Siapa sangka putri tertua perdana menteri yang sangat disayang dan dimanja oleh perdana menteri malah membuat aib bagi keluarga Bai.
Bai Yu Jie, gadis manja yang dibuang oleh ayah kandungnya sendiri atas perbuatan yang tidak dia lakukan. Dalam keadaan kritis, Yu Jie menyimpan dendam.
"Aku akan membalas semua perbuatan kalian. Sabarlah untuk menunggu pembalasanku, ibu dan adikku tersayang."
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reinon, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
Cai Hong menahan napas. Wajahnya pucat, sementara di sekelilingnya, tatapan tajam keluarga Lin terasa seperti pedang yang siap menebas.
"Cai Hong, kami tidak mendengar apa pun yang seharusnya kami dengar," ucap Lin Lian tenang, tapi memiliki makna.
Cai Hong mengangkat kepalanya, mata penuh keraguan. Namun, jantungnya masih berdegup tak menentu.
"Setiap orang memiliki masa lalu. Ada yang meninggalkan kesan baik, ada pula yang menorehkan luka. Tergantung kejadian pada masa itu," ucap Yu Jie dengan nada tenang.
"Kau bisa bernapas lega, rahasia keluarga Bai cukup terkubur di sini saja," ujar Yu Jie bijak.
Cai Hong merasa lega, tetapi kelegaan itu hanya berlangsung sesaat. Dia tahu, setiap tawaran kedamaian selalu memiliki harga yang harus dibayar. Fang Li, yang sedari tadi mengamatinya, tiba-tiba bersuara.
"Sudah berapa lama kau bekerja di kediaman Bai?" tanyanya.
Cai Hong berpikir sejenak, lalu menjawab dengan suara lirih, "Belum genap satu tahun, nona."
"Hidupmu masih panjang," balas Fang Li, ringan namun penuh makna.
Spontan membuat tubuh Cai Hong panas dingin.
"Nona, hamba mengerti apa yang harus hamba lakukan," katanya cepat, berharap bisa menyelamatkan diri.
"Nyonya meminta kami untuk mengawasi gerak-gerik tabib Lin dan keluarganya," Cai Hong segera membuka suara.
"Nyonya akan menambah beberapa pelayan atau pengawal untuk melaporkan apapun yang tabib Lin dan keluarganya lakukan. "Kami diperintahkan untuk melaporkan hal sekecil apa pun. Bahkan jika tabib Lin hanya sekadar menatap langit terlalu lama, kami harus melaporkannya," timpal Cai Hong.
Suasana menjadi hening. Semua mata tertuju padanya. Semakin membuat Cai Hong salah tingkah.
"Untuk itu, Cai Hong bersedia menjadi kaki tangan tabib Lin selama tinggal di kediaman Bai," Cai Hong berusaha meyakinkan tabib Lin dan keluarganya dengan menawarkan diri.
Fang Li menyipitkan mata lalu berkata, "Kau tahu pengawal yang dikirim sebelum ini untuk menjemput kami?"
Cai Hong mengangguk.
"Bagus jika kau tahu. Karena aku yang membuat pengawal bernama Liu Kang itu dalam keadaan luka parah," ucap Fang Li santai seolah itu hanyalah angin lalu.
Cai Hong susah payah menelan cairan bening di dalam mulutnya. Dia pernah sekali mengantar makanan untuk Liu Kang. Keadaannya sangat mengenaskan. Luka-luka dan memar menghiasi tubuh pria itu.
Kini, mengetahui pelakunya berdiri tepat di depannya membuat nyalinya ciut. Tubuh Cai Hong bergidik ngeri mengingat kejadian itu. Di saat seperti ini dia haru pandai memilih kubu mana yang aman untuknya.
Rahasia besar keluarga Bai dengan mudahnya bocor dari mulutnya sendiri. Nyonya besar cukup menakutkan ketika memberi hukuman dan tak segan menghilangkan nyawa seseorang.
Tapi, aura membunuh dari nona pertama keluarga Lin lebih dahsyat daripada nyonya Bai. Cai Hong tidak salah memilih kubu. Demi keselamatan nyawanya, dia harus melakukan sesuatu agar bisa meyakinkan seluruh keluarga Lin. Terutama nona pertama Lin.
Tubuh Cai Hong merosot ke lantai. Tangannya dia satukan di depan dada. Gadis itu bersujud dan memohon demi keselamatan nyawanya.
"No-nona, Cai Hong tidak akan berani berkhianat. Cai Hong akan setia melayani tabib Lim sekeluarga," ucap Cai Hong terbata.
Fang Ling dan Fang Hua tertawa kecil. Meremehkan kesetiaan pelayan itu.
"Baru tadi kau begitu membanggakan keluarga Bai," cibir Fang Ling.
"Bagaimana bisa kami mempercayaimu begitu saja?" timpal Fang Hua, nadanya penuh sindiran.
Yu Jie yang sejak tadi diam, kini membuka suara, "Cai Hong, kau sangat pandai membaca situasi. Menurutku, kau gadis yang cerdas."
"Tapi kesetiaanmu tidak sepadan dengan kecerdasan yang kau miliki," timpal Yu Jie sambil mendaratkan tubuhnya di kursi.
