Adam Xavier, memiliki seorang anak bernama Malvin Xavier. Anak ini baru berusia empat tahun, namun pemikiran nya melebihi orang dewasa.
Malvin Xavier selalu memerintahkan ayah nya untuk mencarikan seorang ibu untuk nya. Namun, Adam selalu menolak permintaan Malvin, dengan alasan, dia masih bisa membesarkan Malvin tanpa kehadiran seorang ibu di hidup mereka.
Pertemuan tak sengaja Malvin, dengan seorang wanita cadar, membuat Malvin memiliki keinginan untuk dekat dengan wanita itu, Malvin berharap jika wanita cadar itu bisa menjadi ibu pengganti untuk nya.
Siapa kah, wanita cadar yang membuat Malvin terus mendesak sang ayah untuk menikahi wanita cadar itu?
Yuk simak di, Wanita Cadar Destiny with Mas Duda !
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasih sayang Najwa
Seperti biasa, setiap malam Najwa selalu menidurkan Malvin, Najwa ikut berbaring di samping Malvin dalam keadaan yang selalu tertutup dengan cadar. Namun, tidak pernah tersirat dari Malvin untuk bertanya tentang apa yang di kenakan Najwa, karena Malvin anak pintar dia pasti mengerti dengan yang ada pada Najwa.
Malvin tidur dengan keadaan memeluk Najwa, dan Najwa menepuk pelan pantat Malvin, agar anak itu bisa segera tertidur, tidak luput pula shalawat juga di bacakan Najwa untuk mengiringi tidur Malvin.
Perlahan - lahan pintu kamar Malvin terbuka, ada seseorang yang sedang mengintip dari balik pintu kamar, siapa lagi kalau bukan Adam yang baru pulang dari kantor.
Adam menyesal telah memarahi Malvin, apalagi sebelum nya dia telah berjanji kepada Malvin, kalau dia tidak akan memarahi anak nya. Namun, Adam terus saja mengingkari janji nya.
Adam menutup kembali pintu kamar Malvin, namun belum begitu rapat, seseorang menarik handle dan membuka pintu kamar itu.
"Abang, sedang apa disini, apa ingin bertemu dengan Malvin ? dia baru saja tidur" ujar Najwa, saat melihat Adam, yang berada di depan pintu kamar mereka.
"Tidak, aku hanya lewat saja" bantah Adam, dan berlalu meninggalkan tempat tersebut. Najwa mencoba mengejar nya, dan ingin bertanya sesuatu kepada Adam.
"Abang, tunggu!"
Adam berhenti, dan menoleh, melihat Najwa yang berada di belakang nya.
"Najwa ingin meminta maaf, karena telah merusak bingkai foto Abang dengan istri Abang, maafkan Najwa, bukan maksud Najwa ingin merusak benda itu, hanya saja waktu Abang datang Najwa sedikit terkejut, sehingga benda di tangan Najwa terjatuh, maaf 'kan Najwa Abang..." Najwa menunduk, kala meminta maaf kepada Adam, karena wajah bringas Adam membuat Najwa takut.
"Lupakan saja, Aku telah memperbaiki nya, lain kali jangan menyentuh apapun benda yang berhubung dengan istri ku, apalagi sampai merusak nya, aku tidak dapat mentoleransi ke dua kali nya, kali ini aku dapat memaafkan mu!" tegas Adam, lalu berbalik, dan meninggalkan Najwa.
"Abang..." sekali lagi, Najwa memanggil pria itu dengan lembut, meskipun Adam sudah begitu jauh dengan Najwa, ia masih berhenti saat wanita itu memanggil dia.
"Eeemmm" Adam menoleh, Najwa mendekat.
"Sudah kah, Abang makan ?, apa perlu Najwa siapkan makan untuk Abang..?" ada perasaan ragu untuk bertanya seperti itu, kepada pria yang ada di depan nya. Apalagi, pandangan pria itu tidak pernah ramah terhadap Najwa.
"Boleh!"
Hanya itu, yang Najwa dengar, wanita itu kini menatap Adam, dan Adam langsung berbalik, menuju meja makan. Najwa tahu, jika Bi Rosna sudah di kamar nya, Najwa berinisiatif memanaskan lauk untuk Adam.
"Tidak perlu di panaskan, bisa kah kamu memasak satu bungkus mie instan untuk ku, aku ingin memakan nya" ungkap Adam, Najwa tersenyum, dan mengangguk.
Wanita ini segera mengambil mie di laci dan memasak nya dengan penuh perasaan, tidak ingin membuat kesan pertama nya buruk di mata Adam.
