NovelToon NovelToon
PINK BUBBLES #1

PINK BUBBLES #1

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Pernikahan Kilat / Cinta pada Pandangan Pertama
Popularitas:5.1k
Nilai: 5
Nama Author: LeoRa_

Judul kecil: SUAMI KECIL YANG LENGKET DAN MANJA

Sinopsis (pendek saja):
Ini tentang remaja laki-laki yang ingin menikahi seorang gadis yang lebih tua darinya sejak pertemuan pertama. Dengan laki-laki berpostur dewasa dan gadisnya justru kebalikannya.

[Catatan penulis: tidak ada konflik berarti yang mengganggu, hanya cerita yang menghibur saja. sebab penulis tidak mau tambah stress, cukup di dunia nyata saja.]

Buat yang suka alur santai, bisa datang ke penulis. di jamin gak akan nambah beban pikiran. kecuali agak hambar. hahaha. maklum, menulis cerita juga butuh ide dan ide datangnya dari kinerja otak yang bagus. jadi, penulis harus selalu menjaga pikiran tetap tenang dan bersih agar bisa berpikir lebih imajinatif untuk menghibur pembaca semua.

love u😘

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LeoRa_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28

Sebenarnya, Qiena tak ingin pergi lagi karena masih merasakan ketidaknyamanan saat menghadapi orang tua Giass yang ternyata adalah orang yang dia kenal. Tapi, disisi lain dia juga tidak bisa mengabaikan Giass yang sudah terluka demi melindunginya.

Alhasil, dia memilih memberanikan diri untuk datang juga. Lagipula, setelah dipikir-pikir ada baiknya menjelaskan semuanya segera agar mereka tidak memberikan dugaan-dugaan yang tidak menyenangkan.

Intinya, Qiena tak ingin ada kesalahpahaman.

Setibanya di rumah sakit, saat itu masih pagi. Qiena sengaja datang lebih awal sembari membawakan bekal makanan, karena bagaimana pun dia masih harus pergi bekerja. Dia juga berpikir pasti tidak nyaman hanya memakan makanan biasa dari rumah sakit. Dia agaknya lupa kalau Giass sudah berada dalam perawatan VVIP.

Tapi, tidak masalah. Toh, Giass lebih bahagia ketika melihat Qiena begitu perhatian padanya. Melihat Qiena memasuki ruang rawat inapnya sambil menenteng tas bekal makanan, membuatnya ingin segera meresmikan hubungan mereka. Dia tidak bisa menunggu lebih lama.

Jiwa dan raganya tidak tahan.

Untungnya semalam Giass sudah menghabiskan waktu untuk membahasnya dengan orang tuanya meski di awal agak alot.

Dengan senyum tipis sarat akan sejuta rasa diwajahnya yang biasanya datar sukses membuat Qiena tertegun sejenak. Belum pernah dia menemukan momen Giass tersenyum seperti itu.

Senyuman penuh perasaan yang terbuka gamblang seolah tidak lagi ragu kalau dialah yang terpilih dan bisa menikmati sendiri apa yang tersembunyi dalam diri Giass.

Itu cukup untuk menimbulkan sipuan malu pada dirinya sendiri. Tapi yang bisa Qiena lakukan hanyalah bertahan. Pasalnya Giass tak pernah melepaskan pandangannya darinya begitu dia masuk.

Qiena sendiri tidak menyangka kalau Giass juga terbangun sepagi ini.

Sambil meletakkan tas bekalnya di meja yang ada di tengah ruangan, Qiena berbicara guna memecahkan keheningan yang akan semakin membuatnya malu itu bila dibiarkan sunyi.

"Kau bangun pagi sekali..." nada lembut yang menenangkan mengalun sampai ke telinga remaja itu yang sukses membuat Giass ingin menggapai bibir itu saking gemasnya.

"Hmm... Aku sudah terbiasa bangun lebih pagi selama beberapa bulan ini. Seseorang sudah membuatku melakukan hal-hal diluar kebiasaan ku, tapi aku menyukainya." kala mengatakan itu sorot mata Giass kian dalam dan berarti saat menatapnya, seperti memberitahu Qiena kalau dia sudah tidak bisa kemana-mana karena Giass menginginkannya dan menandainya.

