Surga Yang Terenggut
Dengan langkah gontai, Amira menyeret kakinya menuju balroom tempat Sang Suami akan melangsungkan pernikahan.
Amira sebenarnya tidak sanggup jika harus menyaksikan pernikahan kedua Sang Suami, tapi Ibu Mertuanya memaksa Amira supaya hadir dalam acara tersebut.
"Aku harus sadar diri karena aku hanyalah perempuan tidak sempurna yang tidak bisa memberikan keturunan untuk Mas Dirga," gumam Amira dengan menitikkan air mata.
Dirga bergegas menghampiri Amira pada saat melihat kedatangan Istri tercintanya tersebut.
"Sayang, kenapa kamu memaksakan diri datang ke sini?" tanya Dirga dengan menggenggam kedua tangan Amira.
Belum juga Amira menjawab pertanyaan Dirga, Ibu Mertuanya langsung angkat suara untuk menjawab pertanyaan Sang putra.
"Dirga, sudah seharusnya Amira datang menyaksikan pernikahanmu. Jangan sampai orang lain mengira jika dia tidak rela dimadu, padahal semua itu gara-gara dia yang tidak kunjung hamil juga," ujar Bu Meri dengan ketus serta menatap tidak suka terhadap Amira.
Dari dulu Bu Meri memang tidak suka terhadap sosok Amira, apalagi Amira berasal dari keluarga sederhana.
"Tapi Ma, sebagai sesama perempuan seharusnya Mama mengerti bagaimana perasaan Amira. Dia pasti tidak akan sanggup apabila melihat Dirga bersanding dengan perempuan lain."
"Dirga, kenapa sejak menikah dengan Amira, kamu selalu saja melawan perintah Mama? Kamu harus ingat Dirga, jika Surga itu berada di bawah telapak kaki Ibu," ujar Bu Meri dengan penuh penekanan.
"Tapi Mama juga jangan lupa, jika do'a seorang Ibu tidak akan bisa menembus langit apabila Dirga sampai menyakiti hati Istri Dirga sendiri. Jika bukan karena Mama yang terus mengancam serta memaksa Dirga menikah lagi, Dirga juga tidak akan pernah bersedia melakukan poligami."
"Dirga, Istri kamu itu mandul, jadi Amira harus sadar diri jika dia tidak bisa memberikan keturunan. Mama malu setiap Teman-teman Mama bertanya kapan Mama akan menimang Cucu, padahal kalian berdua sudah menikah selama lima tahun," ujar Bu Meri.
Amira mencoba menenangkan Dirga supaya tidak terbawa emosi, apalagi para tamu undangan sudah mulai berdatangan, begitu juga dengan calon Istri kedua Dirga beserta keluarganya.
"Sudah Mas, tidak enak kalau sampai terdengar orang lain, apalagi Regina beserta keluarganya sudah datang," bisik Amira dengan mengelus lembut bahu Dirga.
"Tapi sayang_" ucapan Dirga terhenti ketika melihat Amira menggelengkan kepalanya.
Wajah Bu Meri seketika berubah pada saat melihat Calon Menantu beserta Besannya datang. Bahkan Bu Meri langsung memasang senyuman serta menyambut ramah keluarga Regina.
"Calon Menantu Mama cantik sekali sih. Dirga sangat beruntung bisa mendapatkan perempuan cantik dan berpendidikan tinggi seperti kamu sayang, apalagi kamu berasal dari keluarga kaya dan terpandang," ucap Bu Meri dengan memeluk tubuh Regina.
"Terimakasih banyak pujiannya Ma. Mama juga terlihat cantik," ucap Regina dengan tersipu malu.
Hati Amira semakin berdenyut sakit saat melihat sikap yang ditunjukan oleh Bu Meri kepada Regina, karena sikap Ibu Mertuanya tersebut berbanding terbalik terhadap dirinya, bahkan selama lima tahun menikah dengan Dirga, Amira diperlakukan layaknya seorang Pembantu oleh keluarga Dirga.
"Dirga, sebaiknya sekarang kamu dan Regina segera duduk di depan Penghulu," ujar Bu Meri dengan menarik paksa tangan Dirga sehingga membuat pegangan Dirga dan Amira terlepas.
Amira hanya bisa menatap nanar kepergian Dirga. Tubuhnya seketika terasa lemas ketika melihat Sang Suami duduk berdampingan dengan perempuan lain.
Amira, kamu pasti bisa melewati semua ini, ucap Amira dalam hati dengan menitikkan air mata.
Tidak ingin terlihat menyedihkan di tengah keramaian, Amira memutuskan duduk di antara para tamu undangan yang hadir.
Amira berusaha menampilkan senyum palsu untuk menutupi luka hati yang tengah ia rasakan.
Banyak tatapan iba melihat Amira, apalagi ada beberapa di antara tamu undangan yang mengetahui jika Amira adalah Istri pertama Dirga.
