NovelToon NovelToon
Dipaksa Kawin Kontrak

Dipaksa Kawin Kontrak

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Nikah Kontrak / Cinta Paksa / Pelakor jahat
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Dini Nuraenii

Kaila tidak pernah membayangkan hidupnya akan berubah drastis hanya dalam semalam. Seorang perempuan sederhana yang mendambakan kehidupan tenang, mendadak harus menghadapi kenyataan pahit ketika tanpa sengaja terlibat dalam sebuah insiden dengan Arya, seorang CEO sukses yang telah beristri. Demi menutupi skandal yang mengancam reputasi, mereka dipaksa untuk menjalin pernikahan kontrak—tanpa cinta, tanpa masa depan, hanya ikatan sementara.

Namun waktu perlahan mengubah segalanya. Di balik sikap dingin dan penuh perhitungan, Arya mulai menunjukkan perhatian yang tulus. Benih-benih perasaan tumbuh di antara keduanya, meski mereka sadar bahwa hubungan ini dibayangi oleh kenyataan pahit: Arya telah memiliki istri. Sang istri, yang tak rela posisinya digantikan, terus berusaha untuk menyingkirkan kaila.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dini Nuraenii, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 5

Cahaya pagi menyelinap masuk melalui sela-sela tirai lusuh di ruang tengah, menebar semburat keemasan yang hangat di atas lantai kayu yang mulai retak.

 Suara ayam berkokok di kejauhan bercampur dengan denting sendok mengenai gelas sunyi khas pagi dari gang sempit tempat Kaila tinggal.

Kaila duduk di kursi kayu dengan tatapan kosong menatap dinding. Rambutnya dibiarkan tergerai seadanya, kaos abu-abu yang ia pakai semalam belum berganti. Di depannya, segelas teh tawar masih utuh, uapnya sudah lama menghilang.

 Wajahnya sembab, namun tak ada air mata yang tersisa. Malam tadi, ia menumpahkan semuanya. Kini yang tertinggal hanyalah ruang kosong di dada dan satu pertanyaan besar yang belum dijawab Haruskah ia menerima tawaran Arya?

Dari dapur sempit, terdengar suara batuk berat. Rudi, ayahnya, muncul dengan kaus oblong kusut dan rambut acak-acakan. Ia melirik sekilas ke arah putrinya, lalu duduk di seberang meja dan menyulut rokok.

Tak ada kata-kata. Mereka sudah terbiasa dengan sunyi semacam ini. Tapi hari ini terasa berbeda. Ada sesuatu yang menggantung di udara, sesuatu yang lebih berat dari biasanya.

Kaila tidak membuka suara. Ia hanya menggeser gelas teh ke arah ayahnya, isyarat diam bahwa ia belum sanggup bicara.

Rudi menerimanya dengan anggukan kecil, lalu menyeruput teh hambar itu seperti biasa tanpa tanya, tanpa curiga. Tapi tatapan matanya menyimpan sesuatu. Mungkin firasat. Mungkin hanya lelah.

Tok tok tok.

Ketukan di pintu membuyarkan kebisuan. Suara itu terdengar sopan namun tegas, cukup keras untuk membuat dada Kaila berdegup tak karuan.

Ia refleks menoleh. Rudi hendak berdiri, namun Kaila menahannya dengan gerakan tangan.

“Biar aku, Yah,” ucapnya pelan.

Kaila melangkah ke pintu, membuka perlahan. Di hadapannya berdiri seorang pria berpenampilan rapi. Jas abu-abu licin, rambut disisir klimis, dan wajah tenang yang mengingatkan pada tokoh-tokoh pengacara di televisi. Ia membawa map cokelat tebal di tangannya.

“Selamat pagi. Saya Dion, pengacara pribadi Tuan Arya Satya,” katanya sopan.

 “Saya datang sesuai permintaan beliau, untuk membicarakan perjanjian pernikahan kontrak.”

Dunia Kaila seakan berhenti sejenak. Ia tahu Arya akan mengirim seseorang, tapi tidak secepat ini. Nafasnya tercekat, namun ia menepi, mempersilakan pria itu masuk ke dalam.

Rudi memandang pria asing itu tanpa kata. Dion hanya menunduk singkat sebagai salam, lalu duduk di kursi yang ditunjukkan oleh Kaila. Ia membuka map dan mulai mengeluarkan beberapa lembar dokumen, meletakkannya rapi di atas meja.

“Ini adalah draft perjanjian. Semua syarat dan ketentuan sudah tertulis dengan jelas. Jika Anda setuju, tinggal menandatangani di bagian akhir dokumen,” jelas Dion tanpa basa-basi.

Kaila menatap kertas-kertas itu dengan pandangan kosong. Tangannya gemetar, tapi ia menahan agar tidak terlihat. Ia belum menyentuhnya, apalagi membacanya.

“Apakah aku boleh mengubah beberapa poin?” tanyanya pelan, suara hampir tak terdengar.

“Beberapa hal bisa didiskusikan. Tapi mayoritas klausul sudah sesuai dengan permintaan utama Tuan Arya,” jawab Dion.

“Dan,apakah ini akan diumumkan ke publik?”

“Tidak dalam waktu dekat. Pernikahan akan diumumkan secara resmi dalam satu bulan ke depan. Sampai saat itu, hanya pihak internal dan keluarga yang tahu.”

Kaila mengangguk perlahan. Kepalanya sesak. Ia bahkan belum tahu apakah ia siap berdiri di pelaminan palsu, di samping pria yang tidak mencintainya. Tapi ia juga tahu kehidupan yang sekarang pun bukan kehidupan yang ia pilih.

