Aminah hancur berantakan tak berdaya, ketika suaminya yang bernama Galah menceraikannya mendadak. Alasannya, ketidakpuasan Galah terhadap Aminah saat adegan di atas ranjang yang tak pernah memuaskannya.
Galah lelaki Hiperseks, ia selalu berekspektasi berlebihan dalam adegan Hotnya. Belum lagi, Galah kecanduan alkohol yang sering memicu Emosinya meluap-luap.
Dunia mulai berputar dalam beberapa tahun setelah Aminah menjanda dan memiliki anak satu. Ia bertemu dengan lelaki yang lebih muda darinya yang bernama Aulian Maherdika Rahman. Maher keturunan orang kaya dengan lingkungan keluarga yang selalu mencemooh kemiskinan, baik kerabat sekaligus keluarga barunya
Apa yang akan terjadi dengan Aminah dan Maher dalam menghadapi Perasaannya yang sudah tumbuh dan saling mencintai. Hubungan mereka jelas bertolak belakang dengan keluarga Maher yang sombong, Angkuh dan selalu mencemooh Aminah berstatus janda anak satu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gondrong Begaol, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ulah Pancake Madu
Aminah berusaha melupakan soal janji Maher yang akan tiba di bengkel dengan cepat. Ia pun menghabiskan waktu bermain dengan Umar di halaman rumah Mpok Wati dengan bermain bola sepak berwarna warni.
Saat itu, Aminah tengah menjadi seorang penjaga gawang dan Umar bagian eksekusi pencetak gol. Dan Mpok Wati menjadi penonton setia sambil memegang bendera berwarna.
"Uhhh ..." teriak Umar sambil berlari untuk menyepak bola. Aminah membiarkan bola masuk ke gawang agar Umar merasa senang.
"Gol ..." teriak Mpok Wati sambil bertepuk tangan.
Umar berjingkrak dan berlarian hingga tertawa menggeliat atas bola yang di tendang nya masuk ke gawang. Lalu, Aminah memberikan bola kembali kepada Umar.
Seru Umar menyambut bola dari Ibu nya dan segera mengeksekusi kembali. Dengan gaya sok kemiripan atlet sepak bola, Umar mengarah pandangan pada titik lengah Ibu nya yang menjaga gawang.
"Brussss ..." Umar mengeksekusi bola nya hingga melewati Aminah dan masuk ke gawang.
"Hore ..., gol lagi, Umar hebat" teriak Mpok Wati seraya tertawa riang menggeliat.
Keseruan mereka mampu mengusir rasa letih Mpok Wati serta Aminah yang hatinya sedang kecewa terhadap Maher. Tawa riang selalu hadir diantara mereka hingga melupakan segalanya.
Di waktu yang sama, Kanjeng Mami serta kedua Anak perempuan tengah menikmati kue Pancake Madu buatan Aminah yang tergeletak di meja Maher.
Mereka berebut untuk mendapatkan potongan pancake yang lebih besar. Maher hanya sibuk melihat keseruan Kanjeng Mami serta kedua Kakaknya seolah tidak ingin kehabisan.
"Hmm ..., kalian ini selalu ribut" keluh batin Maher sambil tertawa senang karena kue milik Aminah cocok di lidah mereka yang sangat sulit untuk menerima sembarang makanan. Apalagi makanan itu tidak bermerk, mereka sudi untuk memakannya.
Lalu, Maher mengambil ponselnya untuk me- record perselisihan mereka yang tengah berebut kue Pancake seperti anak kecil. Momen ini sangat penting bagi Maher, karena yang mereka ributkan kue buatan Aminah. Meskipun ulah mereka membuat nya tidak nyaman, Maher tetap senang dalam situasi ini.
Kata Mami, "Ishhh ..., kalian ini, bikin gemes Mami deh" seru Mami sambil menggenggam sendok plastik bening dan menahan Box berisi pancake.
"Mi ..., ini bagian aku" ujar Mbakyu mencoba mengambil paksa dari Mami.
"Ahh ..., Mbak yu udah dua potong tadi makan nya, sekarang giliran aku" sambung Sarah berusaha mengambil sendok yang ada di tangan Mami nya.
"Nggak mau tau, sisa pancake ini untuk Mami semuanya" jelas Mami merebut pancake di dalam box.
"Ahh ..., Mami" serentak Sarah dan Mbakyu dengan wajah kecut nya.
