Hidupku semula baik-baik saja, tapi ketika aku berani melanggar aturan keluarga.
Semua berubah. ketika aku masuk kedalam kamar mendiang nenek dan kakekku, aku menemukan sebuah novel usang berdebu.
Ketika aku membuka sampul novel bercahaya, cahaya itu membuat mataku perih dan secara refleks terpejam.
Namun ketika aku membuka mata, aku tidak berada di kamar mendiang kakek dan nenek. Aku berada di sebuah kamar asing.
Seketika ingatan yang bukan milikku memenuhi memoriku. Ternyata aku memasuki novel usang itu, dan bagaimana mungkin aku harus terjebak di peran figuran yang hanya satu kali namanya di sebutkan sebagai mantan dari seorang pemeran utama laki-laki kedua!!
Cover from pinterest
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon just_orchid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 30
"Aku nggak akan bisa kembali kedalam raga itu" ucapnya pelan, seperti waktu dia melakukan hal itu. dia tak berpikir panjang terlebih dahulu-- air mata dia menetes, dia terisak.
"Maaf, aku benar-benar gelap mata-- aku udah narik kamu ke dalam novel, padahal kamu nggak tahu apa-apa" dia menutup wajah dengan kedua telapak tangannya. dia semakin menangis.
"Aku akan maafin kami-- kalo kamu bisa kembalikan aku ke dunia asli ku" Kalila membuka telapak tangannya, dia menghapusnya air matanya.
"Aku nggak bisa bantu kamu keluar dari dunia novel. tapi aku pastiin kamu akan bisa keluar dari dunia novel ini-- kamu hanya perlu menunggu. dan ketika waktu itu tiba, detik itu juga kamu akan kembali kedunia aslimu. tapi aku ingatkan sama kamu, jangan sekali-kali kamu jatuh cinta sama tokoh novel ini, karena kalo sampai kamu jatuh cinta-- kamu akan berat meninggalkan dunia novel ini. kamu akan merasa bimbang" Kalila.
"Kapan waktu itu tiba?" Kalila menggelengkan kepalanya.
"Aku benar-benar nggak tau batas waktunya, aku harap kamu sabar untuk menunggunya. lalu untuk derrrien aku harap kamu mau memaafkannya-- aku nggak maksud nyuruh kamu buat nerima cinta derrrien. kalo itu terserah kamu, mulai sekarang aku harap kamu bisa nikmatin hidup sebagai aku-- walaupun aku tahu itu sulit. dan kamu juga bisa bebas menentukan hidup kamu tanpa harus bertanya tentang pendapat aku" lanjut kalila, dia tersenyum manis kearahku dengan mata yang memerah.
"Kamu bener-benar nggak bisa kembali kedalam tubuh kamu?" kalila menganggukkan kepala dengan sedih.
"Iya, aku akan terus terjebak di sini sendiri. tapi tak apa karena aku pantas untuk mendapatkannya. aku menganggap ini hukuman untukku" aku mengelus bahu Kalila.
"Terus kalau aku kembali ke dunia asli ku, bagaimana dengan tubuh kamu, apakah akan ada mengisinya lagi?" aku.
"Nggak ada, kalo kamu pergi tubuh aku akan mati karena tak ada yang menempatinya" Kalila tersenyum miris.
Aku menutup mulutku terkejut "pasti ibu akan sedih"
"Tidak apa-apa cepat atau lambat dia akan bisa menerimanya dan juga dia masih punya keluarga selain aku, mereka pasti akan di samping ibu ketika tubuhku mati" kalila tersenyum tapi air matanya kembali mengalir di pipinya.
"Ini sudah waktunya kamu pergi-- ini akan jadi pertemuan pertama dan terakhir kita. sekali lagi maafkan sifat egoisku yang telah membawa kamu ke dalam dunia ini. dan aku sungguh berharap di mana pun kamu berada-- aku harap kamu selalu bahagia" kalila tersenyum manis kearah dan tiba-tiba cahaya putih dengan cepat menghampiri ku.
Aku menutup mata dan ketika aku membuka mata, aku telah kembali ke kamarku.
Flashback end
Sekarang aku sedang berada di sebuah mall yang ada di kota ini. sebelum ibu pergi untuk menjaga saudaranya-- ibu memberitahu aku, bahwa dia telah meminta izin selama tiga hari lagi untuk aku beristirahat.
Dan aku bersyukur atas itu, pikiran ku sedang kalut karena bertemu dengan kalila-- dan aku pikir lebih baik aku pergi ke mall untuk mengalihkan pikiran ku yang mulai kesana kemari.
