" Akh Sakit, lepaskan tanganku pak. "
" Diam! dan jangan pernah memanggil saya dengan sebutan pak karena saya tidak pernah menikah dengan ibumu."
Gadis itu bungkam mendengar bentakan dari pria dewasa yang kini sedang menyeret nya dengan kasar menuju sebuah ruangan bawah tanah yang terlihat gelap dan amat menyeramkan. di ruangan tersebut hanya terdapat sebuah sel dan satu meja lengkap dengan dua kursi yang terlihat usang. Pria itu melempar gadis tersebut ke dalam sel tahan dengan kasar hingga sang gadis jatuh tersungkur kemudian mengunci sel tahanan dari luar.
" Aaaaa... " gadis itu berteriak karena di dalam sel tahanan itu banyak sekali kecoa dan tikus.
" Aaaaaa... lepaskan saya pak, tolong."
Sementara sang pria hanya tersenyum puas sambil memainkan kunci gembok yang ada di tangannya.
" Mengapa anda tega terhadap gadis kecil yang tidak berdosa seperti saya. "
" Hahaha... tidak berdosa katamu? justru semua ini terjadi karena dosa yang telah kau lakukan."
Dosa apakah??
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lindasarie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
H-1
" Titip anak kita, jaga dia. Jika dia merindukan papa nya hubungi saja aku " Sam mengusap kepala Daisy kemudian menaruh kartu namanya di atas nakas kamar Daisy. Setelah itu Sam keluar dari kamar peri cantiknya itu.
" Ish apaan sih, kenapa pria tua itu sangat menyebalkan " Daisy berbicara sendiri setelah Sam keluar dari kamarnya.
Sam menuruni anak tangga kemudian bergabung bersama calon mertuanya yang ada di ruang keluarga.
" Hari ini juga aku akan mempersiapkan pernikahanku bersama Daisy " Sam berbicara kepada papa Bram dan mama Dinda.
" Tuan, sebaiknya pernikahan kalian di laksanakan secara sederhana dan tertutup. Mengingat Daisy yang masih sekolah " mama Dinda mengeluarkan pendapatnya.
" Baiklah, aku setuju. Aku juga tidak mau membuat Daisy di bully atau bahkan di keluarkan dari sekolah karena ketahuan sudah menikah " Sam menyetujui usulan mama Dinda.
" Tuan, saya sangat berterima kasih karena anda mau bertanggung jawab terhadap putri saya. Meskipun kami tidak sepadan dengan anda " Papa Bram mengeluarkan suaranya.
" Apa yang anda bicarakan tuan Bram? aku bukan tipe orang yang lari dari tanggung jawab! " Sam menatap dingin kepada papa Bram karena ucapannya sedikit menyinggung seorang Abrisam.
" M...maksud saya, saya sangat merasa tersanjung akan memiliki menantu yang hebat seperti anda " papa Bram meralat ucapannya.
" Anda terlalu berlebihan. Dan satu lagi, jangan panggil aku dengan sebutan tuan lagi karena sebentar lagi aku akan menjadi menantu kalian " Sam melirik papa Bram dan mama Dinda bergantian.
" Baiklah, nak Sam " Keduanya berbicara bersamaan.
Sam sedikit tersenyum mendengar panggilan dari calon mertuanya itu. Kemudian ia membetulkan jas nya sebelum kembali berbicara.
" Kalau begitu aku pamit, besok aku akan kembali lagi kesini melihat keadaan calon istriku " Sam menekan kata calon istri karena ia sangat merasa bangga sebentar lagi akan menikahi gadis yang selama 11 tahun ini menempati hatinya yang terdalam.
" Silahkan "
Papa Bram mengantar Sam hingga ke pintu keluar. Sementara mama Dinda berlalu menuju kamar putrinya.
Ketika membuka kamar Daisy dan memasukinya, mama Dinda tidak melihat Daisy berada di ranjang. Akan tetapi mama Dinda melihat putrinya yang tengah berdiri di balkon tengah menatap kepergian Sam dengan tatapan sulit di artikan.
" Daisy " Suara mama Dinda mengejutkan Daisy.
Daisy menoleh dan mendapati mama nya yang kini sudah berada di hadapannya. Daisy terdiam menatap mama Dinda, kemudian mama Dinda membawa Daisy ke ranjang dan mendudukan putrinya di sana.
" Sayang, apa mama boleh bertanya padamu? " Mama Dinda berbicara sangat lembut sambil membelai kepala putri kesayangannya.
" Katakanlah, ma " Daisy menatap nanar kepada sang mama yang begitu menyayanginya.
" Kenapa kamu bisa hamil anak tuan Sam, apa ini ada hubungannya dengan hilangnya kamu selama hampir satu bulan? " mama Dinda berusaha menahan air matanya.
