NovelToon NovelToon
Sistem Villain Sejati

Sistem Villain Sejati

Status: tamat
Genre:Action / Tamat / Sistem / Iblis / Mengubah Takdir / Dunia Lain / Fantasi Isekai
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: Nov Tomic

Seluruh siswa kelas 3A tidak pernah menyangka kalau hidup mereka akan berubah drastis ketika sebuah ritual aneh menarik mereka ke dunia lain. Diberikan gelar sebagai "Pahlawan Terpilih," mereka semua mendapat misi mulia untuk mengalahkan sang Raja Iblis dan menyelamatkan dunia asing tersebut. Di antara mereka ada Hayato, siswa yang dikenal pendiam namun selalu memiliki sisi perhatian pada teman-temannya.

Namun, takdir Hayato justru terpecah dari jalur yang diharapkan. Ketika yang lain menerima berkat dan senjata legendaris untuk menjadi pahlawan, Hayato mendapati dirinya sendirian di ruangan gelap. Di sana, ia bertemu langsung dengan sang Raja Iblis—penguasa kegelapan yang terkenal kejam.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nov Tomic, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

— BAB 30 — Gangguan Part 2 —

Angin malam menyapu wajahku begitu aku bangkit dari tempat tidur. Udara dingin merayap masuk melalui celah jendela kecil di kamar ini, membuat tubuhku sedikit menggigil. Perlahan, aku menoleh ke samping, memastikan Eirene masih tertidur. Wajahnya terlihat begitu damai, bibirnya sedikit terbuka, dan napasnya teratur. Aku tidak ingin membangunkannya.

Ada yang tidak beres.

Pikiran itu terus menghantuiku sejak tadi. Mata-mata yang kulihat dari jendela, lelaki pemabuk yang sempat membuat keributan, dan getaran kecil di dadaku—semua itu seperti peringatan yang tidak bisa kuabaikan.

Dengan hati-hati, aku menggeser lenganku yang digunakan Eirene sebagai bantal. Ia bergumam pelan, tapi tetap terlelap. Aku menarik selimut untuk menutupi tubuhnya sebelum melangkah keluar dari kamar dengan senyap.

Ketika sampai di tangga, suara gaduh menyambutku. Mataku menyipit, fokus pada sumber suara di lantai bawah.

“Mana elf itu?!” terdengar suara kasar dari seorang lelaki. Aku mengenali suaranya—pemabuk yang menabrak Eirene siang sebelumnya.

Aku memiringkan tubuhku agar bisa mengintip lebih jelas. Pemandangan yang kulihat membuatku mengepalkan tinju.

Lantai bawah penuh dengan kekacauan. Meja-meja terbalik, kursi berserakan, dan barang-barang lainnya berceceran di lantai. Di tengah ruangan, sekelompok pria berdiri mengelilingi seorang wanita tua, mungkin pemilik penginapan ini. Wajahnya pucat, tapi ia tetap berdiri tegap, mencoba melindungi miliknya.

Aku tidak melihat resepsionis yang sebelumnya berjaga, mungkin ia sudah pulang karena waktu telah menunjukkan larut malam.

“Dia tidak di sini!” wanita tua itu berteriak, suaranya bergetar.

“Jangan bohong! Kami tahu dia menginap di sini! Kalau kau tidak ingin masalah, serahkan dia sekarang juga!”

Aku menghela napas panjang, mencoba menenangkan diriku. Mereka tidak hanya mengincar Eirene, tapi kini juga melibatkan orang lain. Aku tidak bisa membiarkan ini berlanjut.

Dengan langkah tenang, aku menuruni tangga. Lantai kayu berderit di bawah kakiku, cukup untuk menarik perhatian mereka.

“Sedang apa kalian di sini?” tanyaku, suaraku datar namun cukup keras untuk terdengar.

Mereka menoleh bersamaan, dan lelaki pemabuk itu menyeringai begitu melihatku. “Kau! Kau pasti lelaki yang bersama elf itu!”

Aku menatapnya tanpa emosi. “Dan jika aku memang dia, apa yang akan kalian lakukan?”

“Culik dia!” teriak lelaki itu pada rekan-rekannya. “Gunakan dia untuk memaksa elf itu keluar!”

Aku menahan tawa. Mereka begitu bodoh, sampai-sampai mengungkapkan rencana mereka di hadapan target.

