NovelToon NovelToon
Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Gara-gara Kepergok Pak Ustadz

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Cinta setelah menikah / Pernikahan Kilat / Slice of Life
Popularitas:6.1k
Nilai: 5
Nama Author: Imelda Savitri

"Nikah Dadakan"

Itulah yang tengah di alami oleh seorang gadis yang kerap di sapa Murni itu. Hanya karena terjebak dalam sebuah kesalahpahaman yang tak bisa dibantah, membuat Murni terpaksa menikah dengan seorang pria asing, tanpa tahu identitas bahkan nama pria yang berakhir menjadi suaminya itu.

Apakah ini takdir yang terselip berkah? Atau justru awal dari serangkaian luka?

Bagaimana kehidupan pernikahan yang tanpa diminta itu? Mampukan pasangan tersebut mempertahankan pernikahan mereka atau justru malah mengakhiri ikatan hubungan tersebut?

Cerita ini lahir dari rasa penasaran sang penulis tentang pernikahan yang hadir bukan dari cinta, tapi karena keadaan. Happy reading dan semoga para readers suka.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Imelda Savitri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kunjungan pertama

Wanita itu kemudian menoleh menatap Leyla dan tersenyum cerah. Dengan bahasa Turki yang lancar, ia menyapa,

"Merhaba, teyze."

(Halo, tante.)

"Merhaba canım!" Balas Leyla ikut tersenyum lembut.

(Halo sayang)

Sementara itu, tatapan wanita berambut pirang itu beralih ke Murni yang masih berada dalam pelukan Leyla. Tatapannya sedikit heran, mungkin karena melihat penasaran dengan sosok Murni.

Murni yang masih memeluk lengan Leyla, mencoba menenangkan dirinya setelah semua kekacauan barusan. Tatapannya sesekali melirik ke arah wanita yang kini duduk di sebelahnya, fitur wajah asing khas orang Barat itu berhasil menyita perhatian Murni.

Ada sesuatu yang dalam diri wanita itu yang membuat Murni penasaran akan identitasnya, aura wanita itu terasa dingin tapi memikat. Terlihat tegas, tapi juga tenang secara bersamaan. Intinya, sosok wanita itu sangat berbeda dari orang-orang yang pernah Murni temui.

"Siapa dia sebenarnya?" batin Murni, sementara kepalanya masih dipenuhi suara tembakan dan suara ledakan yang masih tersisa. "Kenapa dia bisa setenang itu, selepas kejadian mengerikan tadi?"

Jantung Murni masih berdegup cepat, tapi rasa takut perlahan tergantikan oleh rasa ingin tahu. Ia kembali mencuri pandang ke arah wanita itu. Satu kali. Dua kali. Sampai akhirnya mata mereka tidak sengaja bertemu. Wanita itu menyadari arah tatapan Murni, lalu tersenyum lebar, menampilkan deretan giginya yang putih sempurna.

Murni tersentak kecil dan buru-buru mengalihkan pandangan. Ia merasa sedikit malu ketika ketahuan sudah mencuri-curi pandang pada wanita itu, lalu ia menyunggingkan senyuman yang terlihat kikuk sembari menatap canggung wanita itu.

Wanita itu hanya terkekeh pelan, lalu kembali menatap ke depan seolah semua ini bukan suatu hal yang besar.

Empat jam perjalanan berlalu. Suasana di dalam mobil terasa hening, hanya ada suara mesin dan dentingan halus dari jalan yang menemani. Sementara Murni dan Leyla tampak tenang tertidur dalam posisi bersandar satu sama lain.

Mobil Kaan akhirnya memasuki kawasan perumahan elit. Jalanan di kompleks itu tampak bersih dan lapang, dikelilingi pepohonan rindang yang tertata rapi. Lampu jalan modern berdiri sejajar, dan rumah-rumah megah berderet bak galeri arsitektur kontemporer.

Beberapa menit kemudian, mobil berhenti di depan sebuah rumah bergaya modern minimalis. Bangunannya tinggi dengan jendela kaca besar, dan juga pagar besi hitam yang terlihat elegan, disertai taman kecil yang rapi di sisi kiri pekarangan. Rumah itu memancarkan kesan dingin, mewah, dan… eksklusif.