Daisy terdiam, dirinya belum sanggup mengungkapkan semuanya.
" Hingga saat ini, kamu belum menceritakan apapun kepada kami kemana kamu hilang saat itu. Dan apa sebabnya? " mama Dinda melanjutkan ucapannya.
Dan Daisy masih terdiam.
" Selama ini, mama dan papa tidak bertanya karena kami tidak mau menekan kamu dan membiarkan dirimu sendiri yang bercerita dengan sendirinya, namun tanpa di duga saat ini kamu membawa kabar yang sangat mengejutkan yaitu hamil anak dari seorang Abrisam " Entah kapan air mata yang sedari tadi di tahan oleh mama Dinda sudah lolos dari pelupuk matanya.
Daisy menghela nafas panjang, sebelum berbicara.
" Ma, saat ini aku belum mau menceritakan apapun. Aku mohon beri aku waktu " Daisy memohon kepada mamanya untuk tidak bertanya tentang hilangnya dirinya saat itu.
" Tapi kenapa tidak sekarang saja kamu menceritakannya pada mama? " Mama dinda sangat penasaran dengan kabar mengejutkan tentang putrinya.
" Ma, please... aku butuh waktu untuk sendiri. Tolong tinggalkan aku sendiri ma " Daisy menyuruh mama Dinda keluar dari kamarnya.
Mama Dinda terdiam kemudian menarik Daisy ke dalam pelukannya.
" Maaf jika mama menekanmu, kalau begitu mama tidak akan memaksamu untuk bercerita "
" Aku juga minta maaf, bukan maksud mengusir mama dari kamarku. Tapi aku hanya butuh waktu untuk menenangkan pikiran dan hatiku " Daisy membalas pelukan sang mama.
" Ya sudah, kalau begitu mama keluar dulu. Mama akan mempersiapkan pernikahanmu "
Mama Dinda mengurai pelukannya.
Dan Daisy hanya menganggukan kepalanya.
" Ingat, jangan stres dan sedih berlebihan. Kau juga harus mementingkan kesehatan bayi yang ada dalam kandunganmu " mama Dinda mengelus rambut Daisy sebagai bentuk kasih sayangnya.
" Eh " sontak saja Daisy melihat ke arah perutnya yang masih rata, ucapan mama Dinda mengingatkannya bahwa saat ini di dalam rahim nya ada sebuah kehidupan yang bersemayam.
" Apa kamu lupa, sayang? " mama dinda tersenyum melihat tingkah Daisy.
Daisy meringis dan menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
" Pantas saja tadi pagi kamu muntah muntah hanya karena mencium bau bawang putih yang ada di nasi goreng. Ternyata mama akan punya cucu secara tiba tiba dan mengejutkan " Mama Dinda tersenyum menggoda Daisy sambil berlalu dari sana.
" Ish mama... " Daisy mengerucutkan bibirnya melihat mama dinda yang sudah keluar dari kamarnya.
****
Keesokan harinya, di ruang tamu rumah Daisy banyak pekerja yang sedang mendekor ruangan tersebut. Meskipun acaranya sederhana dan tertutup, tapi Sam tidak mau membuat calon istrinya itu tidak terkesan jika tidak ada hiasan sama sekali di acara pernikahannya.
Daisy yang baru turun dari kamarnya melihat semua itu tentu saja sangat terkejut. Daisy segera mencari mamanya untuk menanyakan perihal semua ini. Dan Daisy melihat sang mama yang tengah mengobrol dengan seorang WO ( Wedding Organizer).
" Ma! " Daisy menghampiri sang mama.
Dan mama dinda segera mengakhiri obrolannya kemudian beralih menatap Daisy.
" Ada apa, sayang? "
" Kenapa pakai dekorasi segala? mama dan papa tidak akan mengundang semua orang kan? " terlihat raut cemas dari wajah Daisy.
" Ini semua kemauan calon suami kamu. Dan kamu tenang saja, kami akan membuat acara kalian tertutup rapat sebelum kamu benar-benar sudah lulus sekolah "
" Kemauan calon suamiku, maksud mama pria tua itu? " Daisy kembali bertanya.
Mama Dinda terkejut mendengar panggilan Daisy yang menyebut seorang Abrisam pria tua.
" Bukan pria tua sayang, tapi pria matang " Mama Dinda meralat ucapan Daisy.
" Terserah mama deh, tapi bagiku dia terlihat tua " Daisy tetap pada pendiriannya menyebut Sam pria tua. Setelah itu kembali ke kamarnya.
Mama dinda hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putrinya. Tapi bagaimana pun dirinya sangat menyayangi Daisy.
Hari ini aku double up karena kemarin libur🥹