Mendengar itu membuat Qiena spontan mendongak melihat langsung kearahnya, tapi begitu disuguhkan tatapan yang begitu berarti Qiena dengan panik menunduk untuk menghindarinya.

Dia masih malu luar biasa bila ditatap seperti itu oleh lawan jenisnya. Terlebih yang ini dengan status yang lebih dekat.

Jadi, Qiena mempercepat gerakannya.

Dia mengeluarkan kotak makannya dan menyiapkannya sebelum menyajikannya untuk Giass dibawah tatapan panas remaja itu.

Setelah memberikannya, tanpa kata lagi Qiena langsung bergegas keluar demi menyelamatkan jantungnya sendiri dari detak yang tidak normal.

Giass di dalam kamar yang melihatnya tak bisa menahan tawa bahagianya sampai terdengar keluar.

Bersamaan dengan itu pasangan Ginda dan istrinya datang. Keduanya sempat melihat Qiena yang keluar dari kamar inap Giass dengan wajahnya yang sudah memerah dan mendengar suara tawa putra mereka yang terdengar sangat tulus mengungkapkan betapa bahagianya dia.

Kedua paruh baya itu saling menatap dan dalam pemahaman diam-diam, keduanya mencapai kesepakatan bersama.

Stevani mengambil langkah untuk mendekati Qiena lebih dulu sampai akhirnya Qiena menyadari kedatangan pasangan tersebut.

Qiena kembali gugup lagi. Tapi, ini lebih gugup karena serasa akan di interogasi oleh atasan setelah melakukan kesalahan.

Sementara Stevani tidak berpikir begitu. Dia dan suaminya telah membicarakannya berdua saja panjang dan lebar begitu pulang dari rumah sakit.

Mereka mengakui kalau mereka suka lupa waktu dan tempat bila sudah bertemu muka. Baik Ginda maupun Stevani selalu spontanitas bersikap mesra seolah itu sudah di stel dalam diri mereka sehingga tidak bisa di cegah atau di kurangi kala berada di muka umum. Itulah mengapa gelar pasangan idaman tak luput dari keduanya.

Jadi, setelah bolak-balik memikirkan banyak hal. Tampaknya tidak buruk membiarkan Giass menemukan pasangannya lebih awal. Yang penting Giass sendiri sadar akan kemampuannya untuk menanggung segala tanggung jawab sebagai kepala keluarga nantinya.

Jadi, melihat momen tersebut Stevani tahu gadis didepannya yang bahkan lebih pendek darinya adalah gadis yang baik yang bisa membuat putranya bahagia. Mungkin membiarkannya menjadi menantu tidak buruk juga.

Dengan senyum keibuan Stevani mendekati Qiena. "Jangan takut atau apapun itu. Kedatangan ku bukan untuk memarahi mu. Bagaimanapun kami paling mengenal Giass anak yang seperti apa. Jadi apa yang terjadi ini tak bisa disalahkan padamu. Giass memang anak yang cukup keras kepala ketika ada kemauan." tutur Stevani dengan lebih lembut demi menenangkan hati Qiena yang gelisah.

Meskipun Qiena merasa sedikit lega, tapi ketegangan tubuhnya tidak bisa di tenangkan. Jadi, Stevani hanya bisa mengerti.

Namanya juga gadis pingitan. Terlalu polos.

Dan putranya ternyata suka tipe ini.

Setelah Ginda memasuki ruang kamar rawatnya. Stevani membawa Qiena untuk mengobrol di taman balkon tak jauh dari kamar Giass yang berada di lantai atas.

.

.

.

Udara di taman balkon sangat sejuk dengan embun memenuhi seluruh balkon membuat setiap napas yang menghirupnya menjadi segar.

Setelah keduanya datang, Stevani mengambil langkah untuk duduk lebih dulu di kursi taman yang lembab oleh embun. Dia bersikap seperti itu bukan apa-apa selain hanya akan merasa sedikit basah di area bokongnya.

Qiena meringis melihat itu. Dia memang tidak tahu harga bajunya, tapi karena latar belakangnya adalah orang kaya setidaknya harganya tidak boleh murah.

Pakaian mahal seperti itu diperlukan begitu, cukup bersahaja juga.