Ketika mobil berhenti, Kaan segera keluar, begitu pula dengan Jonathan dan wanita yang tadi yang memiliki nama Savielda. Sementara itu, Leyla dan Murni masih tertidur pulas di kursi belakang, tenggelam dalam ketenangan sementara setelah perjalanan panjang.

Savielda menepuk bahu Leyla dengan pelan, membuat Leyla sedikit tersentak sebelum akhirnya membuka kedua matanya yang masih berat.

“Tante, kita sudah sampai." Ujar Savielda sembari tersenyum tipis.

“Oh begitu ya." Gumam Leyla setengah sadar.

Matanya lalu menoleh ke sisi kanan, barulah ia menyadari keberadaan Murni yang bersandar di lengannya. Napas gadis itu terdengar teratur, begitupun dengan wajahnya yang masih terlihat letih.

Dengan perlahan, Leyla mengguncang pundak Murni. “Murni… kita sudah sampai. Bangun, nak.”

Murni sedikit tersentak, kelopak matanya terbuka perlahan, dan butuh beberapa detik sebelum kesadarannya kembali seutuhnya. “Hah? Sudah sampai?”

“Iya, ayo keluar.” Ajak Leyla, kemudian membuka kunci pintu mobil di sampingnya.

Mereka pun keluar bersama. Begitu kaki Murni menginjak halaman depan, matanya langsung membelalak. Ia menatap sekelilingnya dengan takjub. Rumput yang terpotong rapi, lampu taman kecil yang menyala hangat, dan dinding rumah tinggi menjulang dengan aksen kaca bening yang memantulkan cahaya senja.

Hingga saat kepalanya mendongak, melihat bangunan dari bawah ke atas, Murni tak bisa menahan gumaman lirihnya. “Masyaallah…”

Hatinya tergetar. "Jadi ini rumah Mas Kaan?" pikirnya. "Masyaallah, rumahnya mirip seperti yang ada di sinetron-sinetron. Indah, mewah, bersih… dan besar."

Detik berikutnya, kekaguman itu seketika berubah menjadi rasa minder akan dirinya.

"Ternyata Mas Kaan berasal dari keluarga kaya… sedangkan aku hanya…" Ia tak berani menyelesaikan kalimat itu dalam pikirannya.

“Yuk, masuk.” Suara Leyla berhasil membuyarkan lamunannya.

Murni mengangguk pelan. Dengan langkah ragu dan hati yang belum sepenuhnya tenang, ia mengikuti Leyla melewati pagar hitam berukir minimalis dan menjejakkan kaki untuk pertama kalinya ke dunia yang terasa begitu jauh dari kehidupannya sebelumnya.

Begitu melewati pintu rumah, Murni seperti masuk ke dunia lain. Lantai marmer putih mengilap, langit-langit tinggi dengan lampu gantung kristal yang berkilauan, serta aroma ruangan yang wangi, semuanya membuat langkah kakinya terasa ragu.

Di kiri kanan, perabotan bernuansa krem dan emas tertata sempurna tanpa satu pun debu. Bahkan, suara langkah kakinya saja terasa terlalu keras di tempat yang sedemikian tenang dan mewah itu.

Ia mengedarkan pandangan ke sekeliling. "Jadi ini yang disebut elegan." Pikirnya. "Dulu aku ndak begitu ngerti yang dimaksud orang-orang kota saat bilang rumahnya elegan… Tapi sekarang, kayaknya aku paham."

"Kalau kamu capek, istirahat saja dulu, ya,” ujar Leyla, tersenyum lembut padanya. “Tante juga mau istirahat dulu. Kamar Kaan ada di atas sana." Sambung Leyla sambil menunjuk ke arah tangga melingkar yang dilapisi karpet merah marun.

Murni hanya mengangguk pelan. Matanya lalu menangkap sosok Kaan yang tengah membawa tas miliknya menaiki anak tangga dengan langkah tenang. Ragu-ragu, ia pun mengikuti dari belakang.

Setiap pijakan di tangga membuat Murni seperti melangkah ke dalam dongeng. Karpet merah yang empuk di bawah kakinya, ukiran pegangan tangga dari kayu gelap yang berkilau, dan pencahayaan temaram yang hangat, semuanya membuatnya merasa seperti bangsawan.

"Rasanya kayak jadi putri kerajaan." Pikirnya.

Sampai akhirnya Kaan berhenti di depan sebuah pintu dan membukanya.

