Fazza, seorang CEO muda, tampan dan tajir melintir, lebih memilih bertunangan dengan remaja putri yang baru kelas satu SMA yang usianya terpaut cukup jauh-tujuh tahun.darinya.
Fazza datar dan kaku, sedangkan tunangannya mash mengharap perhatian yang lebih darinya.
semoga suka ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rahma AR, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertemu di butik
"Devin, aku curiga dengan laki laki yang kita temui di club." Agni kemudian menyesap kopinya yang masih panas dengan perlahan.
Dia sengaja mendatangi laki laki itu di perusahaannya, dan kini dia sedang berada di ruangan Devin.
Untung Fazza yang mengantarnya ngga banyak bertanya.
Agni sengaja membawa dua buah kopi yang dibelinya di kafe yang berada di depan perusahaan Devin.
"Aku sudah tau siapa dia," jawab Devin santai. Dia sudah menyelidikinya
"Siapa dia memangnya?"
"Namanya Brian Baltasar Poenix. Cucu tunggal pewaris hotel mewah Penix."
"Oooh...." Agni manggut manggut. Dia pernah mendengar nama hotel mewah yang ada di beberapa negara Eropa itu
"Aku ketemu dia di perusahaan Bang Nathan. Sepertinya dia menjalin kerja sama dengannya. Tapi maksudnya apa, ya? Kenapa ngga di perusahaan Bang Fazza aja." Agni seakan bicara sendiri.
Devin masih diam. Dia baru tau kalo laki laki itu bekerja sama dengan Nathan.
"Ada juga nenek sihir yang agak aneh."
"Nenek sihir?" Devin jadi bingung dengan istilah Agni yang cukup frontal.
"Iya. Ada cewe norak yang menggoda Bang Fazza. Tapi laki laki bule yang matanya ijo itu sepertinya kenal dengannya."
"Mantannya," jawab Devin yakin. Ada salah satu putri relasi Om Kendra yang menjadi penyebab Fazza mengambil keputusan untuk cepat menikah.
Devin langsung mencari tau dan dia langsung speechless karena putri relasi itu mantan Brian Baltasar Poenix.
Mata Agni membulat ngga percaya mendengarnya. Pantas saja dia agak curiga ketika melihat interaksi keduanya.
"Laki laki bule itu ternyata belum move on," decih Agni terkekeh.
Devin menatap penuh ejekan.
"Kenapa? Naksir?"
"Sayang aja bule tampan begitu belum move on," kekeh Agni lagi penuh makna.
"Coba rayu dia," tantang Devin sambil menggerak gerakkan gelas kopinya perlahan.
"Tanpa aku rayu dia pasti sudah naksir aku."
Devin menyesap kopinya sambil tersenyum mengejek.
"Jangan coba coba deketin dia. Cari pacar yang aman aman saja."
"Hemm.... Aku belum mau pacaran. Malas dilarang dilarang. Seperti seseorang."
Devin nyengir mendengar sindiran Agni. Pacarnya memang agak banyak mengaturnya. Tapi baginya kalo itu untuk menjadikan dirinya agar lebih baik, why not?
"Syukurlah," Devin tau Agnj ngga akan bisa dilarang. Dia akan berbuat apa saja. Karena itu mami dan papinya melakukan pengawalan yang cukup ketat padanya. Imbasnya dia pun kena tulahnya karena tingkah ugal ugalan gadis itu.
*
*
*
Vanda menoleh begitu mendengar klakson yang dia sangat hapal. Beberapa kali mobil ini selalu dia naeki.
Fazza menjemputnya.
Laki laki meminggirkan mobilnya di samping Vanda.
Dalam hati Vanda bersyukur karena Ethan sudah menjauh. Jadi dia ngga merasa perlu menjelaskan apa apa dengan Fazza. Lagian ngga penting juga menurutnya.
"Sendirian?" Fazza membukakan pintu mobil buat Vanda dari dalam.
"Nungguin Kinar." Sambil masuk ke dalam mobil Vanda mengirim pesan pada Kinara.
"Kinar lagi sama Farel?"
"Iya."
"Maaf, ya, masih pake jas," senyum Fazza. Setelah mengantar Agni ke perusahaan Opa Aries, dia pun pergi ke sekolah Vanda.
"Ngga apa, kak."
Fazza mengacak rambut Vanda pelan. Wajah gadis itu merona.
"Kok tau aku pulang, kak?"
"Tadi Kinar yang kasih tau."
Ooo.... Baru Vanda mengerti kenapa dia agak lama nunggu sahabat dan pacarnya di parkiran. Fazza udah dicalling Kinar buat jemput rupanya.
"Mau pulang atau nemenin aku di kantor?" Fazza mulai menjalankan mobilnya.
"Malas pulang. Sepi."
Fazza tersenyum maklum.