Aku memasuki sebuah toko buku yang berada di mall ini, aku mengelilingi toko buku itu, aku membaca prolog novel yang terlihat menarik dari covernya.
Setelah aku membaca sepuluh prolog novel akhirnya ketika aku membaca prolog novel yang kesebelas-- aku merasa tertarik dan aku memutuskan untuk membelinya. setelahnya aku berjalan menuju arah kasir untuk membayar novel ini.
Bruk
Seseorang menabrakku hingga terjatuh, apakah dia buta. jalan sebegitu lebarnya kenapa dia bisa sampai menabrak ku.
Aku bangun, menatap si penabrak. ah pantas saja-- sepertinya dia sengaja. dia Emira.
Emira menatap remeh diriku-- dia hanya sendirian. kemana ghani dan teman-temannya? biasanya mereka selalu menjaga Emira selayaknya bodyguard.
"Kamu sengaja kan?" aku langsung menuduhnya karena kesal melihat tatapan remeh yang diarahkan kepadaku.
"Kalo iya kenapa? masalah buat lu" dia tertawa sinis melihat kearahku.
"Ya masalah, kamu kira nggak sakit waktu kamu tabrak aku? sakit bambang" aku sedikit menaikan nada bicaraku.
"Elah disenggol gitu aja sakit, lebay lu" dia dengan sinis berkata.
"Lebay pala kamu, sadar dong badan kamu tuh gede, sedangkan aku kecil-- untung aku nggak sampai terbang gara-gara disenggol badan gede kamu" aku berucap santai seraya tersenyum mengejek.
"Kamu, berani-beraninya kamu bilang badan aku gede. badan kamu aja yang kekecilan, badan aku tuh body goals" dia berjalan kearah ku dan menarik rambut ku dengan kencang.
Kepalaku sampai mendongak karena tarikan dari emira. aku menendang tulang kakinya dengan lumayan kencang. dia mengaduh kesakitan dan melepaskan tarikan rambutnya.
"Kamu kurang ajar" dia dengan tertatih berdiri lalu hendak menampar ku.
Aku tetap membuka mata dan bersiap menahan tangannya yang hendak menamparku, begitu tangannya mendekat tangan seorang pria lebih dulu memegang pergelangan tangan emira.
Aku menatapnya kesal, padahal aku sengaja ingin menangkapnya-- setelah menangkap tangan emira, tadinya aku berniat memelintirnya.
Pria itu adalah rien, dia menghempaskan tangan emira dengan kencang, lalu dia berjalan kearahku dan menutupi tubuhku dari pandangan emira.
"Derry kamu kok kasar banget sih, aturan kamu bantu aku nampar dia-- dia udah ngatain badan aku, kata dia badan aku gede. aku nggak terima dan mau ngasih dia pelajaran-- kenapa harus kamu hentiin sih?" emira menegang tangannya yang di hempaskan rien tadi-- dia memajukan bibirnya ketika menatap rien.
Dia pikir dia imut apa?
"Itu kenyataan lu nggak usah marah" suara rien terdengar dingin.
"Apa yang benar?" emira melihat rien dengan tatapan bingungnya, sepertinya dia tak mengerti. aku juga tak mengerti ucapan rien.
"Soal badan lu" setelahnya rien berbalik menghadapku, dia merapikan rambutku dan kemudian dia meraih tanganku-- dan membawaku keluar dari toko buku ini. rien bahkan mengabaikan teriakan tak terima emira.
Rien dengan langkah yang lumayan cepat menarik ku sampai tiba di parkiran, dia berhenti tepat di sebuah mobil-- sepertinya ini mobil miliknya.
Dia membukakan pintu, aku tanpa bertanya masuk kedalam mobil. aku tak berani berbicara karena wajah rien benar-benar terlihat menakutkan ketika dia sedang menahan amarah.
Rien berjalan cepat memutari mobil lalu dia masuk di kursi pengemudi. setelahnya dia menjalankan mobilnya meninggalkan mall.
Kenapa rien dan emira masih mengenakan seragam sekolah? apa mereka tadi pergi bersama?
Aku menggelengkan kepalaku untuk mengusir pertanyaan itu, kenapa aku harus peduli? mau rien pergi bareng emira kek, mau nggak pun. itu bukan urusan aku.
Aku menganggukkan kepala mengiyakan pemikiran ku. jangan pedulikan lila dan jangan sampai kamu jatuh cinta kepada rien.
akhirnya dtng jg Rien🥰