Setelah keduanya duduk saling berhadapan, Stevani langsung angkat suara. Masih dengan aura keibuan yang dimilikinya.

"Namamu Qiena, kan?"

"Iya, Nyonya."

Stevani tertawa kecil melihat kegugupan Qiena yang kentara sekali terlihat. "Santai saja. Aku tidak sedang menginterogasi mu. Aku hanya ingin berbicara tentang Giass, putraku. Jangan menjadikan pertemuan kita sebelumnya menjadi beban, oke."

"Kami sudah membicarakannya semalaman tentang hal ini. Giass juga sudah mengungkapkannya begitu kau pulang. Dia terlihat sangat yakin akan hubungannya denganmu sampai dia meminta restu dengan cara sedikit memaksa. Haha... Tapi, kami mengerti. Hal ini ternyata juga tak lepas dari peran kami sebagai orang tua."

Stevani benar-benar hanya berbicara tentang Giass dan Qiena menyimaknya dengan baik.

"Aku tidak tahu apakah kau pernah mendengarnya. Keluarga Droov kami sering menjadi sorotan, terutama tentang sosok suamiku yang menjadi idaman banyak orang, lalu tentang kami berdua yang dianggap sebagai couple goals. Anak jaman sekarang suka menyebutnya begitu... Kemudian ada Giass, yang banyak orang menganggapnya sebagai duplikat Papanya. Sehingga, terkadang karena tidak bisa mengharapkan suamiku lagi mereka sering mengalihkan pandangan mereka pada Giass..."

Qiena pernah mendengarnya dari mulut sahabatnya belum lama ini.

"... Apalagi bila melihat karakternya yang lebih dingin dari Papanya, banyak wanita menjadi lebih tergila-gila. Suamiku itu juga sebenarnya tidak bersikap dingin, hanya lebih kepada profesional dalam bersikap dengan siapapun itu. Dia hanya tidak ingin memberikan harapan yang tidak bisa dia berikan yang ujungnya menjadi masalah. Jadi, selain dengan keluarganya suamiku tidak bersikap berlebihan. Tapi, Giass lebih dari itu..."

"... Dia bisa lebih tak berperasaan kepada siapapun yang mengusiknya. Baik laki-laki maupun perempuan. Pernah ada momen, di sebuah perjamuan. Giass datang dibawah paksaan kami karena tuan rumah acara tersebut adalah teman suamiku. Jadi, suasana hatinya sudah tidak baik sejak awal. Lalu, ada seorang gadis mendekatinya. gadis itu bersikap akrab sekalipun Giass mengabaikannya dengan berlalu pergi dari sana. Aku tahu saat itu Giass tidak ingin membuat masalah di acara tersebut, jadi dia memilih menahannya. Tapi, gadis itu tidak berhenti. Mungkin berpikir karena Giass diam saja, itu artinya dia diterima. Sampai Giass kehabisan kesabaran. Tidak tahu apa yang Giass katakan, tapi yang pasti gadis itu pergi sambil menangis..."

"... Aku pernah mencoba menasihatinya agar lebih pengertian kepada perempuan. Tapi, kau tahu apa jawabannya? Dia menjawab, jika dia bersikap pengertian hanya karena mereka perempuan, itu hanya akan menjebak dirinya sendiri. Berapa banyak perempuan yang akan menjadi tidak tahu malu nantinya karena berpikir Giass memberikan ruang untuk mereka mendekatinya, akhirnya aku mengerti. Sama seperti Papanya yang tidak ingin bersikap berlebihan pada orang lain. Giass juga begitu meskipun dia lebih tak berperasaan."

Stevani menatap Qiena dalam-dalam. "Tapi, kemarin sebuah kejadian memberitahuku kalau yang ini harus istimewa. Tidak heran beberapa bulan belakangan ini dia sering berceloteh soal calon istrinya yang katanya sudah dia temukan. Hanya saja saat itu, kami tidak menganggap serius ucapannya sampai hari kemarin."

Wajah Qiena memerah tanpa bisa dicegah lagi betapa malunya dia sampai kepalanya merunduk dalam ingin bersembunyi.