Tanpa menunggu lebih lama, aku berbalik dan berlari keluar dari penginapan. Aku ingin menjauhkan mereka dari bangunan ini, memastikan tidak ada yang terluka.

Begitu aku berada di luar, udara dingin menyambutku. Jalanan sepi, hanya diterangi cahaya bulan yang hampir penuh. Aku berhenti di tengah jalan, menunggu mereka menyusul.

Tak butuh waktu lama, mereka semua keluar, membawa berbagai senjata—pedang, belati, bahkan tongkat kayu. Aku menghitung, ada enam orang.

“Kau pikir bisa kabur dari kami?” lelaki pemabuk itu berteriak.

Aku tidak menjawab. Sebagai gantinya, aku mengangkat kedua tanganku, menunjukkan bahwa aku tidak memegang senjata.

“Aku tidak perlu senjata untuk menghadapi kalian,” kataku tenang.

“Cukup sombong untuk mati, ya?”

Mereka mulai bergerak mendekat, dan aku menurunkan posisi tubuhku, bersiap untuk bertarung.

Pertarungan dimulai.

Lelaki pertama menerjang dengan pedang terangkat tinggi. Aku menunduk tepat saat bilah itu melewatiku, kemudian menyerang balik dengan sikutku, menghantam perutnya. Ia tersungkur, muntah, sebelum jatuh ke tanah.

Yang kedua mencoba menusukku dengan belati. Aku menangkap pergelangan tangannya dengan cepat, memutar hingga ia menjerit kesakitan. Dengan satu tendangan, aku menjatuhkannya ke belakang.

“Kalian semua, serang dia bersamaan!” teriak lelaki pemabuk itu, kehilangan kesabaran.

Tiga orang maju sekaligus. Aku melangkah ke samping untuk menghindari pukulan pertama, memutar tubuh untuk menghindari ayunan tongkat kayu yang hampir menghantam kepalaku. Saat salah satu dari mereka lengah, aku memanfaatkan momen itu untuk melayangkan tinju ke rahangnya. Ia ambruk seketika.

Orang terakhir menyerangku dengan pedang pendek. Aku menangkap bilahnya dengan kedua tanganku, menahan serangannya sebelum memelintir senjatanya hingga terlepas. Aku menendang dadanya, membuatnya terjatuh.

Hanya tinggal satu orang.

Lelaki pemabuk itu mundur beberapa langkah, wajahnya mulai panik.

“Apa yang kau lakukan? Bukankah kau ingin menangkapku?” tanyaku, suaraku penuh ejekan.

Ia menggeram, lalu menerjang dengan pedang. Aku menghindar dengan mudah, melangkah ke samping dan menendang lututnya. Ia terjatuh, dan aku menginjak tangannya yang memegang pedang, membuatnya menjerit kesakitan.

Aku berjongkok, menatap matanya yang penuh ketakutan.

“Kau membuat kesalahan besar,” kataku dingin.

Tanpa menunggu jawaban, aku memukul wajahnya hingga ia pingsan.

Aku berdiri, memandang tubuh-tubuh yang tergeletak di tanah. Mereka semua tidak sadarkan diri atau terlalu kesakitan untuk bergerak. Aku menghela napas, merapikan pakaianku, lalu berjalan kembali ke penginapan.

Malam ini mungkin panjang, tapi aku berhasil melindungi Eirene—dan itu cukup untukku.

Aku melangkah masuk ke dalam penginapan, suasananya masih sama berantakannya seperti ketika aku turun tadi. Meja-meja terbalik, kursi berserakan, dan beberapa vas pecah berserakan di lantai. Wanita tua yang tadi diancam berdiri di sudut ruangan, wajahnya masih pucat dengan pandangan waspada. Begitu matanya bertemu denganku, ia tampak lega, meskipun kekhawatiran belum sepenuhnya hilang dari wajahnya.

“Apakah mereka… pergi?” tanyanya ragu.

Aku mengangguk sambil mendekatinya. “Mereka tidak akan kembali lagi malam ini. Anda aman sekarang.”

Ia menghela napas panjang, tubuhnya sedikit gemetar. “Terima kasih… aku tidak tahu apa yang akan terjadi jika kau tidak ada di sini.”

Aku tidak menjawab, hanya memberikan senyum kecil. Mataku mengamati sekeliling. Kerusakan yang ditinggalkan cukup parah. Lantai dipenuhi pecahan kaca dan kayu, membuat langkah terasa berbahaya.

“Mungkin sebaiknya Anda beristirahat. Biar aku yang menangani ini,” kataku.

