Hidden Ceo

“Ya udah sih, lupakan saja. Toh, anda juga tidak dirugikan oleh saya, kan? Terus masalahnya apa? Anda mau mengingatkan saya mengenai malam itu lagi? Percuma saja, Pak. Karena saya tidak akan menyesalinya dan anda tidak bisa menuntut saya. Sebab apa? Sebab saya sudah kasih anda uang yang cukup untuk beberapa tetes bibit anda,” sahut Dilla begitu santai. Membuat Kendra sedikit terkejut.

Memang, Dilla sesimpel itu orangnya. Tidak ingin berlarut dengan apa yang membuatnya tidak merasa nyaman. Benar-benar tidak ada duanya cara berpikir gadis itu. sangat berbeda dengan gadis lain yanga akan nangis lalu menyesali apa yang sudah di perbuat. Lebih parahnya lagi akan baper dan malah minta pertanggungjawaban dari perbuatannya sendiri.

Oh, tentu saja tidak. Karena Dilla yang memutuskan dan dia tidak melibatkan perasaan. Hanya saja Dilla tidak mau kalau urusannya sampai panjang. Malas sekali meladeni orang yang terlalu baper dengan apa yang sudah terjadi.

Kemudian Dilla berdiri dan mengambil paksa ponselnya yang berada di tangan Kendra baru kemudian pergi dari sana meninggalkan Kendra begitu saja. Bahkan gadis itu tidak sedikit pun menoleh ke arah Kendra.

Kendra pikir jika dirinya mengatakan tentang malam itu, Dilla akan meminta tanggung jawab darinya. Lebih lagi Kendra sangat tahu betul, kalau dirinya merupakan lelaki pertama yang menyatu dengan Dilla.

“Busyeett … itu cewek hebat juga ternyata,” ujar seseorang yang melangkah mendekat ke arah Kendra yang masih duduk di tempatnya seraya menatap kepergian Dilla begitu saja.

“Dia cewek lo?” tanya seseorang lagi yang kini berdiri di dekat Kendra. Tatapan mereka sama-sama menatap ke arah gadis yang sepertinya sedang marah dengan Kendra.

“Apa kalian benar-benar melakukan itu?” kini giliran Aghata yang bertanya. Karena ia tahu sebelumnya Kendra sangat tidak tertarik sama sekali dengan kegiatan mencari keringat di atas ranjang seperti itu.

Tentu saja mereka mendengar apa yang sendang Kendra dan Dillla bicarakan. Selain karena mereka fokus ke arah dua sejoli, tempat duduk mereka pun juga sangat dekat. Sehingga banyak sedikitnya itu mendengar inti dari pembicaraan mereka. Walaupun tidak semua kata yang mereka dengar. sebab keadaan Café Biru juga sedang ramai.

Kendra diam saja. Harusnya ia senang karena Dilla tidak mempermasalahkan malam itu dan tidak meminta dirinya bertanggung jawab. Tetapi entah kenapa rasanya ada yang janggal dan Kendra masih belum menemukan apa itu.

“Eh, tapi lo beneran dapat uang setelah lo sumbangin itu bibit pertamax lo, Ken?” tanya Raka yang memang mempunyai tingkat rasa penasaran yang sangat tinggi di banding dengan temannya yang lain.

Sudah terbongkar dan mereka juga dengar sendiri, lantas untuk apa Kendra menyembunyikan dari mereka. Pun pria itu mengangguk begitu saja. membenarkan apa yang ditanyakan oleh Raka.

“Double kill!” seru Raka yang langsung membuat beberapa orang di sekitar mereka pun menatap ke arah pria itu.

Plak!

Biru yang sedari tadi menahan tangannya untuk tidak menggeplak temannya yang satu itu pun akhirnya lolos juga.

“Jangan bikin gaduh di café gue,” ingatnya dengan tatapan begitu tajam.

Raka meringis, lalu memberi isyarat kalau dia tidak akan seperti itu lagi. Kemudian mereka pun duduk di mana kursi tersebut tadi ditempati oleh Dilla.

“Lagian ya untung lo banget lah, Ken. Mana dia cantik banget, terus bodynya yang ….” Raka dengan sengaja mengulur kalimatnya dan tidak segera dia selesaikan sembari mengintip wajah Kendra.

“Jangan bayangin apapun tentang dia. Kalau nggak ingin gue habisi lo.” Tekan Kendra dengan tatapan begitu tajam dan pennuh aura membunuh.

“Eits eits … ada yang panas ini,” goda Raka yang semakin gencar. Bukannya takut dengan ancaman Kendra yang benar-benar seius barusan. “Sebelum ada janur kuning melengkung mah, bebas bebas aja. Masih milik bersama.” Imbuhnya lagi yang semakin membuat telinga Kendra begitu panas.

“Bentar lagi gue lengkungin itu janur,” sahut Kendra penuh percaya diri.

“Tapi lo ditolak barusan, Bro,” sahut Biru seraya menahan tawanya, menyadarkan Kendra tentang hubungan dia dan Dilla. Tentu, semakin membuat Kendra geram.

“Ceo loh ini padahal. Tapi ditolak? Ck ck … kasian kasian.” Kini giliran Aghata yang menimpali seraya menggelengkan kepala. "Apalagi gue yang cuma babu di perusahaan lo?" imbuhnya lagi.

Tentu saja semakin membuat Kendra merasa tidak punya harga diri banget di sini. padahal kan dia sebenarnya korban pemerkosaan dari gadis itu. Tetapi justru dirinya yang jadi bulan-bulanan oleh temannya.

“Tunggu saja kejutan dariku, Honey," gumam Kendra dengan seringai di bibirnya. Menatap penuh maksud ke arah ke mana Dilla pergi tadi.