Sepuluh menit berlalu, mie instan, dengan telur mata sapi, dan sedikit sayur sawi serta sedikit toge telah di sajikan oleh Najwa, kepada suami nya, makanan pertama yang di dia buat untuk Adam.
"Kenapa hanya satu mangkuk?" tanya Adam, saat Najwa meletakkan mie di depan Adam.
"Najwa sudah makan Abang, Najwa buatkan khusus untuk Abang saja, silahkan di makan" Najwa meletakkan gelas berisi air minum di depan Adam, pria itu tersenyum tipis, kepada Najwa, dan segera mencicipi mie buatan istri baru nya.
Najwa memperhatikan Adam yang sedang mengunyah, dia takut jika masakan nya tidak sesuai selera Adam.
"Ini enak, dan sangat lezat, kamu pandai memasak nya. Terimakasih" ucap Adam, dan itu membuat Najwa sedikit lega, karena Najwa tidak pernah tahu, dengan cara apa dia bisa dekat dengan Adam, tapi kalau Adam bersikap sedikit lembut kepada nya, dia akan merasa lega, dan sangat puas.
Najwa dengan senang hati menunggu Adam sampai selesai makan, dan setelah Pria itu selesai, ia langsung berdiri, dan berpamitan untuk kembali ke kamar.
Adam tidak pernah bertanya tentang keadaan Najwa, apapun yang terjadi pada Najwa bukan urusan nya, mungkin itu yang di pikirkan Adam, selama Najwa berada di dalam rumah ini, itu akan baik untuk nya dan Malvin.
Najwa menatap punggung Adam yang berlalu dari ruangan makan, hingga bayangan itu pun hilang. Najwa ikut berdiri membersihkan meja makan, meletakan mangkuk kotor di wastafel, dan besok Bi Rosna akan mencuci nya. Najwa kembali ke kamar, dan beristirahat, agar besok bisa bangun lebih awal dari biasaanya.
Ke esokan nya. . .
Di dapur, Najwa melihat Bi Rosna yang sedang menyiapkan sarapan untuk keluarga Xavier. Kebetulan Melda tidak sedang di rumah, jadi sarapan hanya ada sedikit di atas meja.
"Nyonya, apa semalam Tuan meminta anda untuk menyajikan mie instan?"
Mendengar pertanyaan Rosna, Najwa tersenyum, karena dia tidak membersihkan mangkuk yang kotor.
"Bi, maaf. Semalam Najwa meninggalkan mangkuk kotor, untuk Bibi" ungkap Najwa yang merasa bersalah.
"Tidak apa-apa Nyonya, itu sudah pekerjaan saya. Semenjak Nyonya Humaira meninggal, Tuan tidak pernah memakan mie instan tengah malam, karena hanya istri nya yang boleh membuatkan makanan itu untuk nya. Dulu, setiap pulang kerja terlambat, Tuan demi menikmati masakan buatan istri nya, dia menyuruh Nyonya Humaira, untuk memasak mie, dan itu tentu saja membuat ke dua nya bisa menikmati makan malam yang terlewatkan, Bibi pernah sekali melihat tanpa sengaja, senyuman Tuan itu begitu tulus saat melihat Nyonya menyajikan mie instan untuk nya, waktu itu Nyonya tengah hamil untuk Tuan muda " pungkas Ni Rosna, hati Najwa getir, ada rasa cemburu, namun dia sadar, Humaira lebih dulu ada di kehidupan Adam ketimbang diri nya.
"Nyonya..." panggil Bi Rosna, saat melihat Najwa yang terdiam, dan melamun. "Apa anda baik-baik saja ?" lanjut Rosna,
"Iya Bi, biar saja bawakan sup ini ke depan, seperti nya Malvin sudah keluar dari kamar"
"Terimakasih Nyonya"
Najwa hanya tersenyum, lalu membawa sup itu ke ruangan makan, dan meletakan nya di meja, melihat Adam yang sedang turun tangga, Najwa langsung bergegas mengambil piring untuk Adam.
Semua menu di atas meja sudah siap di makan, dan pagi ini nasi putih dengan sup salmon, setiap pagi sarapan harus berbeda-beda agar tidak cepat bosan.
"Mommy, Malvin mau yang itu"
Najwa langsung mengambil untuk Malvin, saat ini Malvin masih tidak ingin berbicara dengan Adam, dan itu membuat Adam sedikit bersalah, bahkan Malvin, tidak menyapa Adam pagi ini.
Mereka semua langsung sarapan bersama, Adam masih mencuri pandang terhadap Malvin, namun sebaliknya Malvin malah cuek terhadap Adam, seolah -olah Adam tidak berada di tempat itu.