" Apa maksud dari keluarga mu bicara seperti itu mas? Apakah aku kalian anggap orang asing selama ini? Apa bakti ku pada suami serta keluarga ini tidak berarti apa apa?" Ria berkata dengan suara yang bergetar karena menahan tangis.
Selama ini ia hanya dianggap orang asing oleh keluarga suami nya sendiri padahal dia lah yang selalu ada untuk suaminya ketika sedang terpuruk bahkan dia rela menjadi tulang punggung mencari rezeki demi sesuap nasi karena suami yang dicintainya di PHK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Maharanii Bahar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Hari demi hari berlalu dan kedekatan antara Andre dan ria makin rapat, dan ria juga sudah bertemu Nayla mereka cocok satu sama lain, bahkan orang tua ria pun setuju dengan Andre dan sangat menyayangi Nayla seperti cucu sendiri.
"Jadi apa kalian sudah memikirkan untuk membawa hubungan kalian ke jenjang yang lebih serius lagi? Bukan bapak memaksa hanya saja tidak bagus juga terlalu lama takut terjadi hal yang tidak diinginkan". Ujar bapak.
"Kalau saya tergantung ria saja pak, karna saya memang sudah siap jika memang ria mau menjadi istri dan ibu untuk Nayla". Ujar Andre.
"Bagaimana nduk? Kami sebagai orang tua tidak memaksa hanya saja kami ingin yang terbaik untuk kamu". Ujar ibu kali ini menasehati sambil menggenggam tangan putri semata wayangnya.
"Bismillahirrahmanirrahim aku siap pak, Bu, mas Andre untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih serius lagi". Ujar ria yang akhir nya berani melangkah, dia memang sempat trauma dengan pernikahan sebelumnya,tapi melihat pancaran bahagia dari kedua orang tua nya dia pun mau melangkah, dan berhubungan dia sudah terlanjur nyaman dan membuka hati untuk Andre.
"Baiklah nak Andre kamu silahkan datang bersama walimu untuk lamaran resminya". Ujar bapak.
"Baik pak besok malam saya akan datang lagi pak". Ujar Andre ,dia berencana membawa satpam beserta art nya yang sudah lama bekerja padanya , karna mereka sudah Andre anggap seperti keluarga nya sendiri setelah semuanya pergi ke sang pencipta.
"Ya sudah ini juga sudah larut saya pamit dulu, besok malam saya kesini lagi, assalamualaikum". Ujar Andre langsung menyalami bapak dan ibu .
Setelah Andre pulang Julio pun sampai .
"Wah Andre baru dari sini ya". Ujar Julio sembari melangkah masuk.
"Masuk itu ucapin salam bukan main nyelonong". Ujar ria .
"Hehe iya maaf, assalamualaikum semuanya". Ujar Julio sambil nyengir kuda .
"Waalaikumsalam sini duduk nak". Ujar ibu lembut karna memang dia begitu menyayangi Julio seperti anak kandungnya.
"Bu aku lapar , ibu masak apa tadi?". Ujar Julio
"Manja banget kayak anak kecil aja, ingat umur woi". Ujar ria
"Sudah sudah ayo ibu temani kamu makan". Ujar ibu tidak ingin melihat mereka berdebat, dan Julio pun langsung bangkit mengikuti ibu dari belakang sambil menjulurkan lidahnya pada ria .
"Awas kamu". Ujar ria
"Sudah nduk sana istirahat,bapak mau ke dapur nyusul ibu sama Julio". Ujar bapak
"Ya sudah pak aku masuk dulu ya".ujar ria dan diangguki bapak.
.........
"CUKUP". Ujar Winda
Meraka semua langsung terdiam karna teriakan Winda.
"Apa kalian tidak bisa diam , ini rumah sakit bukan hutan, aku disini butuh ketenangan bukan untuk mendengarkan perdebatan kalian". Ujar Winda.
"Maaf kan mama nak, mama hanya tak ingin kamu kenapa Napa biar bagaimanapun kamu anak mama satu satunya". Ujar Bu Indri.
"Kalau memang tak mau Winda kenapa Napa harusnya memberikan Riyan hak di perusahaan situ". Ujar Bu Lila memulai lagi perdebatan itu.