Seketika Murni bisa melihat bagaimana bentuk kamar suaminya. Kamar itu luas, tapi tidak ramai. Dindingnya didominasi warna abu-abu muda yang netral, berpadu harmonis dengan aksen krem di sisi tirai dan perabotannya.

Tidak banyak barang di sana, hanya ada sebuah ranjang king size dengan seprai rapi, sebuah meja kerja minimalis di sisi jendela besar, serta rak buku pendek yang hanya ada beberapa buku dan bingkai foto yang ada di samping ranjang.

Di ujung ruangan, terlihat ada dua pintu yang berdampingan. Yang satu menuju kamar mandi yang dilapisi marmer putih, satunya lagi adalah walk-in closet dengan pencahayaan otomatis.

Kaan meletakkan tas Murni di samping ranjang. Lalu, berbalik dan menatap Murni sejenak.

“Kamu bisa istirahat dulu di sini." Ucapnya, sambil menunjuk ke arah ranjang. “Saya keluar dulu sebentar."

Murni mengangguk kecil. “Iya."

Setelah Kaan keluar, pintu segera tertutup dan menyisakan Murni seorang.

Murni menghela napas panjang. Ia menutup matanya sejenak, lalu membukanya perlahan... lalu menutupnya lagi dengan telapak tangannya, kemudian membukanya lagi.

Pemandangan itu masih tetap sama.

"Ini nyata… bukan mimpi." Gumamnya.

Dengan perlahan, ia melangkah ke sisi ranjang, mengusap permukaan seprai lembut itu dengan ujung jarinya. Rasa asing Deket menyelusup ke dalam hatinya, rasa kagum, tak percaya, dan sedikit takut menyatu dalam benaknya.

Ketika Murni naik ke atas kasur, tubuhnya seakan tenggelam dalam kelembutan permukaan kasur yang empuk dan harum. Ia membenamkan wajahnya ke dalam selimut hangat, membiarkan aroma bersihnya meresap ke dalam indera. Sekilas ia merasa seperti tengah bermimpi, seakan kenyataan ini terlalu mewah untuk dirinya yang hanya orang biasa.

Saat ia mendongakkan kepalanya, pandangannya tanpa sengaja tertumbuk pada dua bingkai foto yang berdiri manis di atas meja kecil di samping ranjang. Rasa penasaran menyeruak. Murni bangkit dari posisi rebahnya dan meraih salah satu bingkai foto itu.

Foto pertama menampilkan tiga anak kecil dengan dua anak laki-laki yang memasang wajah cemberut dan satu anak perempuan dengan rambut pirang terang yang tampak tertawa lepas. Membuat Murni ikut terkekeh melihatnya.

"Lucunya..." gumamnya pelan, seolah ingin menyimpan kehangatan itu di hatinya.

Lalu tangannya bergerak ke bingkai kedua. Kali ini, sebuah foto wisuda. Kaan berdiri tegap mengenakan toga, dikelilingi keluarganya. Di sampingnya ada kedua orang tuanya.

Dan ada juga seorang pemuda yang wajahnya mengingatkan Murni pada Kaan, yang kemungkinan itu adalah adiknya. Serta sosok seorang gadis muda dengan rambut panjang hitam pekat dengan wajah khas Eropa yang cantiknya luar biasa. Di dalam foto, gadis itu terlihat tengah memeluk lengan Kaan dengan akrab, membuat dada Murni terasa sedikit sesak disusul rasa penasaran akan sosoknya.

"Mungkin keluarganya." Pikirnya, sebisa mungkin berpikir positif.

Di sisi lain rumah, Kaan tengah berdiri di balkon lantai dua dengan ponsel menempel di telinganya. Suaranya rendahnya terdengar dingin ketika berbicara dengan seseorang dari seberang sana. Bersamaan dengan rahangnya yang ikut mengeras saat mendengar laporan dari seberang.

Ternyata kecurigaannya terbukti. Sekretaris pribadinya diam-diam menjual informasi internal perusahaan pada pihak luar. Dan hingga kini, belum diketahui siapa yang sebenarnya berada di balik permainan kotor itu.

Kaan menggertakkan giginya, nada bicaranya terdengar penuh tekanan.

“Pecat sekarang juga.” Ucapnya tajam sebelum memutus sambungan secara sepihak.