“Tuan Arya berharap keputusanmu hari ini,” kata Dion, melirik arlojinya.

Kaila menunduk. Dan untuk pertama kalinya, kertas di depannya terasa lebih berat dari hidupnya sendiri.

"baiklah beri aku waktu,biar aku sendiri yang menyerahkan nya nanti" ucap Kaila dengan tegas.

.....

Pintu tertutup perlahan di belakang punggung pria bersetelan rapi itu. Suara langkah kakinya menghilang seiring ia menjauh dari rumah sempit di gang buntu itu.

Kaila masih berdiri di depan pintu, mematung seperti patung es. Tangannya yang gemetar mengepal kuat-kuat, berusaha mengunci segala gejolak yang tengah menyesaki dadanya.

Di dalam ruang tamu, map cokelat yang baru saja ditinggalkan pengacara itu tampak seperti benda asing yang membawa malapetaka.

Rudi duduk terpaku di kursi kayu reyotnya. Rokok di jari kirinya sudah tinggal separuh, asapnya mengambang pelan di udara. Tatapannya kosong menembus meja. Tak ada satu pun dari mereka yang bicara selama beberapa detik yang terasa seperti selamanya.

Kaila akhirnya bergerak, kembali duduk di kursi seberang ayahnya. Suaranya lirih, hampir tenggelam di antara sunyi. “Itu,pengacara dari Arya Satya. Dia bawakan dokumen perjanjian nikah kontrak.”

Rudi menatap anak perempuannya, pelan-pelan. Sorot matanya yang biasanya tajam kini melembut, seolah berusaha memastikan apa ia benar mendengar hal tadi. “Nikah kontrak?” ulangnya pelan, lebih kepada dirinya sendiri ketimbang ke Kaila.

“Ya…” Kaila menunduk. “Setahun. Pernikahan formal, katanya. Tidak diumumkan ke publik dulu. Setelah itu cerai.”

Rudi tak langsung menjawab. Ia mengangkat rokok ke bibir, mengisap dalam, lalu menghembuskan asap panjang sebelum akhirnya bersandar ke sandaran kursi.

“Jadi sekarang anak Ayah ini mau jadi istri bohongan dari CEO Satya Group?”

Kaila menggigit bibir bawahnya. Tak ada jawaban.

Rudi menatapnya lama. “Kamu pikir Ayahmu tidak ngerti beginian? Kamu pikir Ayah terlalu bodoh buat paham ini semua?”

“Ayah…” bisik Kaila.

“tidak.” Rudi mengangkat tangannya, memotong. “Dari awal Ayah tahu kamu anak pintar. Kuat. tidak gampang dibodohi. Tapi kalau kamu bilang iya buat ini, Kaila... itu bukan pilihan orang kuat. Itu pilihan orang yang sudah menyerah.”

Kalimat itu menghantam dada Kaila seperti palu godam. Ia menunduk lebih dalam, menggenggam rok tipisnya erat-erat.

“Ayah tahu kita miskin. Ayah pemabuk, preman kampung, dan tidak pernah bisa kasih kamu hidup layak. Tapi setidaknya kamu masih bisa jalan lurus. Kamu masih bisa tidur malam tanpa rasa malu.”

Kaila mengangkat kepalanya, menatap ayahnya dengan mata berkaca. “Aku tidak menyerah, Yah. Justru karena aku lelah dikuasai keadaan… aku mau punya kendali. Mau coba sesuatu. Mungkin salah, tapi aku yang menentukan. Bukan orang lain.”

Rudi mengusap wajahnya dengan kedua tangan, lalu tertawa miris. “Kendali? Dalam pernikahan palsu dengan orang kaya yang bahkan tidak mengerti cara hidup kita? Kamu kira kamu bisa atur permainan mereka?”

“Mungkin tidak,” ucap Kaila pelan, “tapi setidaknya aku ikut main. Bukan hanya jadi pion.”

Sunyi lagi menyelimuti ruangan. Rudi memandang anak semata wayangnya dengan campuran marah, bangga, cemas, dan rasa bersalah yang sulit dijelaskan.

Ia tahu Kaila tidak bodoh. Ia tahu keputusan ini tidak datang dari kelemahan. Tapi ia juga tahu dunia orang-orang seperti Arya Satya tidak punya tempat untuk gadis seperti Kaila yang terlalu jujur, terlalu tulus, terlalu mudah remuk jika dipermainkan.

“Kamu sudah putuskan?” tanyanya akhirnya.

Kaila menggeleng pelan. “Belum. Tapi… aku pikir aku tahu jawabannya.”

Rudi berdiri, menginjak rokoknya yang sudah habis. Ia berjalan ke dapur, lalu kembali dengan gelas kosong. Disodorkannya pada Kaila dengan tangan yang sedikit gemetar.

“Kalau kamu emang mau jalanin ini, setidaknya jangan sendirian. Isi gelas Ayah. Kita ngobrol. Kita pikirin baik-baik.”

Kaila mengulas senyum kecil, pahit tapi hangat. Ia bangkit, melangkah ke dapur, dan untuk sesaat… rumah itu kembali terasa seperti rumah.

1
R 💤
jangan mau kaila,
R 💤
hadir Thor 👋🏻
R 💤: siap Thor 👋🏻
Dini Nuraeni: Thanks dah mampir dan jadi yang pertama mengomentari 🥹🫶
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!