NovelToon NovelToon
Bintang Antariksa

Bintang Antariksa

Status: sedang berlangsung
Genre:Fantasi / Fantasi Timur / Romansa
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: ajab_alit

Aku adalah anak perempuan yang memiliki nama “Upeksa Nayanika”. Aku suka buku dan hal-hal yang menakjubkan. Tapi tanpa ku sadari… aku juga salah satu dari bagian hal yang menakjubkan. Hidupku aneh setelah kejadian itu muncul. Tapi, Apakah aku akan bertahan dengan hal menakjubkan itu? Maukah kamu mengenal ku lebih dalam wahai para bintang?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ajab_alit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

CHAPTER 28

Boneka raksasa milik Clover mengejar tiga orang wanita bangsawan, wanita-wanita berwajah pucat itu berteriak meminta tolong sambil berlari, para bangsawan disiksa habis-habisan setelah mereka bermain bersama boneka milik Clover. Clover tertawa geli di kepala boneka besarnya yang usang, sosok itu terus disana tanpa merasa lelah mengejar banyak orang.

Para elf sibuk menghukum para bangsawan yang sebelumnya menghina mereka, sedangkan Abya malah berdiri di sudut sambil memperhatikan mereka beraksi. Seorang wanita bangsawan datang padanya, memeluk kaki pendek Abya sambil menangis dengan wajah pucat. Sosok itu meminta tolong pada orang yang salah. Helen berjalan ke wanita itu, sosok itu menjerit ketakutan dikaki Abya. Abya menggoyang-goyangkan kakinya, berusaha membuat wanita itu tak lagi menempel padanya.

“Mau kubantu melepaskan hama itu, junior?” tanya Helen dengan senyum psikopatnya. Sosok itu memegang gagang pedangnya yang berwarna kebiruan, bercak darah menghiasi gaun biru kepunyaannya.

“Nggak usah.” Abya mengeluarkan pedang emasnya, lalu menancapkannya pada tangan putih milik sang bangsawan yang menempel padanya. Wanita itu memekik kesakitan, suara miliknya benar-benar nyaring. Abya menarik rambut wanita itu, membuatnya mendongak. Lelaki kecil itu menatap tajam si wanita bangsawan. “Diamlah, suaramu benar-benar menggangu.”

Helen bersiul, lalu membalikkan badannya karena satu bangsawan miliknya ditaklukan oleh juniornya. Sosok itu melihat ke sekitar, mencari mainan yang bisa ia mainkan. Abya menatap sosok itu lekat. Ia menghela nafasnya setelah helen sudah agak jauh darinya. Abya mencabut pedangnya dari tangan si wanita bangsawan. Sosok yang berantakan itu melihat tangannya dengan ekspresi ketakutan, tak berani menatap siapapun yang ada di ruangan ini.

Abya mengeluarkan sebuah botol kaca berisi cairan kehijaun dari jasnya. Abya menuangkan cairan hijau itu ke tangan sang bangsawan, membuat tangan wanita itu kehilangan rasa sakitnya. Abya menarik rambut wanita itu kembali, si bangsawan mendongak, menatap sosok itu bingung. “Tarik nafasmu saat mereka mendekat, taruh tangan mulusmu di darahmu sendiri. Tanganmu tak akan lagi mengeluarkan darah dan mengeluarkan rasa sakit yang menyiksamu. Berpura-pura pingsan lah, maka kau akan selamat,” Bisik Abya yang direspon anggukan. Sosok itu melakukan apa yang Abya suruh seketika.

Abya melihat ke depan, lalu berjalan ke Malam yang juga sedang memperhatikan senjata pembunuh kecilnya. sosok tinggi itu bersenandung di dinding sebelah kanan. Abya berdiri di samping malam yang asik mengemut permen miliknya, sosok itu menawarkan Abya permen yang sama. Abya menerima permen itu, lalu ia simpan di jasnya.