"Pancake ini lezat sekali, dan Mami suka sekali, aku suka, aku suka" ungkap Mami sambil menari-nari kepalanya dengan lebay.
Akibat rasa kue pancake madu yang sangat lezat dan cocok di lidah mereka. Mereka terus memperebutkan kue itu dengan saling sikut.
"Makanya Mi, aku bagi! Please ..., satu sendok lagi deh" rayu Sarah dengan wajah memohon.
Kanjeng Mami mencibir bibirnya "Kalian gak malu apa? Nohhh ..., liat yang punya kue nya sibuk merekam kita"
"Biarin, yang penting buat Mbakyu Pancake aja" jawab Mbakyu tak memperdulikan Maher yang tengah sibuk merekam momen mereka.
Maher senyum tertahan tak ingin bicara, ia tetap fokus merekam mereka.
"Kamu gak mau nyobain sayang?" Tanya Mami kepada Maher.
"Buat kalian saja!" jawab Maher.
"Serius?"
"Iya ..." balasnya padat.
"Ini enak lo ..." kata Mami. Sambung Maher, "Oh ya ..?"
Kanjeng Mami lekas menyuapi potongan kue pancake yang kecil di dalam sendoknya. Maher menerima suapan kue dari Maminya. Lalu, Maher mengunyahnya perlahan. Namun, lambat laun, kue mulai melumati lidah nya dengan lembut. Maher seketika terdiam setelah kue pancake menguasai lidah nya dengan cepat.
"Lezat sekali ..." batin Maher dan terlihat memerah pada wajahnya karena perasaan yang senang.
"Pantas saja kalian memperebutkan kue ini, ternyata lezat sekali" ujar kembali Maher.
"Nah kan ..., yang satu ikut-ikutan nih" kata Mami dan mulai menyembunyikan box berisi Pancake yang tersisa setengah lagi di balik kedua lengannya.
Maher lekas menyenderkan ponselnya pada tumpukan buku catatan kerja nya untuk tetap melanjutkan record nya. Lalu, ia segera menghampiri Mami dan kedua kakaknya untuk merebut paksa kue pancake.
"Eh, eh, eh ...kamu mau apa, Maher?" teriak Mami kencang.
"Waktunya perang memperebutkan Pancake lezat .." teriak Maher dengan berusaha mengambil paksa dari genggaman Mami dan kedua kakaknya juga turut berkecimpung.
"Kalian ....., Mami gak rela" teriak Mami.
"Mi ..."
"Maher ..."
"Please, ini untuk aku aja"
Kata mereka hingga terdengar berisik sampai keluar ruangan.
"Ya salam ..., itu mereka pada ngapain sih" kata Robi.
"Tau tuh, malah bikin onar disini" Sambung kang Udin mengarahkan pandanganya terhadap ruangan Maher yang saat ini sedang berisik dari kejauhan.
"Mendingan kita lanjut kerja aja" kata Robi kepada Kang udin dan yang lainnya tak menghiraukan ulah mereka yang sedang membuat keonaran.
Perselisihan soal memperebutkan kue Pancake buatan Aminah. Kanjeng Mami mensiasati dengan cara bermain Pingsut atau gunting batu kertas pada ketiga anak nya. Dan mereka sepakat untuk ikut bermain gunting batu kertas.
Serentak mereka dengan wajah ceria berlomba pingsut. "Gunting, batu, kertas"
"Sial, sama semua lagi" keluh Mbakyu.
"Gunting, batu, kertas" lanjut mereka karena belum ada yang kalah.
"Tuh kan, kalah aku..." kesal Sarah karena kalah duluan. "Hahaha ..., emang enak, kasian deh lo" sambung Mami mengejek Sarah.
"Ishhh ..., bete deh" jawab Sarah dengan wajah kecut nya.
"Gunting, batu, kertas" lanjut Kanjeng Mami, Mbakyu serta Maher.
"Bete, bete, bete ..." kesal Mbakyu kalah dalam permainan gunting batu kertas.
"Yes ..., aku suka itu" tawa Mami.
"Ayok Mi, tinggal kita berdua, kita lanjutkan" seru kata Maher.
"Eitzzz..., tidak bisa" singkat Kanjeng Mami.
"Loh kok gitu?" Kata Maher keheranan.
"Ini buat Mami aja, kamu nanti kan bisa beli lagi" rayu Kanjeng Mami ingin mengusai sisa Pancake sendirian.
"Nggak mau .." jelas Maher.