"Sudah cukup ma, lebih baik mama dan kak putri pulang dulu, jangan membuat keadaan makin keruh ,aku juga tidak ingin sampai Winda stres dan berimbas pada kandungan nya, biar bagaimanapun aku sudah lama menantikan kehadiran nya". Ujar Riyan pelan
"Jadi kamu mengusir mama? Seharusnya yang kamu usir itu mereka". Ujar Bu Lila yang tidak terima.
"Kok kami? Disini anak kami yang sedang sakit jadi lebih membutuhkan orang tuanya ketimbang situ yang hanya mertua julid". Ujar Bu Indri tak mau kalah.
"Sudah ma, mama pulang ya, kak tolong bawa mama pulang". Ujar Riyan
"Ya sudah kalau gitu, ayo ma kita pulang toh kehadiran kita juga gak ada artinya disini". Ujar putri menyindir Winda.
Dan akhirnya tinggal lah orang tua Winda dan Riyan diruangan itu, Winda memilih untuk memejamkan matanya karna memang dia lelah bukan hanya fisik tapi juga pikiran, dia sudah membayangkan jika pulang dari rumah sakit maka rumah yang seperti neraka itu sudah menunggu nya.
"Kamu beli kami makan sana yan, kami lapar". Ujar Bu Indri
"Tapi aku sudah tak punya uang lagi ma".ujar Riyan karna memang dia sudah tak memiliki uang, karna sudah membayar untuk perawatan Winda dirumah sakit .
"Miskin sekali kamu, ya sudah ini beli kan kami makanan ,juga beli untuk mu aku tidak ingin kamu pingsan saat menjaga putriku". Ujar Bu Indri sembari menyerahkan dua lembar merah, dan Riyan langsung keluar.
"Pa apa kita tidak terlalu kejam pada Winda? Apa lebih baik kita bagi sebagian warisan untuknya?". Ujar Bu Indri.
"Tidak, biarkan suami nya berusaha lebih dulu, lagipula itu pilihan Winda biarlah dia mempertanggung jawabkan pilihan nya". Ujar pak aji tetap keras dengan pendirian nya.
"Tapi mama tidak tega pa melihat Winda sampai masuk ke rumah sakit, pasti mertuanya berbuat sesuatu pada putri kita". Ujar Bu Indri.
"Papa lebih tidak ingin kalau sampai harta itu di gunakan mereka semua". Ujar pak aji.
Dan ternyata apa yang mereka bicara kan terdengar oleh Winda, dia memang hanya memejamkan mata tapi tidak bisa tidur. Jadi dia mendengar apa saja yang mereka bicarakan.
'aku memang bodoh, mungkin ini karma untuk ku karena sudah merebut suami orang, mungkin selama ini ria juga diperlakukan seperti nya atau mungkin lebih dari itu, maafin Winda ma ,pa . Kalau memang Winda sudah tidak kuat lagi Winda akan pulang, tapi untuk sekarang biarlah Winda berjuang dulu untuk merebut hati mas Riyan seutuhnya dan tidak lagi dibawah pengaruh ibunya'. Monolog Winda .
Tiga puluh menit berlalu, Riyan baru kembali ke ruang perawatan Winda.
"Kamu beli makanan dimana? Lama lama jamuran kami nunggu kamu". Ujar Bu Indri saat melihat Riyan kembali dengan makanan ditangan nya.
"Maaf ma, tadi macet karna jam makan siang, antri juga ditempat makan nya". Ujar Riyan .
"Ya sudah , makan dulu ma ,kamu juga makan dulu Riyan". Ujar pak aji menengahi istri dan menantunya.
Mereka pun makan dalam diam, tidak ada obrolan apapun karna memang Riyan tidak mau memulai obrolan lebih dulu pasti nanti ujung nya bakal berdebat kembali.
Sementara dirumah Bu Lila tampak kesal .
"Kurang ajar memang, awas aja nanti kalau Winda pulang bakal aku buat anak nya itu menderita". Ujar Bu Lila saat sudah sampai dirumah nya.
"Aku setuju ma, Riyan juga bukannya dia mengusir mertua nya malah mengusir kita".ujar putri yang masih tidak terima dengan perlakuan Riyan tadi .
"Kita buat Winda tidak betah disini , atau kita buat dia menuruti apa yang kita ucapkan ,kita paksa dia untuk meminta warisan nya". Ujar Bu Lila dengan senyum licik.