"Kita ambil baju buat nikahan Jeff dulu, ya."
"Oke, kak."
Kemudian mobil pun melaju meninggalkan parkiran sekolahan Vanda.
Ethan yang sempat berbalik, melihat Vanda masuk ke dalam mobil sport keluaran terbaru. Dan kini sudah melaju pergi.
"Di jemput calon suaminya?" gumamnya masih dengan rasa sakit dan kecewa. Tapi dia mencoba berlapang dada.
*
*
*
"Kamu suka? Mami sama tante Khanza yang pilih," ucap Fazza sambil menunjukkan gaun pilihan mamanya dan mama Nathan.
"Katanya jangan kelihatan dewasa," sindir.Vanda saat melihat gaun berwarna marun dengan detil yang sangat istimewa. Vanda yakin saat mengenakannya, ngga akan ada yang tau kalo dia masih kelas satu SMA. Sama kayak dulu.
Fazza tertawa lepas. Ingat kata kata larangannya dulu pada Vanda.
"Dulu belum sama aku, jadi ngga boleh."
Vanda tertawa juga mendengarnya. Dadanya berdebar ngga menentu.
Ingat dulu Fazza sangat posesif padanya. Padahal mereka belum jadian.
Tapi gaun ini lebih sopan dari pada yang dulu dipilih Kinara. Vanda rasa dia akan nyaman memakainya.
"Apakah gaun itu limitted edition?"
Fazza dan Vanda menoleh.
"Iya." Fazza mengamati sesaat laki laki muda yang barusan bicara. Bule dan bola matanya berwarna hijau.
Si Brian? batinnya menuduh. Dia belum pernah melihat pewaris hotel mewah poenix secara langsung.
Tapi dari ciri ciri yang dikatakan Agni, hati Fazza langsung yakin kalo dia ngga salah duga.
"Sayang sekali. Padahal aku ingin membelikannya buat mantanku," senyumnya ramah walau ucapannya terasa sangat ngga enak di dengar.
Mantan?
"Masih banyak pilihan yang lain tuan," sela pegawai toko yang menemani Fazza dan Vanda dengan sangat sopan.
"Iya, nona. Ngga perlu fokus sama yang sudah diambil orang," kekehnya santai.
"Begitu lebih baik." Fazza merasakan kalo laki laki ini sedang cari masalah dengannya.
Fazza mengalihkan tatapnya pada Vanda yang untungnya hanya diam saja.
"Kita pulang." Tangannya segera menyodorkan gaun itu pada pegawai toko.yang ada di dekatnya agar segera dirapikan.
Sementara laki laki bule itu tetap tersenyum ramah tanpa merasa tersinggung.
Hanya Vanda merasakan suasana santainya berubah menjadi tegang karena kehadiran laki laki ini
"Kak Fazza kenal dia?" bisik Vanda saat keduanya sudah menjauh dari laki laki itu yang masih memilih gaun untuk mantannya.
"Enggak."
"Oo, aku ngerasa ucapannya nyindir Kak Fazza."
"Orang dewasa kadang suka bicara aneh," kilah Fazza santai agar Vanda ngga tambah curiga
"Yei..." Tanpa sadar Vanda mencubit lengan Fazza gemas.
Fazza kembali tertawa lepas. Ngga sakit, sih. Cuma lucu aja melihat wajah Vanda yang tadi mencubitnya.
Saat Fazza akan mengambil dua paper bagnya dari tangan pegawai toko itu, laki laki aneh itu sudah berada di dekat mereka.
"Maaf mengganggu lagi. Aku butuh pendapat kalian.dengan pilihan gaunku." Tanpa menunggu persetujuan Fazza dan Vanda, laki laki bule itu menggelarkan gaun itu di hadapan keduanya.
"Buat mantan?" sarkas Fazza.
Dia tersenyum lebar
"Bukan. Buat calon pacar baru."
Fazza tersenyum miring. Gaun berwarna silver itu memiliki belahan samping yang cukup panjang hingga lutut.
Di kepala.Fazza tiba tiba saja muncul wajah Agni yang mengenakan gaun itu. Cukup sopan dan ngga terbuka.
'Bagus."
Dalam hatinya Vanda pun mengakui kalo gaun pilihan laki laki bule itu menarik dan elegan.
"Thank's."
Fazza ngga menyahut, tapi langsung membawa kekasihnya pergi meninggalkan butik milik salah satu sahabat keluarganya.
"Beneran Kak Fazza ngga kenal?" bisik Vanda lagi dan mulai curiga. Sikap sok akrab laki laki itu membuatnya bertanya tanya dalam hati.
"Beneran enggak"
Vanda ngga bertanya lagi, walau tetap saja masih menaruh curiga.
Laki laki yang memang Brian itu menatap kepergian keduanya dengan tersenyum miring.
Gaun ini memang akan dia berikan pada seseorang.