"Mami kasih duit deh ..." rayu Kanjeng Mami kembali dengan sedikit sogokan uang.
Maher terkekeh. "Ogah, pokonya kita lanjut bermain lagi sampai ada pemenang nya."
"Sial ..." batin Kanjeng Mami mencibir kesal
Lalu, mereka berdua melanjutkan permainan gunting batu kertas dengan wajah penuh greget. "Gunting, batu, kertas"
"Kenapa sama sih ..." kesal Maher.
"Gunting, batu, kertas "
"Loh kok sama lagi aja, kamu curang nih" kata Mami. "Mami yang curang, ikutan Gunting" sambung Maher.
"Pokonya kalo sampe ketiga kalinya seri lagi, berarti kita ulang berempat mainnya" kata Mbakyu, "iya gak sarah .." sambung kembali Mbakyu kepada Sarah.
"Ya ulang lagi berempat, biar adil" jawab Sarah.
"Oh tidak bisa, yang terkahir pasti Mami yang menang" kata Mami dengan yakin.
Jawab Maher, "aku pasti yang menang" tak mau kalah dari Kanjeng Mami.
"Ayok kita mulai lagi ..." kata Mami dengan sebuah rencana yang berujung curang.
"Gunting, batu, kertas" serentak Mami dengan cepat, "Apaan tuh ..." sekilat petir ucapan Mami menunjuk ke arah belakang Maher.
Maher dengan spontan melihat arah yang di tunjuk kanjeng Mami dalam posisi tangan Maher membentuk kertas dalam permainan Pingsut. Kanjeng Mami pun melihat tangan Maher dengan bentuk kertas dan ia segera mengepalkan tangannya berbentuk batu.
"Ngak ada apa-apa juga Mi" kata Maher dan menoleh kepada Maminya.
"Memang tidak ada apa-apa" kata Kanjeng Mami dengan tersenyum curang. "Tapi, liat tangan mu?" sambung kembali Mami sambil tertawa tipis.
"Kertas kalah sama apa?" Tanya Mami kepada kedua kakak Maher. "Gunting .." serentak mereka.
"Berarti yang menang Mami, titik gak pake koma dan tanda seru." Kata Mami tertawa terbahak-bahak.
"Hah ..., Mami curang ah, Maher nggak terima pokonya," kesal Maher.
"Pakai politik dong" seru Mami dengan kecerdasannya.
"Nggak bisa, harus ulang lagi" cecar Maher tak terima dengan kekalahannya.
"Dasar Mami, ketahuan banget curang nya" kata Mbakyu tertawa tipis.
"Kelakuan Mami kamu emang ngeselin" ujar Sarah mencibir lucu. "Mami kamu juga" sambung Mbakyu.
"Hehe ..., iya juga sih" balas Sarah ikut tertawa lucu atas sikap kecurangan Mami nya.
"Sial, coba kalo aku gak lihat teriakan Mami tadi, aku pasti menang" keluh Maher mau tak mau menerima kekalahannya.
"Hahaha ..., aku suka, aku suka, aku suka itu" tawa Mami dengan riang dan sekaligus melahap kue Pancake tak tersisa.
"Mmm ...., benar-benar nikmat sekali rasanya" kata Mami sambil mengunyah kue Pancake sekaligus hingga gendut di pipinya.
"Pokoknya, kamu harus bawain kue Pancake untuk Mami setiap hari" kata Kanjeng Mami kepada Maher.
"Tapi kan, Mi ..." keluh Maher.
"Gak pake Tapi bisa kan?" Ujar Kanjeng Mami.
"Hmm ..." gumam Maher. "Gimana caranya aku dapetin kue pancake setiap hari?" sambung batin Maher kehabisan cara.
"Sekarang waktunya kita pulang" Kata Kanjeng Mami.
"Loh kok pulang, Mi?
"Iyah lah, ngapain disini lama-lama, kotor tau" alasan Kanjeng Mami
"Hmmm ..." keluh Maher.
Mami menyinyir. "Lagi pula Mami kesini cuma mau ngecek, apakah ada Aminah atau tidak. Ternyata tidak ada, ya sudah Mami pulang aja"
Maher hanya menghelakan nafasnya dengan panjang dan sekaligus membuang nya.
"Yuk anak-anak Mami yang super-super cuantik se-Jakarta, Let's go home" Kata Mami dengan lebay dan meninggalkan Maher seorang diri di ruangannya.