Sheila Cowles, seorang anak yatim piatu, menjalani kehidupan sederhana sebagai cleaning service di sebuah toko mainan anak-anak.
Suatu hari, karena kecerobohannya, seorang wanita hamil besar terpeleset dan Sheila menjadi tersangka dalam kejadian tersebut.
"Kau telah merenggut wanita yang kucintai. Karena itu, duniamu akan kubuat seperti di neraka," kata Leonard dengan penuh amarah.
"Dengan senang hati, aku akan menghadapi segala neraka yang kau ciptakan untukku," jawab Sheila dengan tekad yang bulat.
Bagaimana Sheila menghadapi kehidupan barunya sebagai ibu sambung bagi bayi kembar, ditambah dengan ancaman Leonard yang memendam dendam?
🌹Follow akun NT Othor : Kacan🌹
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kacan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
MDHD 30 (Selamanya Melayaniku!)
Begitu sampai di kamar, Sheila dan Leonard meletakkan si kembar ke atas ranjang mereka.
“Aku akan ke ruang kerjaku, ada meeting yang harus kuhadiri secara online. Awas jika sampai kau macam-macam dengan kedua putriku!”
Mata Sheila melirik sejenak ke arah Leonard. “Hmmm,” sahutnya malas.
Terdengar geraman tertahan yang berasal dari Leonard. Tapi, Sheila sungguh tidak perduli.
Wanita itu memilih untuk duduk di atas ranjang dengan hati-hati—takut membangunkan si kembar.
Tidak diacuhkan oleh Sheila pada akhirnya membuat Leonard keluar dari kamarnya dengan membawa perasaan marah.
“Lihat saja nanti!” batin Leonard.
Perginya Leonard membuat perasaan Sheila lebih lega.
*
*
*
Sheila mengusap pipi putri kembarnya secara bergantian, ditatapnya wajah polos dua bayi perempuan itu dengan tatapan bersalah.
“Maafkan Mama jarang bersama kalian,” ucapnya terdengar lirih.
Pandangan Sheila sama sekali tidak berpindah dari wajah kedua putri sambungnya. “Mama harus membuktikan bahwa ada orang lain di balik kepergian mommy Zora.”
Viona yang sedang diusap pipinya oleh Sheila tampak menggeliat kecil.
Sontak Sheila menghentikan usapannya pada pipi hangat yang gembul itu. Takut gerakan Viona mengganggu kembarannya, lantas Sheila membawa Viona dalam gendongannya.
Bayi gembul itu berhenti menggeliat. Namun, tak beberapa lama kemudian, bayi dalam pangkuan Sheila mendusel-dusel di dadanya.
“Viona, kamu membuat Mama kegelian,” ucap Sheila dengan gemas. Ia usap ujung hidung mancung baby Viona menggunakan ujung telunjuknya.
Seakan mengerti, baby Viona menggerakkan tangan kecilnya yang gembul, membuat gerakkan menepuk-nepuk dada Sheila.
Glek!
Sheila menelan salivanya. Perasaan apa ini? Kenapa ada rasa haru di hatinya saat Viona melakukan hal itu.
Kepala Sheila menunduk, matanya menatap bayi gembul yang begitu cantik dengan tatapan kagum.
Sheila menoleh ke samping, tempat di mana Viola tengah terlelap dengan bibir sedikit terbuka.
Sungguh menggemaskan!
Satu tangan Sheila bergerak mengusap kening kembaran Viona. Tiba-tiba tatapan mata Sheila kembali sendu.
Akankah dirinya bisa tetap dekat dengan baby twins saat kebenaran terungkap?
Memikirkan akan terpisah dari baby twins membuat raut wajah Sheila menjadi mendung. Hatinya mendadak terasa sakit.
“Mama sangat menyayangi kalian, Baby twins.” Suara Sheila terdengar begitu lirih.
Tanpa bisa dicegah, air mata Sheila luruh begitu saja. Ia langsung menghentikan pergerakkan tangannya di kening Viola, lalu menyeka air matanya yang terus berdesakan keluar.
Seakan ada kontak batin, bayi kembar yang tadinya tidur tiba-tiba menangis kencang.
Bibir dua bayi itu terbuka lebar, mengeluarkan suara tangis yang melengking.
Seisi ruangan dipenuhi oleh tangisan dua bayi.
Sheila yang berada di situasi seperti ini semakin menangis. Apakah dua putri sambungnya merasakan apa yang tengah ia rasakan?
“Sayang, cup cup cup, Mama ada di sini.” Sheila menimang-nimang Viona, sementara tangan yang satunya ia gunakan untuk mempuk-puk paha gembul Viola.
Baik Viona yang ada dalam gendongannya mau pun Viola tidak ada yang mau diam.
Wajah bayi kembar itu tampak merah, bibir mungilnya terlihat bergetar karena tangis yang begitu menggelegar.
“Huhu maafin Mama udah buat kalian menangis,” ucap Sheila terisak sambil berusaha menenangkan kedua putrinya.
Brak!
Suara pintu yang dibuka dengan kasar membuat Sheila tersentak kaget, beruntung Viona yang ada dalam gendongannya tidak gelinding di atas kasur.
