LDR KATANYA BERAT!!
Tapi tidak bagi Rion dan Rayna. Ini kisah mereka yang berusaha mempertahankan hubungannya apa pun masalah yang mereka hadapi.
Tapi bagaimana jika masa lalu yang menggangu hubungan mereka?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30
Jam menunjukkan pukul dua siang. Langit Bekasi sedang cerah-cerahnya. Rayna duduk di tempatnya biasa merangkai bunga. Di hadapannya, segelas es teh lemon dan sebungkus roti isi ayam yang dibelinya beberapa waktu lalu.
Nama "Ion" muncul di layar—panggilan masuk dari Rion.
Dengan cepat, Rayna mengangkatnya. Hanya panggilan suara biasa, tak bisa menampilkan wajah Rion saat ini. Tapi cukup untuk mengobati rindunya yang tertahan. Lewat Rion suara yang ia dengar.
Hallo cantiknya Ion
"Hallo juga sayang," balas Rayna tak jelas. Mulutnya masih mengunyah roti isi ayam yang tersisa separuh.
Lagi apa?
"Baru makan siang," jawab Rayna singkat.
Di luar?
Rayna mengambil gelas di depannya, mengaduk lemon tea dengan sedotan panjang berwarna putih. "di toko, cuma beli roti sama lemon tea."
Kenapa gak makan nasi aja?
"Lagi males makan nasi sayang"
Kan kebiasaan kamu, pasti susah buat makan nasi. Kalo gak diingetin juga kayanya cuma makan sekali
"Ya kan gak laper."
Nanti sore harus makan loh. Peringat Rion dengan sedikit ancaman. Rayna mengangguk saja tanpa berkata-kata, walaupun ia tahu Rion tak akan bisa melihatnya.
"Ion masuk sore ya?" tanya Rayna.
Iya, masih ada waktu sebelum berangkat ke cafe. Sekalian mau berangkat sama Radit
Rayna memiringkan kepalanya sedikit ke kiri. "Gak sama Faisal juga?"
Bukannya apa. Rayna tahu betul jika Rion dan kedua temannya seperti tak dapat dipisahkan satu sama lain. Selalu saja bersama—di tempat kerja atau pun di luar lingkungan kerjanya.
Dia lagi minta cuti
"Kenapa?" tanya Rayna penasaran.
Ada urusan pribadi
Rayna berdiri dari tempatnya duduk. "Oh, kalo gitu aku tutup dulu telfonnya ya. Ada driver yang mau ngambil pesenan"
Dari luar toko, terlihat seorang driver yang duduk di atas motornya sambil fokus dengan ponselnya.
Iya cantik, semangat menjalani hari sayangnya Ion
Rayna dan Raya baru saja tiba setelah jalan kaki dari rumah. Keduanya mengenakan baju santai, Rayna sibuk memotret langit malam yang dipenuhi dengan gemerlap bintang, sedangkan Raya sibuk membaca menu roti bakar yang ditempel di gerobak berwarna hijau. Aroma mentega dan kental manis berbaur dengan udara di sekitar.
"Cokelat kejunya dua ya bang!" pinta Raya.
Rayna ikut mendekat, berdiri di belakang Raya. "Bang, cokelatnya agak dikurangin sedikit ya!" bukan Rayna tidak suka cokelat, tapi ia sedang tak ingin makan makanan yang terlalu manis—terlebih lagi sudah malam.
"Siap neng."
Kedua kakak beradik itu mengambil kursi plastik biru dan duduk berdampingan. Jalan utama tidak terlalu terlalu ramai di malam ini, hanya beberapa kendaraan yang melewati mereka.
Raya menepuk paha Rayna yang menggunakan celana pendek. "Ayah pulang Minggu depan," ucap Raya memberi kabar.
Rayna menoleh cepat. "Serius lo?"
"Rion... jangan dulu ke rumah ya!" pinta Raya memohon dengan ragu.
Takut permintaannya menyakiti Rayna. Ia menghargai sang adik yang hanya bisa bertemu dengan Rion dua Minggu sekali.
"Loh, apa hubungannya? Kan bagus kalo Rion ketemu sama ayah," ucap Rayna memberikan pendapatnya.
Rayna masih mengingat dengan jelas perkataan sang Ayah yang menanyakan tentang Rion dan ingin bertemu dengannya. Jika memang ada kesempatan kenapa tidak dilakukan saja?.
"Tapi Ayah mau ajak kita ke luar Na."
Rayna menghela napas panjang. "Ke mana?"
Jarang sekali sang Ayah kembali ke rumah untuk mengajaknya dan Raya pergi ke luar. Kecuali jika memang ada urusan penting atau memang Raya yang meminta.
"Ya gak taulah! Ayah kan belum bilang," balas Raya dengan nada sedikit kesal. Lagipula, ia hanya mendapatkan kabar dari sang Ayah untuk tak memiliki kegiatan apa pun di hari Minggu.
"Masa gua gak ketemu Rion lagi," keluh Rayna.
Menanti itu hal yang menyakitkan bagi Rayna, apalagi jika ia harus menunggu lebih lama untuk bertemu dengan Rion. Rencana-rencana yang sudah disiapkan untuk bertemu dengan Rion harus ia simpan kembali dalam diam.
"Nanti kan bisa ketemu lagi Na." Raya berusaha memberi pengertian untuk Rayna. Waktunya bersama Ayah lebih penting.
Rayna tak merespon, memilih untuk bermain ponsel tanpa mengatakan apa pun lagi. Ada rasa kecewa di dalam hatinya—yang tak bisa diutarakan secara langsung.
Raya memegang pundak Rayna. "Yaudah, gak usah bete gitu dong."
Kini, Rayna kembali menoleh. "Kenapa ayah gak dateng hari lain aja sih!"
"Jarang-jarang ayah mau ngajak kita ke luar Na."
"Iya, nanti gua bilang Rion," jawab Rayna dengan lemas. Tak ada lagi Minggu yang ditunggu-tunggu oleh Rayna. Dan kabar buruknya adalah Rayna harus menjalani hari dengan waktu yang akan berjalan lambat.
terus ortua mereka jg blm d jelasin ya kk ?