Sang Ratu Antagonis

Pembalasan Ratu Yang di Asingkan

...****************...

Di dalam penjara, selir Hua sudah menunggu kedatangan Kaisar. Dia meminta pelayan istana untuk membawa teh dan juga kue kesukaan Kaisar, sehingga ketika Kaisar sudah datang mereka bisa menikmati itu.

Tap tap tap

Selir Hua melihat kedatangan Kaisar bersama dua orang pengawal

"Buka pintu ini!" ucap Kaisar Yan pada salah satu pengawalnya.

Pengawal yang mendengar segera membukakan pintu kayu itu untuk Kaisar Yan.

Kaisar Yan masuk ke dalam dan berdiri tepat di depan meja yang sudah ada teh dan kue kesukaannya.

"Salam kepada Yang Mulia!" ucap selir Hua.

Kaisar Yan tidak menjawab, dia lebih memilih terus menatap selir Hua.

"Duduklah Yang Mulia, saya sudah meminta pelayan istana untuk menyiapkan teh dan juga kue kesukaan anda," ucap selir Hua lagi.

"Selir, apa kau tahu jika hari ini..."

"Saya tahu, saya hanya ingin minum teh dengan Yang Mulia untuk yang terakhir!"

"Selir Hua, aku...."

"Yang Mulia, anda adalah seorang Kaisar. Anda harus bersikap seperti seorang Kaisar! Saya sudah melakukan kesalahan yang besar, dan harus mendapatkan hukuman yang berat!"

"Tetapi selir Hua, kau...."

"Saya mohon untuk tidak mengungkit hal itu lagi, Yang Mulia. Saat ini saya hanya ingin menikmati teh ini bersama anda!"

Selir Hua memberikan gelas yang sudah berisi teh kepada Kaisar Yan.

Kaisar Yan menatap teh yang ada di dalam gelas itu, dia sedikit ragu untuk meminumnya. Bagaimana pun selir Hua pernah mencoba untuk membunuh Ratu Yu, jadi dia sedikit tidak yakin pada selir Hua saat ini.

"Apakah Yang Mulia tidak menyukai teh nya, atau... Yang Mulia takut saya menambahkan sesuatu kedalam teh itu?" ucap selir Hua yang melihat Kaisar Yan belum meminum teh yang ada di tangannya.

"Tidak, aku tidak berpikir seperti itu!"

Demi tidak membuat selir Hua kecewa, Kaisar Yan menghabiskan teh itu dalam satu tegukan.

"Aku sudah meminum tehnya, kau bersiaplah karena semua orang sudah menunggu mu!" ucap Kaisar Yan seraya meletakan gelas teh ke atas meja.

"Baik, saya mengerti!"

Kaisar Yan berbalik dan melangkah keluar.

"Yang Mulia!" ucap selir Hua.

Kaisar Yan berhenti, tetapi dia tidak menoleh sama sekali.

"Saya sangat senang bisa bersama dengan Yang Mulia, meski Yang Mulia tidak pernah menyentuh saya atas keinginan Yang Mulia sendiri karena kesalahan saya dulu, tetapi saya bahagia bisa bersama dengan Yang Mulia. Dan saya berharap di kehidupan selanjutnya, saya bisa hidup bersama Yang Mulia dengan bahagia! "ucap selir Hua dengan suara gemetar.

Kaisar Yan yang mendengar itu mengepalkan kedua tangannya, saat ini dia sangat ingin merubah hukuman selir Hua. Tetapi dia tidak bisa melakukannya, karena akibat dari tindakannya akan membuat kekacauan di kerajaan.

Dengan cepat Kaisar Yan berjalan keluar dari penjara itu menuju ke tempat dimana selir Hua akan di hukum.

Melihat Kaisar Yan keluar, selir Hua tersenyum dan melihat gelas teh yang telah kosong di atas meja.

"Maafkan saya Yang Mulia, saya hanya ingin hidup dan mati bersama anda. Saya tidak akan membiarkan Ratu Yu hidup bahagia dengan anda!" ucap selir Hua.

...----------------...

Di tempat hukuman, para perdana menteri, pelayan dan pengawal istana telah berkumpul. Begitu juga dengan Kaisar dan beberapa rakyat yang di undang untuk menyaksikan selir Hua di hukum.

Kaisar Yan melihat sekeliling karena merasa heran, sebab Ratu Yu belum juga datang.

Tap tap tap

Para pengawal istana datang membawa selir Hua dari penjara istana. Selir Hua mengenakan pakaian serba putih, wajahnya tidak lagi cerah dan cantik seperti biasanya, rambutnya pun tidak lagi di sisir dan mengenakan tusuk rambut serta perhiasan.

