka pucat pasi oleh ketakutan dan kejutan.
Lucia berdiri tegak di tengah kehancuran, menunjuk ke arah Keyz.
"Gembel ini jauh lebih kuat daripada petualang terbaik kota ini!" Suara Lucia lantang, penuh wibawa. "Dan kalian selalu menghinanya?"
Suasana langsung hening total. Para petualang saling bertatapan satu sama lain. Gumaman, bisikan ketakutan, dan rasa malu terdengar dari arah mereka.
Lucia merendahkan suaranya, hampir seperti bisikan yang mematikan, seolah memaksa kerumunan harus mendengarkan dengan saksama. "Keyz adalah temanku! Bila ada yang berani menghinanya lagi, aku bunuh kalian."
Keyz berdiri, masih belum bisa mencerna apa yang sebenarnya sedang terjadi. Dia menghampiri Lucia. Dia ingin mengatakan sesuatu tentang pengakuan persahabatan sepihak ini.
Namun, Lucia mendahuluinya.
"Namaku Luc! Mulai hari ini aku bergabung dengan Star Of Destiny! Kalian bisa memanggilku dengan sebutan, Luc Sang Empat Pedang Ilahi!"
Lucia menatap Keyz dengan senyum tipis, penuh perhitungan, berharap dia terlihat sebagai pemuda yang dingin dan arogan di hadapan semua orang. "Dan Keyz adalah bayanganku. Kalian lihat sendiri kehebatannya. Dia bisa mengimbangi ku."
Mendadak, tatapan Lucia menajam. Ia kini menatap lurus ke arah jembatan, di mana berdiri seorang lelaki yang sangat dikenal oleh Keyz. Sosok besar dengan badan tebal dan pedang besar di punggungnya.
"Kim!!! Keyz tidak selemah yang kau kira!!" teriak Lucia, menantang sang petualang veteran itu secara langsung.
"Tu... Tunggu Luci....." Keyz hampir menyelesaikan kalimatnya, mencoba menghentikan drama yang semakin menjadi-jadi ini.
Gadis itu melotot ke arah Keyz dengan tatapan paling mengancam yang pernah dilihat Keyz. Keyz terdiam.
"Kalau kau memanggilku dengan nama itu di depan banyak orang. Aku akan mencincang mu, Keyz," bisik Lucia.
Financial Loss
Kim berdiri di seberang jembatan, tubuhnya yang besar tidak bergerak. Ia hanya diam saja, tidak menjawab teriakan provokasi Lucia. Sorot matanya tidak bisa dibaca Keyz—campuran kemarahan, kepedihan, dan mungkin rasa takut untuk kehilangan yang terulang.
Keyz pun tidak bisa berkata-kata, lehernya masih terasa kaku akibat ancaman bisikan Lucia.
Setelah beberapa saat, ketegangan mulai mencair. Kerumunan mulai membubarkan diri, berbicara dengan bisikan heboh. Petugas keamanan Sad Town segera mengambil alih kekacauan ini, memasang pita pembatas di sekitar jalanan yang porak poranda akibat hantaman Phantom Slash.
Namun, drama belum berakhir.
Seorang pria dengan zirah emas, Jenderal Tertinggi Sad Town, muncul dari Balai Kota. Raut wajahnya dingin dan terkesan di paksakan. Ia membawa gulungan perkamen yang tampak resmi.
Pria bersenjata emas itu mendekati tiga petarung yang terlibat: Lucia, Joy Si Kapak Naga, dan Keyz.
Jenderal itu berbicara dengan nada datar, tanpa emosi, menyerahkan selembar perkamen kepada masing-masing dari mereka. Itu adalah Surat Tagihan akibat kehancuran yang mereka timbulkan di properti publik Sad Town.
Joy, yang baru saja bangkit dari tanah, mendengus kesal. Ia merogoh kantong kecil di ikat pinggangnya, mengeluarkan sekantong penuh koin emas yang berdentang merdu, dan melemparkannya ke Jenderal tanpa menghitung. Tagihan lunas.
Lucia, dengan status barunya sebagai Luc Sang Empat Pedang Ilahi, tersenyum dingin. Ia menarik sebuah kartu perak mengkilap, menyerahkannya kepada Jenderal untuk diproses. Tagihan lunas dalam hitungan detik.
Keyz adalah yang terakhir. Dia membuka tagihan itu dengan tangan gemetar.
Jumlah yang tertera di sana adalah angka yang signifikan—cukup untuk membuat Keyz hampir mati jantungan.
Keyz tidak bisa berkata apa-apa. Ia terpuruk dan tersungkur di tanah jalanan yang rusak, sisa-sisa debu ledakan menempel di baju lusuhnya sehingga menambah aura gembelnya.
Tagihan sebesar tiga ratus juta koin emas menusuk tepat di matanya.