“Apa yang kau lakukan pada baby twins!” Leonard berjalan cepat mendekati ranjang, lebih tepatnya mendekat pada kedua putrinya.
Dengan berlinang air mata Sheila menggelengkan kepalanya.
Leonard mendesah kasar, ia bawa Viola ke dalam gendongannya sembari menatap Sheila dengan tatapan tajam.
Sheila mendongakkan kepalanya, sebab Leonard berdiri di sisi ranjang. “Kau pikir aku wanita jahat yang tega menyiksa bayi?” Kesalnya dengan suara serak.
Air mata Sheila tak lagi berdesakkan keluar saat melihat wajah suaminya yang menatapnya dengan tatapan penuh tuduhan.
“Lalu, kenapa mereka menangis kencang seperti ini?!” Leonard semakin menyudutkan Sheila.
Sheila hendak menyahuti perkataan suaminya. Namun, Viona dan Viola yang masih menangis menyadarkannya.
“Lebih baik kita menenangkan baby twins daripada terus berdebat,” usul Sheila. Ia menunduk, memandangi wajah Viona.
“Sini, duduk!” seru Sheila, ia menepuk sisi ranjang yang kosong.
Seakan terhipnotis, Leonard duduk di samping istrinya dengan membawa putrinya, Viola.
“Cup cup cup, anak cantik jangan menangis. Kalau menangis nanti digigit daddy Leo.” Sheila menimang-nimang Viona.
Mata Leonard mendelik mendengar apa yang istrinya ucapkan.
Tak ingin kalah, Leonard meniru Sheila yang menimang-nimang kembaran Viola. “Jangan menangis, kalau menangis nanti digigit Mama Shei—”
Leonard terdiam, ia tersadar akan kebodohan yang baru saja dirinya lakukan. Dan, oh shit! Dirinya menyadari telah mengucapkan sesuatu yang salah.
Sheila menoleh, segores senyum menggoda ia layangkan pada Leonard yang ikut menoleh ke arahnya.
“Mama Sheila, hm?” Sheila menaik turunkan kedua alisnya.
Merasa diejek oleh istrinya, Leonard langsung membuang wajah diiringi dengan dengusan kasar.
Bersamaan dengan itu, tiba-tiba baby twins berhenti menangis.
Apakah dua bayi itu senang melihat Leonard kesal? Jika benar, maka Sheila semakin sayang pada kedua putri sambungnya.
“Sepertinya baby twins senang mendengar dengusan kesalmu,” celetuk Sheila.
Leonard menoleh, alisnya menyatu diiringi wajah terlihat tak terima. “Jangan mengada-ngada!” ketusnya.
Sheila mengendikkan bahu. Ia terdiam sejenak, sampai tiba-tiba sebuah ide melintas di kepalanya.
“Leonard, lihat!” Sheila mendekatkan Viona yang ada di tangannya ke Viola yang ada di gendongan suaminya.
Leonard menunduk, tatapan matanya jatuh pada kedua putrinya yang menggemaskan. Mata bulat, kulit putih bersih, pipi gembul. Semua yang ada pada baby twins adalah perpaduan darinya dengan Zora.
“Mereka cantik sekali,” ucap Sheila penuh kekaguman.
“Ya, mirip seperti istriku, Zora,” sahut Leonard tegas.
Sheila melihat ke arah suaminya, lalu menganggukkan kepala. “Ya, kau benar,” kata Sheila pelan.
Sial! Kenapa ada rasa mengganjal di hatinya saat Leonard mengucapkan hal itu?!
Sheila berusaha menepis rasa ngilu di hatinya jauh-jauh. Ia tidak boleh terpedaya oleh perkataan Leonard.
“Suatu saat aku juga akan melahirkan bayi yang cantik,” gumam Sheila tanpa sadar jika Leonard mendengar apa yang dirinya ucapkan.
“Jangan harap!” timpal Leonard cepat.
Sheila tersentak. Ia bawa Viona kembali ke dalam dekapannya.
“Bodoh! Bodoh! Apa yang baru saja aku katakana?” rutuk Sheila dalam hati.
“Kau tidak akan mengandung benihku, Pengasuh!” Suara Leonard terdengar tegas tak terbantahkan.
Dengusan meluncur dari bibir Sheila. “Siapa juga yang mau mengandung benihmu! Jangan terlalu percaya diri. Aku akan mengandung benih dari suamiku kelak, bukan benihmu,” terang Sheila diiringi dengan wajah penuh keyakinan.
Sebuah seringai terbit di bibir Leonard saat mendengar perkataan istrinya.
“Tidak bisa! Kau tidak boleh mengandung benih siapa pun!”
“Kau akan terperangkap di sini selamanya! Selamanya di keluarga ini, tugasmu melayaniku, dan menyayangi baby twins!” lanjut Leonard penuh penekanan.
Bersambung ….
Skuy yang mau nampol Leonard, Othor persilahkan 😌🦾🦾
Hihi zeyengku, jangan lupa angkat jempolnya ya😘😘😘😘
di tunggu kelanjutan ya