Cai Hong semakin gemetar. Ia merangkak mendekati Yu Jie, meraih ujung jubahnya dengan tangan gemetar.
"Tabib Lin, Cai Hong tidak akan berani. Tolong selamatkan hamba."
Fang Li menatapnya tajam, "Aku perlu bukti."
Cai Hong menggigit bibirnya. Bukti? Dengan statusnya sebagai pelayan, apa yang bisa dia lakukan untuk membuktikan kesetiaannya?
Detik berikutnya, dia sudah mengambil keputusan. Jika nyonya Bai tahu dia telah membocorkan rahasia besar keluarga Bai, maka nyawanya sudah tidak ada harganya. Lebih baik dia yang mengakhiri semuanya.
Tanpa berpikir panjang, Cai Hong berdiri dan berlari ke arah tiang dengan niat membenturkan kepalanya sekuat tenaga.
"Kakak, dia akan membenturkan kepalanya ke tiang itu," ucap Fang Ling santai.
"Berani juga dia," ucap Fang Hua.
"Fang Li!" seru Lin Lian.
Namun, Fang Li hanya tersenyum. Dalam sekejap, dia melompat dan menahan tubuh Cai Hong beberapa jari sebelum kepalanya benar-benar menghantam tiang.
Cai Hong terkejut saat tubuhnya ditahan dari belakang. Dia membuka mata lalu menghela napas.
"Kau sudah cukup membuktikan diri. Berdirilah di sana!" perintah Lin Lian.
"Baik nyonya," ucap Cai Hong yang belum sempat mengatur diri.
"Cai Hong, kau mendapat perhatian kami, tapi ingat semua perbuatan pasti ada akibatnya. Minum ini!" perintah Yu Jie sambil memberikan sebutir obat pada Cai Hong.
Cai Hong mengangguk dan mengambil obat itu dari tangan Yu Jie. Pelayan itu segera menelan obat berukuran cukup besar itu tanpa ragu. Apa dia punya pilihan lain? Cai Hong tidak peduli efek dari obat itu.
"Ini," Fang Ling memberinya segelas air.
Cai Hong mengangguk tanda terima kasih. Dia tidak bisa berucap karena obat itu tersangkut di tenggorokannya.
"Obat yang baru saja kau telan adalah obat buatanku. Obat itu tidak akan ada efek sama sekali jika kau tidak berkhianat. Aku tidak ingin menjelaskan efek dari obat itu. Saking mengerikannya, aku tidak tega memberitahu padamu efek obat itu," jelas Yu Jie.
Cai Hong diam. Sepertinya gadis itu sedang memikirkan kemungkinan-kemungkinan dari efek obat itu.
"Kakak ketiga sungguh hebat!" seru Fang Ling pelan.
"Aku saja baru tahu adik ketiga membuat obat semacam itu," timpal Fang Hua sambil bergidik.
"Tapi kalau kau penasaran dengan efeknya, kau bisa mencobanya," ucap Yu Jie datar.
Mata Cai Hong membulat takut. Dia menggeleng berkali-kali mengusir ketakutan akan bayangan efek obat itu.
"Tidak, tabib Lin. Cai Hong tidak akan berani," ucap Cai Hong cepat.
"Bagus kalau kau mengerti," ujar Fang Li.
"Cai Hong, kau pergilah! Kami ingin beristirahat sejenak di sini," ucap Lin Lian.
"Baik nyonya. Hamba permisi tabib Lin," ucap Cai Hong hormat sambil berlalu pergi.
"Tunggu!" seru Fang Li sambil menahan bahu Cai Hong.
"Kau ingin keluar dengan raut wajah ketakutan seperti itu!" seru Fang Li dengan menatap tajam Cai Hong.
"Kau ingin yang lain tahu yang baru saja kau lakukan!" tegas Fang Li.
Cai Hong menggeleng. Saking takutnya dia sampai tidak bersuara.
"Tenangkan dirimu! Kami tidak membutuhkan tambahan kaki tangan lain," ucap Yu Jie dari balik tubuh Fang Li.
"Baik tabib Lin," ucap Cai Hong sopan.
"Cai Hong, kau harus bersikap biasa saja. Kakak ketiga tadi mengatakan bahwa kau adalah gadis yang cerdas," ujar Fang Ling.
"Baik nona kecil," ucap Cai Hong dengan sedikit tersenyum.
"Begitu lebih baik," ujar Lin Lian.
"Pergilah jika kau sudah bisa menguasai diri!" tegas Fang Li.
"Baik nona pertama," ucap Cai Hong patuh.
Di luar, Cai Hong berjalan dengan kaki gemetar. Begitu jauh dari kamar utama, dia menyandarkan tubuhnya di dinding, mengatur napas yang tak beraturan. Dia baru saja terikat dengan keluarga Lin.
Dan kali ini, tidak ada jalan untuk mundur. Untung saja tadi Dai Lu membawa beberapa pelayan menuju aula kediaman bagian barat.
Jika tidak, bisa dipastikan nyonya Bai sudah berada di kamar utama dan jiwanya terpisah dari tubuh. Cai Hong bergidik ngeri membayangkan hal itu.