1
Nar Sih
semoga murni baik,,sja ngk ada yg jht atau menganggu nya di saat sang suami gk ada
Nar Sih
pasti nih musuh mu dtg lgi kaan ,kmu hrus hti,,dan waspada ada istri lugu mu yg perlu kau jga
Nar Sih: siip kakk lanjutt
Lucy: Kayaknya Murni ini harus dimodifikasi lah🗿
total 2 replies
Nar Sih
murni cerminan istri yg soleha untuk mu kaan ,dia nurut apa kta suami dan patuh bersyukur lah kmu punya istri seperti murni ,walau pernikahan kalian mendadak ,dn blm ada rasa cinta ,tpi yakin lah rasa itu akan tumbuh dgn berjln nya waktu
Nar Sih
murni ,stlh ini kmu harus siap ,,jdi wanita tangguh msuk dlm keluarga suami mu yg bnyk memusuhi nya
Lucy: nah ini aku dalam masa persiapan kak buat mengotak-atik Murni/Determined/
total 1 replies
Nar Sih
murni pasti kaget begitu masuk rmh suami nya seperti masuk istana dogeng ,
Lucy: banget
total 1 replies
Ray Aza
yuuuuuhhhh.... peran murni makin tenggelam euy!
ga cocok msk ke circle kaan. 😅😅😅
aq plg ga suka sm tokoh pajangan yg bermodal baik hati & cantik aja tp ga pny kontribusi apa2 di alur cerita. 🤣🤣🤣
Lucy: nice, thanks sarannya😭🫰
Ray Aza: lha ampe eps 20 peran murni sbg tokoh utama blm keliatan sm sekali e. awal nongol mlh jd tokoh tertindas dibully sana sini, strata sosial rendah, pendidikan minim, pekerjaan pilu, fisiknya cantik ga sih? lupa diskripsinya. wkwkwkkk... artinya sejak awal ga kenotice jd hilang dr memori. terlalu berat manjat ke circle kaan. ayo sis km gembleng dl biar kek tokoh cewe di novel seblmnya. sdh ga jamannya cewek cm sebagai obyek
total 3 replies
Nar Sih
penasaran nih kak sbnr nya siapa kaan sbnr nya kak bnyk musuh dan siapa wanita itu
Nar Sih: siiap kak ,mohon up tiap hari ya kak👍🙏
Lucy: bakal terjawab di chapter selanjutnya
total 2 replies
Nar Sih
kira,,siapa pelaku pemembakan itu ya ,mungkin kah musuh kaan..hnya othor yg tau
Lucy: /Proud/
total 1 replies
Nar Sih
semagat y murni jgn sedihh ..suami mu pasti menjaga mu ,trus kira,,siapa yg telpon kaan ,semoga bukan org jht ya
Nar Sih
mungkin memang awal blm ada rasa antara kalian tpi ...yakin lah cinta pasti dtg pada kalian dgn berjln nya waktu ,murni kmu harus siap ikut i suami mu ya
Lucy: oke kak
Nar Sih: ditunggu bab selanjut nya kakk👍
total 3 replies
Nar Sih
dasar orang kok aneh lastri,iri dengki dgn saudara sendiri ,
Lucy: ya biasa kan kalau emak" rempong itu emang gitu kak
total 1 replies
Nar Sih
waah...bu lastri mulai panas nih dan pasti nya disertai iri dengki pada kehidupan murni sekeluarga yg notaben nya msih keluarga nya
Ray Aza
kalo di novel halu lainnya lgsg dibuatin mansion tuh... ada garasi jet pri (dikira odong2 x ya ga perlu perijinan otoritas bandara setempat) 😅😅😅
Lucy: 😭di luar nalar, bahkan kadang bingung
total 1 replies
Nar Sih
semoga murni dan kaan sgra menjdi psngn suami istri yg sesungguh nya ,
Lucy: Aaminn
total 1 replies
Nar Sih
sabarr murni ,percayalah di balik duka pasti ada suka ,
Nar Sih
lanjutt kakk ,
Nar Sih: ,👍👍💪💪🥰
Lucy: wah makasih banget, aku suka dan makin termotivasi deh🫰
total 4 replies
Nar Sih
alhamdulilah murni kmu dpt ibu mertua yg baik
Nar Sih
seperti nya calon pelakor udh mulai hadir nih
Lucy: /Doge/
total 1 replies
Nar Sih
nikah dadakan moga bisa membuat pegantin bru ini bahagia
Nar Sih
cerita nya bagus kakk,👍
Lucy: makasih kak
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!