Butuh Kasih Sayang Orang Tua

Sekarang Andre beralih mengawasi Atika, Atika saat ini sedang di pasar membeli lauk dan sayur mayur.

Sekarang mereka hanya memiliki satu orang pembantu sedangkan bi Siti di suruh oleh Toni untuk keluar dari rumah itu. Bi Siti sekarang berada di rumah Samuel, bis Siti bekerja di rumah Samuel.

Di rumah itu hanya ada satu pembantu sedangkan Kardi sudah di pecat oleh Sarah karena sekarang sarah harus berhemat. Pembantu itu izin pulang karena anaknya sakit dan besok baru dia bisa bekerja kembali.

Awalnya Sarah melarang karena tidak akan ada yang mengerjakan pekerjaan rumah namun pembantu itu malah mengatakan akan berhenti bekerja. Sarah yang mendengar itu berpikir dan akhirnya mengizinkan pembantu itu izin pulang.

Jika pembantu itu berhenti bekerja maka dirinya akan susah untuk mencari penggantinya, bisa-bisa rumah akan sangat berantakan.

“Aduh kenapa sih aku yang di suruh ke pasar.” Gerutu Atika.

Sekarang Atika sedang berjalan untuk mencari penjual udang. Hanya tinggal satu itu saja lagi yang belum ia beli.

Setelah selesai Atika belanja, Atika menunggu taksi onlinenya. Di saat dia berdiri menunggu taksi itu tiba-tiba saja preman mengambil tasnya.

“Rampok rampok!” teriak Atika.

Beberapa orang membantu Atika untuk mengejar rampok itu. Namun sayang mereka tidak dapat mengejar rampok itu.

“Maaf neng kita kehilangan jejak rampok itu neng.” Ucap salah satu bapak-bapak.

“Lah gimana sih pak, masa kejar maling saja tidak bisa.” Ucap Atika kesal.

“Eh, sudah di bantuin malah marah.” Ucap bapak itu kesal.

Semua bubar dan tidak mau lagi membantu Atika. Atika menggerutu kesal karena tidak ada lagi yang mau membantu dirinya.

“Aduh gimana ini? Gimana caranya aku pulang coba?” ucap Atika bingung.

“Oh ya barang belanjaannya ketinggalan lagi.” Ucap Atika.

Atika meninggalkan barangnya di tempat dirinya terkena copet tadi. Di saat Atika sampai di sana, barang-barangnya malah sudah tidak ada di sana.

“Sial banget aku hari ini, sudah kena copet sekarang barang belanjaannya yang hilang.” Gerutu Atika kesal bukan main.

“Ya sudah lah, aku tunggu taksi datang saja, Nanti bisa bayar setelah sampai di rumah saja.” Ucap Atika yang bahkan tidak memikirkan untuk mencari barangnya yang hilang itu.

. . .

“Lalita kamu kenapa?” tanya Anjani yang melihat ekspresi Lalita sedih dan bahkan ponselnya terjatuh dari tangannya.

Anjani mengambil ponsel Lalita, Anjani penasaran akan apa yang orang itu katakan sampai Lalita sedih dan bahkan ponselnya Lalita sampai terlepas dari tangan Lalita.

Anjani berbicara dengan orang itu dan orang itu mengatakan bahwa Raisya mengalami kecelakaan dan sekarang sedang di periksa oleh dokter.

Anjani juga syok mendengar kabar itu. Setelah mematikan sambungan telepon, Anjani memanggil Sarah dan memberitahukan bahwa Raisya mengalami kecelakaan.

“Ya sudah ayo kita ke rumah sakit sekarang.” Ajak Sarah dan membantu Adiknya itu berjalan.

Lalita terlihat sangat lemah bahkan untuk berjalan saja susah saking stoknya Lalita mendengar kabar anaknya yang kecelakaan.

Di dalam mobil Anjani mencoba menghubungi Atika untuk memberitahukan kabar bahwa Raisya mengalami kecelakaan namun sayang telpon dari Anjani tidak kunjung di angkat oleh Atika.

“Kenapa Atika tidak akan telpon mama sih.” Gerutu Anjani.

“Namanya juga pasar ma, pasti rame jadinya tidak kedengaran kalau mama telpon.” Ucap Sarah kepada mamanya.