Dunia Amira rasanya runtuh pada saat mendengar Dirga mengucap nama perempuan lain saat ijab kabul pernikahan.
Tubuh Amira bergetar hebat, hatinya terasa hancur berkeping-keping ketika mendengar para Saksi mengesahkan pernikahan kedua Dirga, tapi dia masih mencoba membendung air matanya yang sudah hampir terjatuh.
"Saya terima nikah dan kawinnya Regina Putri Binti Bapak Wijaya dengan mas kawin tersebut dibayar tunai."
"Bagaimana para saksi?"
"Sah, sah."
Akhirnya air mata Amira tidak dapat ia bendung lagi pada saat melihat Dirga mencium kening Regina yang sudah resmi menjadi Istri keduanya.
Jantung Amira terasa sangat sakit seperti tertusuk ribuan duri, tapi pada saat Dirga melihat ke arah dirinya, Amira bergegas mengelap air mata kemudian menampilkan senyuman kepada Sang Suami.
"Selamat Mas," gumam Amira sehingga membuat Dirga tidak tega dan ingin sekali mendekap erat tubuh Istri pertamanya yang terlihat begitu rapuh.
Maafkan aku Amira, maaf, batin Dirga.
Pada saat para tamu undangan mengucapkan selamat kepada kedua mempelai, terdengar teriakan seseorang sehingga membuat semuanya terkejut dan melihat ke arah sumber suara.
"Hentikan pernikahan ini !!" teriak Pak Adnan yang tidak lain adalah Ayah kandung Amira.
Pak Adnan datang ke pernikahan Dirga dan Regina sehingga membuat Amira begitu terkejut, padahal sebelumnya Amira sengaja tidak memberitahu orang tuanya tersebut karena dia yakin jika Pak Adnan pasti akan kecewa dan sedih.
"Ayah" ucap Amira dengan lirih.
"Nak, kenapa Amira tidak memberitahu Ayah kalau Dirga menikah lagi?" tanya Pak Adnan dengan memeluk tubuh Putri semata wayangnya tersebut.
"Maaf Yah, Amira tidak mau membuat Ayah merasa sedih dan kecewa."
Pak Adnan tidak rela ketika melihat kesedihan yang tersirat pada wajah Amira, beliau yang begitu emosi bergegas menghampiri Dirga.
Tanpa basa basi, Pak Adnan langsung menampar keras pipi Menantunya tersebut.
Plak
Tamparan keras mendarat pada pipi Dirga sehingga membuat semua orang terkejut, terlebih lagi Bu Meri yang tidak terima putra kesayangannya ditampar di depan mata kepalanya sendiri.
"Berani sekali Anda menampar putra kesayangan saya !!" teriak Bu Meri.
"Lelaki seperti Anak Anda pantas mendapatkan lebih dari sebuah tamparan," ucap Pak Adnan dengan lantang.
"Maafin Dirga Yah," ucap Dirga dengan menundukan kepalanya.
"Dirga, Ayah sangat kecewa sama kamu. Apa kamu lupa dengan janji yang telah kamu ucapkan pada lima tahun yang lalu?" tanya Pak Adnan dengan mata berkaca-kaca karena menahan tangis.
Dirga tidak berani melihat wajah Pak Adnan. Dia terus menundukkan kepalanya, apalagi Dirga merasa bersalah karena telah mengingkari janji yang pernah dia ucapkan.
"Dirga, dulu saat kamu memohon kepada Ayah untuk menikahi Amira, kamu pernah berjanji tidak akan pernah melukai hatinya," ucap Pak Adnan dengan menahan sesak dalam dadanya.
"Kenapa sekarang kamu tega sekali melukai hati putri kesayangan Ayah? Apa karena kami orang miskin sehingga kalian bisa berbuat seenaknya terhadap kami?" lanjut Pak Adnan.
"Maaf Yah, Dirga tidak bermaksud menyakiti hati Amira," ucap Dirga dengan lirih.
"Tapi pada kenyataannya kamu sudah menorehkan luka pada hati Amira. Apa kamu tau jika luka hati lebih sakit dari pada luka fisik?" teriak Pak Adnan.
*
*
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 23 Episodes
Comments
ⁱˡˢ ᵈʸᵈᶻᵘ💻💐
assalamualaikum kak, Tabok aku dengan cintamu mampir nih 😁
tinggalin jejak dulu, nanti aku cicil baca ya kak, semangat terus kak🤗
2025-04-23
3
Sunshine
semangat terus Kak Thor, cerita barunya keren 👍👍
2025-04-16
2
Miu Nih.
duuh kisah rumah tangga yang high level nih, ugh!! ...
aku juga baru coba rilis karya genre rumtang nih kak, bantu lirik yuk di 'aku akan mencintaimu suamiku' 😉
2025-04-24
1