Wanita itu menatapku, terkejut. “Kau sudah cukup membantu. Aku tidak bisa membiarkan tamu membersihkan ini semua.”

“Aku tidak akan bisa tidur jika membiarkan tempat ini dalam keadaan seperti ini. Lagi pula, aku butuh sesuatu untuk mengisi waktu.”

Ia tampak ragu, tapi akhirnya mengangguk. “Kalau begitu, aku akan mengambil sapu dan kain pel. Tunggu sebentar.”

Begitu ia pergi, aku mulai mengangkat meja-meja yang terbalik, menempatkannya kembali ke posisi semula. Satu per satu kursi juga aku kembalikan, meskipun beberapa di antaranya sudah patah dan tidak bisa diperbaiki.

Wanita tua itu kembali dengan peralatan kebersihan, dan aku langsung mengambil sapu dari tangannya.

“Terima kasih, tapi saya bisa—”

“Serahkan saja padaku,” potongku, mencoba terdengar meyakinkan.

Ia akhirnya menyerah, membiarkanku bekerja. Aku menyapu pecahan kaca dan kayu, mengumpulkannya ke satu sudut. Lantai penginapan yang sebelumnya penuh debu dan kotoran mulai terlihat lebih rapi. Setiap langkah terasa seperti pengingat akan kekacauan yang baru saja terjadi.

Saat aku mengangkat kursi terakhir yang masih utuh, wanita tua itu mendekat, membawa secangkir teh hangat.

“Kau pasti haus. Ini, minumlah,” katanya, menyodorkan cangkir itu.

Aku menerima tehnya, dan wanita tua itu tersenyum padaku. “Kau benar-benar penyelamat kami. Aku akan memastikan sarapan kalian besok lebih istimewa.”

Aku mengangguk pelan. “Terima kasih. Sekarang Anda sebaiknya beristirahat.”

“Ya, tentu.”

Ia akhirnya pergi ke kamarnya, meninggalkanku sendirian di ruang utama. Aku menatap ke luar jendela, memastikan tidak ada lagi orang mencurigakan. Malam ini tampak tenang, begitulah seharusnya.

1
Sutono jijien 1976 Sugeng
lumayan
Nov Tomic: terima kasih atas penilaiannya
total 1 replies
Sutono jijien 1976 Sugeng
lemah raja iblis
anggita
like👍, iklan☝.
anggita
skill... gigitan kegelapan.
Ftomic
overall bagus ceritanya. MC di awal emang agak naif, tapi itu masih realistis karena ngadepin tekanan jadi raja iblis itu susah, kalo tiba-tiba langsung bantai-bantai aneh juga, jadi it's oke lah.

untuk sistemnya sebenarnya gaada yang spesial, tapi gua suka liat cara MC manfaatin skill yang ada dari sistem itu, dia kaya berusaha nyoba semua skillnya pas bertarung, ga kaya kebanyakan di cerita lain yang skillnya itu cuma jadi pajangan alias ga dipake samsek dengan alasan ini itu.

di bagian pacing, ceritanya emang berjalan agak lambat, tapi gua masih bisa nikmatin karena itu jadi nilai plus sesuai apa yang gua sebut di awal tapi, yaitu realistis.
Nov Tomic: terima kasih reviewnya
total 1 replies
Xu Yang
semoga mcnya GK naif
Nov Tomic: terima kasih atas ratingnya
total 1 replies
RED
mangat thor🔥🔥✨
Kang_L0b4k
semoga saja mc nya gk naif,,/Scream/
Z Uli
lanjut
Nov Tomic: siap🫡
total 1 replies
Ftomic
mantap ini idenya rada fresh, biasanya MC ke Isekai kalo ga dibuang ya dapat skill cheat, tapi yg ini eksekusinya lebih bagus karena MC bakal jadi raja iblis. semangat Thor semoga konsisten!/Plusone/
Nov Tomic: terima kasih
total 1 replies
abcdefg
🌹🌹 buat author semangat yahhh
Nov Tomic: terima kasih
total 1 replies
abcdefg
ditengah tengah kebingungan malah terpilih jadi raja iblis, apa karena dia jahat yah makanya di pilih??
Nov Tomic: hmmm🤔
total 1 replies
Imel • DUBY
komen pertama nih
Eneas(PP kucing ilang): WOY, IMEL, AKUN IG GW ILANG
Nov Tomic: wah terima kasih yah
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!