“Lalita kamu harus kuat.” Ucap Anjani.

“Ma, aku takut Raisya kenapa-napa ma, aku takut kehilangan Raisya ma.” Ucap Lalita di sela tangisnya.

“Sudah sudah kamu jangan berbicara seperti itu, kamu harus yakin anak kamu itu pasti baik-baik saja.” Ucap Anjani menenangkan anaknya itu.

Sarah fokus menyetir dan membawa mobil dengan kecepatan tinggi agar bisa cepat sampai ke rumah sakit.

. . .

Atika sudah menaiki taksi, sama dengan Raisya supir taksi itu juga merupakan supir taksi suruhan Andre.

“Perasaan waktu Ke pasar tidak lewat sini deh.” Ucap Atika yang merasa bahwa supir taksi itu telah salah jalan.

Baru saja Atika ingin bicara untuk mengatakan bahwa mereka salah jalan namun supir taksi itu malah berhenti.

“Loh kenapa berhenti pak?” tanya Atika.

Apalagi di jalan itu sepi tidak ada orang, Atika tidak mengenali daerah yang di lewati itu. Membuat Atika semakin takut.

“Tidak tahu neng, tiba-tiba saja mobilnya mati non, saya sudah coba menghidupkannya lagi tapi tidak mau juga neg.” Jelas supir itu.

“Saya cek dulu sebentar ya neng.” Ucap supir taksi itu dan keluar dari mobil.

Supir taksi itu pura-pura mengecek setelah itu menghampiri Atika dan memberitahukan bahwa mobilnya mogok.

“Terus saya gimana dong pak.” Ucap Atika takut.

“Ya terpaksa neng harus cari taksi lain, dan neng tidak perlu bayar.” Ucap supir taksi itu.

“Dimana saya cari taksi lain pak, bapak tidak lihat jalanan ini sepi, lagian kok jalan lewat sini sih.” Kesal Atika kepada supir taksi itu.

“Maaf neng, biasanya saya juga bawa penumpang lewat sini, sini itu jalan pintas, jadinya bisa cepat sampai neng, tapi ya saya juga tidak tahu tiba-tiba saja mobilnya mogok.” Ucap supir taksi itu beralasan.

“Neng tentang saja, neng tinggal jalan sedikit ke depan nanti neng akan ketemu dengan pangkalan ojek.” Ucap supir taksi itu.

Dengan perasaan kesalahannya Atika berjalan meninggalkan supir taksi itu, setelah melihat Atika yang mulai menjauh supir taksi itu menelpon Andre dan melaporkan bahwa dia berhasil menjalankan tugasnya.

“Sekarang giliran kamu Atika.” Ucap Andre.

Anak buah Andre yang lainnya juga sudah bersiap-siap menjalankan tugas mereka.

Mereka masih memantau Atika yang berjalan sendiri sambil menggerutu kesal.

“Kenapa sih aku sial banget hari ini, tas di copet, barang belanjaan hilang dan sekarang aku harus berjalan kaki karena taksinya mogok.” Kesal Atika.

Di tengah kekesalannya Atika mendengar Anjani yang menggonggong kencang, Atika yang merasakan firasat yang tidak enak melihat ke arah belakang.

Atika dapat melihat anjing besar yang berlari ke arahnya. Atika yang ketakutan pun Berlari ke sembarang arah untuk menghindari anjing itu.

Atika terus berlari tak tentu arah, dirinya pun sudah lelah berdiri namun anjing itu tidak berhenti juga mengejar dirinya.

Atika yang tidak punya pilihan lain akhirnya memanjat pohon yang ada di daerah itu. Susah payah Atika memanjat pohon itu, akhirnya dia berhasil sampai di atas.

Sayangnya anjing itu malah tetap berada di bawah pohon itu.

“Ya elah anjingnya malah nunggu di situ, kalau seperti ini gimana caranya aku turun dan pergi dari sini.” Ucap Atika yang terlihat sangat lelah.

“Mama bantuin Atika ma. Atika takut di sini ma.” Ucap Atika yang mulai meneteskan air matanya.

Atika tidak tahu harus berbuat apa, Atika benar-benar bingung sekarang, ingin menghubungi mamanya tapi ponselnya telah hilang di ambil oleh rampok tadi.