Semua keluarga Hua telah di hukum, para pelayan dan penjaga kediaman keluarga Hua yang tidak bersalah telah di bebaskan dan kembali ke desa mereka. Kini tinggal selir Hua yang akan melaksanakan hukuman itu.

Selir Hua di dudukan tepat di depan meja yang sudah ada sebutir pil racun di atasnya.

"Yang Mulia Ratu tiba!" ucap pengawal yang berada disana.

Semua orang melihat kedatangan Liu An, begitu juga dengan Kaisar dan selir Hua yang sudah duduk.

Liu An menatap selir Hua dengan dingin, tetapi senyumannya mengembang.

Selir Hua yang melihat itu mengepalkan kedua tangannya, dia merasa sangat marah. Tetapi meski begitu dia tetap merasa senang karena dia mengira dialah pemenangnya, sebab yang akan hidup bersama Kaisar Yan di langit adalah dirinya bukan Ratu Yu.

Tatapan selir Hua begitu tajam pada Ratu Yu, "Ratu Yu, pada akhirnya aku yang akan hidup bahagia bersama dengan Yang Mulia, bukan dirimu!"

Liu An membalas tatapan selir Hua, "Dasar bodoh! Kalian hiduplah bahagia di dunia lain. Aku sama sekali tidak peduli!"

Kedua wanita itu seolah tengah berbicara lewat tatapan mata. Setelah puas melihat selir Hua yang akan menjalani hukuman, Ratu Yu menatap Kaisar Yan lalu melemparkan senyuman.

"Atas titah dari Yang Mulia Kaisar, selir Hua terbukti mencoba membunuh Yang Mulia Ratu di dalam istana dingin, memfitnah Yang Mulia Ratu, dan melakukan kejatahan lainnya bersama keluarga Hua! Selir Hua, pada bulan ke 4 hari ke 21 akan melaksanakan hukuman mati dengan meminum racun!" seru kepala penjara istana dengan lantang.

Mendengar titah yang di bacakan oleh kepala penjara, kedua tangan Kaisar Yan mengepal. Sungguh dia tidak menyangka jika dia akan memberikan hukuman itu kepada selir Hua.

Selir Hua menatap Kaisar Yan dan tersenyum, dia membungkukan badannya tanda penghormatan terakhir pada Kaisar Yan.

"Yang Mulia, kita pasti akan hidup bahagia bersama di langit!" ucap selir Hua.

Perkataan selir Hua membuat semua orang tertegun dan saling berbisik, kecuali Liu An yang tengah menantikan sepasang wanita dan pria di depannya itu mati bersama.

Selir Hua mengambil pil yang ada di atas meja, dengan pelan selir Hua memasukan pil racun itu ke dalam mulutnya dan setelah itu dia meminum air yang ada di dalam mangkuk.

Uhuk!

Bukan selir Hua yang terbatuk akibat meminum racun, tetapi Kaisar lah yang batuk dan mengeluarkan darah dari mulutnya. Melihat itu selir Hua tersenyum, karena keinginannya hidup dan mati bersama dengan Kaisar Yan akan terwujud.

"Yang Mulia, mari kita tinggalkan dunia ini dan bahagia bersama di kehidupan selanjutnya!" ucap selir Hua sebelum dia terbatuk dan mengeluarkan darah.

Mendengar itu, Kaisar Yan baru sadar jika dirinya di racuni oleh selir Hua.

"Teh, uhuk..... Teh itu ter....ternyata..."

Bruk!

Kaisar dan selir Hua tumbang secara bersamaan, selir Hua mati seketika. Dan Kaisar segera di bawa ke kamarnya untuk di periksa oleh tabib istana.

"Xin Xin, kau sudah menyiapkan titah Kaisar mengenai perintah penggantian dirinya pada Choi Li Xuan?" ucap Liu An.

"Sudah nona, kita hanya tinggal memberi stempel Kaisar saja!"

"Bagus, kita akan ikut ke istana raja. Aku yakin stempel itu ada di dalam ruang bacanya, selagi semua orang kacau karena Kaisar keracunan, kita akan menyelinap ke dalam ruang bacanya!"

"Baik nona, tapi apakah ini tidak apa-apa? Kita memalsukan titah Kaisar!"

"Dia akan mati, lagi pula jika kasim dan yang lainnya memeriksa keaslian tulisan itu. Itu akan sama, karena kita menggunakan salah satu alat yang bisa meniru 99% tulisan Kaisar Yan!"

Semua rencana berjalan dengan lancar, selir Hua telah di bawa ke pemakaman rakyat dimana keluarga Hua di makamkan. Itu karena dia mati sebagai seorang penjahat, jadi di makamkan di luar istana.

Sementara kehidupan Kaisar Yan berada di ujung tombak, napasnya sangat berat, denyut nadi pun sulit di rasakan.