“Kenapa nggak dimakan?” tanya Malam.

“Aku hanya takut permen itu mengandung sesuatu yang berbahaya, karena aku tahu kebiasaan kalian.”

Malam tertawa, membuat para elf kecil melihat ke dirinya. Para bangsawan yang terpojok pun melarikan diri dari tiga mahkluk kecil itu. Sayangnya, mereka yang kabur malah ditusuk oleh kayu berwarna putih, semua orang yang terkena kayu itu menelan ludahnya kasar. Setelahnya, angin pun datang, lalu membanting mereka.

“Aduh junior-junior kecilku, kalian seharusnya fokus pada mangsa milik kalian,” ucap si lelaki bertopeng tanduk iblis. Sosok itu berada di lantai dua tempat ini bersama dengan gadis yang sebelumnya bersamanya. Dua orang makhluk itu memperhatikan orang-orang yang tersiksa di bawah dengan santai. Telinga berbulu mereka berwana orange. mereka adalah manmal jenis rubah ber-elemen angin yang langkah dan kuat.

Abya menggelengkan kepala saat melihat makhluk-makhluk itu. “Kau hobi sekali memungut orang-orang seperti mereka.”

“Kau juga akan melakukan hal yang sama suatu hari nanti, Abya.” Malam melihat ke Abya yang masih melihat ke ketiga elf kecil yang sedang menyapa seniornya. "Kita itu sama, ksatria kecil Ran.”

“Kita berbeda.” Abya menatap ke Malam. “Kau adalah Abya yang berasal dari masa depan yang suram. Sedangkan, aku adalah Abya dari masa lalumu yang kau ubah menjadi penyihir.” Malam tersenyum, anting bulannya memancarkan sedikit sinar.

“Ahh… seharusnya kau tidak mengungkapkan identitas asliku ke mereka yang melihat kita.”

“Mereka harus tahu karena ini bagian dari cerita.”

...###...

“Apa kau yakin mantranya yang ini?” Naya menatap Abya dan buku novel sihirnya bergantian. Mereka berdua kini berada di ruangan jam yang tak memiliki dua jarumnya. Dua makhluk itu duduk di lantai keramik yang dingin. Mereka terus membalik halaman dari buku novel itu.

Abya mengangguk. “Ya, aku yakin. Tapi, kita tak tau apakah mantra ini akan berhasil atau tidak.” Abya mengangkat buku yang sebelumnya tergeletak di lantai, ragu untuk membaca kalimat yang ada di kertas buku itu.

“Coba saja dulu, kalau tak berhasil biar aku yang coba.”

“Tak perlu berkata seperti itu karena aku akan melakukannya tanpa kau suruh.” Abya membacakan kalimat yang ada di buku itu. Sebuah cahaya keluar dari buku tersebut, lalu membentuk bintang keemasan yang cerah. Abya dan Naya saling melihat, mereka tersenyum karena senang telah berhasil melakukan apa yang mereka mau.

Peri bintang menguap. “Kenapa kalian berada disini lagi, bocah,” ucapnya.

“Libiz, apakah kau tau jalan menuju ke dunia lain?” tanya Naya tanpa basa basi. Libiz itu membelalakkan matanya, terkejut karena anak kecil seperti Naya seharusnya tak tau panggilan itu.

“H-hei kenapa kau meminta hal itu? Lalu darimana kau tau panggilan itu,” ucap bintang itu panik. Makhluk itu memukul jidat kuningnya. “Dunia manusia pasti sedang dirusak sekarang,” gumamnya.

“Rusak?” tanya Naya dengan polosnya. Abya yang paham dengan ucapan itu menyikut anak itu, lalu membelalakkan matanya. “Apa?” Abya memutar bola matanya malas ketika satu kata itu keluar dari mulut temannya.

Abya menatap sang libiz kembali. “Apa salahnya kalau manusia tau terlalu banyak tentang dunia kalian?”

