"Gue menang taruhan! Gue berhasil dapatkan Wulan!"
Wulan tak mengira dia hanyalah korban taruhan cinta dari Alvero.
Hidupnya yang serba kekurangan, membuat dia bertekad menjadi atletik renang. Tapi semua tak semudah itu saat dia tidak terpilih menjadi kandidat di sebuah event besar Internasional.
Hingga akhirnya seluruh hidupnya terbalik saat sebuah kenyataan besar terungkap.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Puput, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23
"Aku bukan anak kandung ibu?" Wulan duduk dengan lemas sambil membaca hasil tes itu berulang kali. "Lalu aku anak siapa?"
"Wulan, kamu kapan masuk?" tanya Wati. Dia baru saja keluar dari kamar mandi karena sakit perut. Dia melihat hasil tes yang sekarang dipegang Wulan. Karena terburu-buru dia lupa menyimpannya.
"Ibu, apa benar aku bukan anak kandung ibu?" tanya Wulan.
Wati duduk di sebelah putrinya. Dia memeluknya dari samping dengan satu tangan yang mengusap rambutnya. "Iya. Waktu bayi kamu tertukar di rumah sakit. Ibu juga baru tahu masalah ini setelah Pak Sky menemui Ibu."
"Pak Sky?"
Wati menganggukkan kepalanya. Kedua matanya semakin mengembun. Setelah ini dia pasti akan berpisah dengan Wulan. "Iya, Pak Sky dan Bu Shena adalah orang tua kandung kamu. Kamu tertukar dengan Adara."
Wulan tak menyangka dengan kejadian ini. Pantas saja akhir-akhir ini Sky sangat baik padanya. Ternyata ini yang sebenarnya terjadi. "Tapi sejak bayi aku sudah bersama ibu. Aku akan tetap di sini." Wulan memeluk ibunya dengan erat. Sejak kecil dia selalu berjuang bersama ibunya, tidak mungkin baginya meninggalkan ibunya begitu saja.
"Kamu harus tinggal sama orang tua kandung kamu." Wati melepas pelukannya dan memegang kedua lengan Wulan. "Selama 18 tahun kamu hidup dalam kesusahan, padahal kamu sebenarnya anak orang kaya. Ibu merasa sangat bersalah sama kamu karena ibu tidak bisa memenuhi semua kebutuhan kamu dengan baik."
"Ibu, tapi semua itu membuatku menjadi orang yang kuat."
"Iya, kamu anak yang sangat kuat dan hebat. Pak Sky dan Bu Shena pasti sangat menyayangi kamu. Kalau mereka ingin membawa kamu bersamanya, kamu harus ikut."
"Ibu ...." Wulan semakin mengeratkan pelukannya. "Sampai kapanpun, Ibu akan tetap menjadi ibuku. Aku akan tetap menemui ibu setiap hari, aku juga akan tetap membantu ibu mencari uang."
Air mata semakin mengalir di pipi Wati. "Ibu sangat sayang sama kamu. Mungkin Ara juga tidak akan tinggal di sini, biarkan dia bersama kamu di sana. Ibu juga tidak mau hidup Ara susah bersama Ibu."
Mendengar hal itu Wulan melepaskan pelukannya. Dia menghapus air mata yang mengalir di pipinya. "Terus ibu sama siapa di sini? Ibu mau tinggal sama Kak Riki saja? Nggak! Kalau begitu, ibu ikut saja denganku."
"Wulan tidak bisa, tidak apa-apa. Ibu bahagia melihat kalian bahagia. Ibu bisa jaga diri baik-baik di sini."
"Tapi ibu ...."
Perkataan Wulan terpotong karena ada panggilan masuk dari Sky. "Iya, hallo ...."
"Ara, masuk rumah sakit. Iya saya dan Ibu akan segera ke sana." Wulan segera mematikan panggilan itu. "Ibu, Ara masuk rumah sakit. Kita ke sana sekarang. Sebentar, aku mau ganti baju dulu."
"Ara masuk rumah sakit lagi," kata Wati terkejut. Dia juga masuk ke dalam kamarnya untuk mengganti pakaian dan mereka segera berangkat ke rumah sakit untuk menemui Adara.
...***...
Adara membuka kedua matanya dan melihat Antares yang berada di dekatnya. Dia juga melihat kedua orang tuanya yang berdiri tak jauh dari brankarnya. Dia melihat pergelangan tangannya yang kembali terinfus.
"Ara, akhirnya kamu sadar," kata Antares.
Adara sempat terdiam beberapa saat, dia mengingat apa yang terjadi sebelumnya.
Mereka tertukar di rumah sakit sewaktu bayi.
Adara teringat lagi dengan kalimat itu. Dia kini menatap Sky dan juga Shena. "Aku bukan anak kandung Mama dan Papa?"
Seketika Shena memeluk Adara dengan erat. "Meskipun begitu, kamu tetap anak mama, Sayang."
Adara terdiam beberapa saat lalu melepas pelukan Shena. "Kalau aku bukan anak kandung Mama dan Papa, biarkan aku pulang ke rumah asliku." Air mata mengalir dengan bebas dari mata Adara. Ya, dia tidak mungkin terus tinggal dan bertahan di rumah yang bukan haknya. Bahkan semua barang-barangnya sebenarnya juga bukan miliknya.
"Ara, kamu masih boleh tinggal di rumah," kata Sky.
Adara menggelengkan kepalanya. "Semua itu bukan milikku tapi milik Wulan. Selama 18 tahun aku sudah menikmati semua yang bukan menjadi milikku."
"Ara ...."
Panggilan itu membuat Adara menoleh ke arah pintu. Dia melihat ibunya dan Wulan datang menghampirinya.
"Ara, kalau kamu masih ingin tinggal bersama Pak Sky, tidak apa-apa." Wati mendekati Adara. Dia mengusap air mata yang masih saja mengalir di pipi Adara.
Adara menggelengkan kepalanya. "Itu semua milik Wulan."
"Ara, aku tidak keberatan. Bahkan jika kamu tidak ingin bertukar posisi juga tidak apa-apa. Yang terpenting kita sudah tahu siapa orang tua kandung kita," kata Wulan.
Sky dan Shena menatap Wulan yang berdiri di dekatnya. Wulan memang memiliki pemikiran yang dewasa. Dia jauh lebih mandiri daripada Adara.
"Mulai sekarang kamu tinggal saja sama Mama dan Papa, biar aku tinggal di rumah kamu." Adara kini menatap ibu yang kini menangis di dekatnya kemudian dia memeluknya erat. "Seharusnya aku senang bertemu ibu kandungku, bukan malah bersedih seperti ini."
"Tidak apa-apa, ibu mengerti perasaan kamu."
Sejak saat itu, kehidupan mereka akan berbanding terbalik dari sebelumnya.
Ares pasti bisa meraih hatinya Ara