Stevani tersenyum ingin tertawa melihatnya. Berpikir putranya benar-benar tahu cara memilih.

"Sejak awal, aku tidak pernah meragukan pilihan Giass dalam memilih pasangan. Karena aku tahu dia mencintai kami selaku orang tuanya sekalipun dia sering harus menanggung perasaan iri melihat orang tuanya bertingkah mesra didepannya. Ini juga yang menjadi alasan dia memilih ingin menikah dini. Dia bilang, dia tidak mau menanggung perasaan iri lebih lama lagi. Tapi, dia masih muda... 18 tahun... Aku sebagai ibu sekaligus perempuan takut diusia itu Giass belum siap menanggung beban pernikahan dan ujungnya malah menyakiti pasangannya. Itulah mengapa aku terkejut mengetahui dia memilih mu yang ternyata lebih tua darinya."

Qiena dihadapan Stevani membeku kala mendengar usia Giass. Dia lupa kalau putra pasangan Droov masih remaja seperti yang Vailla katakan.

Jadi, gebetannya berondong itu benar?

Wajah Qiena memerah lagi. Hanya saja kali ini Stevani tidak terlalu memperhatikan kelainannya.

Kemudian Stevani tersenyum sebelum berkata. "Tapi, tadi... Untuk pertama kalinya aku mendengar tawanya yang begitu jernih dan tulus penuh kebahagiaan. Saat itu aku menemukan jawabannya."

Kegugupan Qiena tidak berkurang sedikitpun sambil melihat wanita elit didepannya. Tak ingin kehilangan fokus juga.

Stevani memberikan isyarat agar Qiena memberikan tangannya. Perlu beberapa saat bagi Qiena untuk mengerti sebelum memberikannya dengan ragu-ragu.

Setelah tergenggam, Stevani melanjutkan intinya. "Nak, Qiena... Atas nama orang tua putraku, Giass. Aku ingin melamar mu untuk nya. Menikahlah dengan putraku. meskipun dia masih muda, tapi percayalah dia adalah sosok yang bertanggungjawab pada apa yang dia lakukan dan putuskan. Kami juga sudah memberinya banyak wejangan karena kami tidak ingin dia menyakiti anak gadis orang lain setelah menikahinya. Sebab kami sendiri juga pasti tidak akan senang lagi sedih kalau anak kami disakiti oleh orang lain."

Otak Qiena membeku dan berdengung begitu lamaran diluar dugaan ini sampai ke telinganya.

Tapi, satu hal yang pasti.

Like mother, like son...

Keduanya sama-sama suka memberikan bom pada hatinya yang kecil dan lembut ini.

.

.

.

.

.

.

.

1
@train
tetap semangat ya thor
@train
siap thor
Fauziah Tallya
mudah2an qiena nya gpp sama semua bayi nya
@train
ya oke thor maklum aku karena semua pekerjaan itu tidak bisa dikerjakan sekalian
@train
wow,selamat untuk pasangan muda kita
@train
apa mungkin oiena alumni sekolah tersebut
@train
semangat thor
@train
belum banyak yang join ya
@train
wow,semakin seru saja
@train
karya yang bagus
Fauziah Tallya
selamat, sudah sah aja nanti h
@train
wow,bunga cinta bertebaran
Fauziah Tallya
mama stevani ngelamar nya sweet bangett, pengen nabung bab tapi tiap ada notif gak kuat pengen langsung baca...
ditunggu up lagi yah thor
Fauziah Tallya
bagus banget ceritanya, semangat up thor
Fauziah Tallya
ditunggu up lagi ka 😊
anggita
like👍+☝iklan moga novelnya lancar sukses.
anggita
disemua novel tiap pintu dibuka bunyinya.... ceklek🤭
Dewi
Kangen 3Ry (Ryura,Reychu sma Rayan)
Dewi: Slalu di tunggu thor krya krya nya semngat trus ☺️
LeoRa_: makasih dh rindu anak2ku. tapi ada kepikiran bikin keturunan mereka, cuma belum Nemu ide yang pas. semoga aja bisa ketemu segera, biar bisa di proses. thor jg kangen bikin mereka bertiga lagi🥲😌
total 2 replies
Dewi
Di tunggu kak..☺️Semngat trus
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!