“Mereka akan dimusnahkan,” ucap bintang itu yang membuat ruangan ini hening. Ia menghela nafasnya. “Panggil aku Seren.”

Kedua anak kecil itu mengangguk. “Jadi, kenapa kalian ingin kesana?” Seren memicingkan matanya.

“Karena kami harus menyelamatkan seseorang.”

“Siapa?”

“Nona Yale, begitulah salah satu orang dari dunia kalian memanggilnya.”

Seren tersentak. Setahunya semua anggota keluarga Yale telah tewas karena suatu insiden. Libiz yang melayang di udara itu berpikir, mungkin ada lagi generasi Yale yang lain. Sosok itu berkeringat, ia sedang berusaha mengalihkan pikirannya tentang siapa Yale itu.

“Dari pada kau memikirkan siapa itu, lebih baik kau bantu kami lebih dulu. Jadi, bagaimana caranya?” tanya Abya, membuat Si bintang berhenti berpikir. Ia mengiyakan ucapan Abya, lalu memutar beberapa jam yang ada disini. Rak buku yang ada di salah satu tembok berputar kebelakang, Pintu kecoklatan yang di tengahnya terdapat sebuah wadah untuk menaruh sesuatu muncul disana. Abya dan Naya melihat pintu itu dengan penasaran.

“Pintu ini adalah salah satu jalan untuk menuju kesana. Hanya bangsawan dari dunia sana yang dapat membuka pintu ini. Umumnya, mereka akan menggores tangan mereka, lalu memasukkan darahnya ke wadah yang ada di tengah pintu. Jadi, kalian tak bisa kesana karena kalian hanyalah manusia biasa,” ucapnya dengan serius.

Naya yang tak mudah menyerah dengan kata-kata mendekat ke pintu itu. Ia menggigit darahnya hingga mengeluarkan darah, lalu menaruh darah miliknya sesuai dengan syarat yang dikatakan Seren. Sudah sepuluh detik berlalu, tapi pintu itu sama sekali tak terbuka.

“Kau melakukan hal yang sia-sia, nak,” ucap Seren. Sosok itu menggelengkan kepalanya. Abya mendekat ke Naya, khawatir akan kondisi temannya.

Naya menggertakkan giginya. Anak kecil itu menggigit tangannya lagi, darah mengalir deras dari tangannya. Abya memegang tangan Naya yang sudah berlumuran darah, sosok itu menggeleng. Naya kecewa dengan tindakan temannya, Tapi pintu penghubung yang tak terbuka membuat Naya lebih kecewa. Sosok itu berbalik, darahnya berjatuhan ke lantai keramik ruangan ini. Tapi, saat ia sudah menyerah, pintu itu tiba-tiba terbuka. Cahaya muncul dimata Naya, sosok itu girang.

“Lihat, tindakanku tidak sia-sia, kan?” Naya menatap ke Seren. Bintang kecil itu menganga, terkejut karena darah milik Naya yang bisa membuka pintu itu. Libiz itu menatap Naya lekat. Ia yakin, Naya pasti bukan anak kecil biasa. Sosok itu pasti memiliki sesuatu yang tidak ia ketahui, sesuatu yang spesial.

1
apayaaaa
bagus bet, seruu fantasi nya
ajab_alit: makasih atas komentarnya kakak
total 1 replies
Yusup Muzaki
terasa kdunia pantasi ...walw ceritanya masih blom dpahami
ajab_alit: nanti lama-lama juga ngerti kok, kak.
total 1 replies
Shinn Asuka
Setting ceritanya memang hebat banget! Bener-bener dapet jadi mood baca di dunia fiksi ini. ❤️
ajab_alit: terimakasih
total 1 replies
XVIDEOS2212
Gak sabar lanjut baca!
Debby Liem: tuiiooooo
ajab_alit: untuk kelanjutan akan saya up besok. di tunggu saja ya/Smirk/
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!