Alih-alih menjadi gadis penebus hutang, Ailyn justru dinikahi oleh seorang rentenir.
Awalnya Ailyn mengira jika rentenir itu berbadan gendut dan botak.
Ternyata.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Shim Chung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Gol Tapi Kalah Cepat
Walaupun pernikahan Ailyn dan Derick dilandasi hutang tapi tetap saja gadis itu tersinggung ketika mendapat pertanyaan seperti itu.
Seolah Ailyn tengah menjual harga dirinya.
"Ada apa?" tanya Derick yang melihat perubahan wajah Ailyn.
"Apa setelah ini, Tuan akan membuangku?" Ailyn justru membalik pertanyaan. Dia kembali ke pengaturan awal antara rentenir dan gadis penebus hutang.
"Katakan saja jadi aku bisa merencanakan hidupku selanjutnya!"
Tentu saja Derick tidak bisa menjawab pertanyaan itu karena memang dia masih belum bisa memberi kepastian sebelum masalahnya dengan Liam selesai.
Apalagi sang adik dan ibunya juga masih berada di negara lain.
Yang jelas untuk saat ini, Derick ingin memiliki Ailyn seutuhnya.
"Kau harus membuat rencana tapi harus ada aku di dalam rencanamu itu," balas Derick kemudian.
Seperti biasa, lelaki itu akan berkata dengan ambigu yang membuat Ailyn bingung.
"Dan jangan panggil aku Tuan lagi, kau bukan pelayan atau budakku!" lanjutnya.
Derick tidak akan membiarkan Ailyn banyak bertanya lagi, dia harus membuat gadis itu rileks dan mendapatkan pemanasan yang pas.
Pengalaman pertama Ailyn haruslah berkesan.
Derick tidak mau terburu-buru atau akan menyakiti istrinya.
"Jangan!" Ailyn menolak keras ketika Derick tiba-tiba saja menundukkan kepalanya di bawah sana.
Sedetik kemudian gadis itu merasakan sesuatu yang aneh, tubuhnya menggelinjang hebat karena mendapat sentuhan tidak biasa.
"Tolong berhenti!" pinta Ailyn.
"Kalau sudah begini, tidak akan bisa berhenti," balas Derick.
Sepertinya Ailyn sudah siap untuk dimasuki karena respon alami tubuhnya.
Derick mulai membuka handuk yang dia kenalan sebelumnya dan Ailyn sangat terkejut melihat benda panjang tegak menantang ditambah ada urat-urat yang membuatnya takut.
"Sayang..." Ailyn merasa benda itu tidak akan muat masuk dalam dirinya.
"Jangan takut, Ailyn," Derick mendekat dan kembali mencium gadis itu.
"Aku akan memasukkannya pelan-pelan!"
Ailyn hanya bisa meremas seprai seraya memejamkan matanya. Dia tidak bisa menolak lagi akhirnya pembuahan sel telur benar-benar terjadi sekarang.
Gadis itu menjerit pelan saat Derick memasuki dirinya, rasanya sakit sekali sampai membuatnya meneteskan air mata.
"Sakit, tolong berhenti!" pinta Ailyn yang tidak tahan lagi.
"Kalau berhenti sekarang justru akan semakin sakit," balas Derick terus berusaha mendorong miliknya.
Sampai perlahan, Derick berhasil masuk walaupun belum sepenuhnya. Dia harus menyelesaikan semua ini, dia tidak mau setengah-setengah.
"Maafkan aku, Ailyn. Tapi, aku benar-benar harus bergerak sekarang," ucap Derick.
Lelaki itu mulai bergerak dan mencoba membuat hentakan yang tidak menyakiti Ailyn. Dia tahu gadis itu belum terbiasa merasakan sensasi seperti ini.
Setiap hentakan, Ailyn terus meremas seprai semakin kuat sampai Derick memintanya untuk memeluk tubuh kekarnya.
"Aku merasa aneh," ucap Ailyn kemudian.
"Tidak aneh, keluarkan saja!" Derick terus bergerak dan tampak tidak kelelahan sama sekali.
Justru lelaki itu bersemangat karena merasa Ailyn sudah tidak merasa kesakitan lagi.
Saat Ailyn mencapai puncaknya, Derick memberi jeda sejenak supaya sang istri bisa mengatur nafasnya kembali.
Tapi, ketika Ailyn sudah stabil. Derick kembali menggoyangkan tubuhnya bahkan meminta Ailyn untuk membalik tubuhnya.
"Apa bisa masuk dengan cara seperti ini?" tanya Ailyn. Dia pikir berhubungan suami istri hanya bisa dilakukan dengan satu gaya saja.
"Tentu saja bisa, bahkan bisa dengan banyak cara," jawab Derick.
Ailyn mengangakan mulut karena mendapat dorongan dari belakang, ternyata posisi seperti itu justru membuat milik Derick masuk lebih dalam lagi.
"Aku merasa aneh lagi," ungkap Ailyn.
"Bersama Ailyn," Derick mempercepat temponya sampai membuat ranjang bergoyang dan mengeluarkan suara decitan.
Ditambah suara tepukan daging yang menambah suasana menjadi panas.
"Aaaaa..." Ailyn refleks berteriak karena merasakan cairan hangat yang masuk dalam tubuhnya.
"Ailyn... Ailyn... Ailyn..." Derick menciumi punggung basah gadis itu. Dia sangat merasa puas sudah mengeluarkan semuanya.
Perlahan Derick pun melepas miliknya, dia melirik Ailyn yang sudah sangat kelelahan.
Karena pengalaman pertama Ailyn, Derick akan membiarkan gadis itu beristirahat.
Dan benar saja tak lama Ailyn memejamkan mata lalu masuk ke dalam alam mimpi.
Berbeda dengan gadis itu, Derick justru tidak bisa tidur. Lelaki itu membuka balkon kamar hotel dan menyalakan rokoknya di sana.
Derick harus cepat bergerak supaya Liam tidak bisa mengganggu Ailyn maupun ibu dan adiknya.
Namun, sepertinya Derick kalah cepat karena Liam sudah menjalankan rencananya sendiri.
Liam pergi ke rumah sakit di mana Bibi Ain dirawat, diam-diam dia menyuntikkan sesuatu dalam cairan infus wanita paruh baya itu.
"Tidurlah dengan tenang mulai sekarang," gumam Liam yang melihat Bibi Ain kejang-kejang.
Beberapa menit kemudian Bibi Ain dinyatakan meninggal dunia.
Marco yang mendapat laporan itu bergegas pergi ke rumah sakit, dia tidak bisa menghubungi Derick karena sang tuan tidak bisa diganggu.
"Apa wali setuju untuk melakukan tindakan otopsi?" tanya salah satu perawat.
"Tidak perlu, langsung mandikan saja!" balas Marco. Dia merasa tindakan otopsi tidak perlu dilakukan.
Dia berpikir kalau memang Bibi Ain tidak bisa bertahan tanpa tahu semua itu adalah perbuatan Liam.