NovelToon NovelToon
Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Hidup Yang Tidak Terpenuhi

Status: tamat
Genre:Tamat / Diam-Diam Cinta / Cinta Seiring Waktu / Keluarga
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: Rifaat Pratama

Menganggur selama 3 tahun sejak aku lulus dari Sekolah Menengah Atas, aku tidak mengetahui ada kejadian yang mengubah hidupku.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rifaat Pratama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 5

Kami berjalan masuk ke dalam kafe. Namun, kami disambut oleh pemandangan yang memperlihatkan betapa ramainya kafe itu. Setiap sudut sudah terisi oleh pengunjung yang datang, aku menjulurkan leherku untuk melihat apa ada tempat yang kosong. Namun, aku sama sekali tidak melihatnya.

Kekecewaan kecil melintas di benakku karena menyadari bahwa setiap meja sudah penuh oleh pasangan yang tengah menikmati momen bersama. Jika dilihat lebih dekat, ini seperti kafe untuk pasangan yang berkencan daripada kafe untuk istirahat bersama keluarga atau teman dalam jumlah grup yang besar.

1 meja hanya memiliki 2 kursi, di sudut ruangan dekat jendela. Ada sebuah kursi banyak untuk pelanggan yang sendirian. Namun, itu juga sudah diisi oleh mereka yang bekerja dengan laptop mereka.

Kursi kosong seakan menjadi barang langka di sini. Ketika memperhatikan sekitar, dalam pandangan yang singkat aku berhasil menemukan tempat duduk yang berada di pojok ruangan.

“Itu kosong.” Aku menunjuk ke tempat kosong di pojok ruangan kepada Melissa.

Melissa mencondongnya badannya, menutupi dahinya dengan tangannya seperti orang yang sedang hormat untuk melihat ke arah yang kutunjuk.

“Oh iya, ayo cepet.” Melissa berjalan dengan cepat, aku mengikutinya dengan pergerakan yang lebih cepat. Ketika sampai di tempat kosong itu, ini benar-benar di pojok ruangan. Tempat yang sangat bagus untuk diriku karena aku bisa duduk di pojok dekat dengan dinding dan bisa memperhatikan orang-orang di sekitarku secara keseluruhan.

Tanpa sadar, aku menarik kursi di sisi lainnya.

“Nih.” Aku mempersilakan Melissa duduk di kursi yang sudah dikutarik. Entah dari mana munculnya sikap pria ini, aku juga tidak mengetahuinya. Aku hanya melakukan itu tanpa berpikir karena itu yang kuyakini benar, setidaknya itu yang selalu kulihat di film. Seorang pria akan membukakan pintu atau mempersilakan seorang wanita untuk berjalan atau duduk terlebih dahulu sebagai rasa hormat pria kepadanya.

Melissa menatapku dan kemudian dia membungkuk untuk duduk.

“Terima kasih.” Dia tersenyum dengan tulus, entah apa yang dia pikirkan saat itu. Tetapi aku tahu dia senang menerima perlakuan itu, dan aku juga senang karena aku melakukannya dengan benar.

Sebelum aku duduk, aku memperhatikan sekitar. Aku melihat orang-orang memesan di kasir setelah mereka mendapatkan tempat duduk mereka, jadi aku berpikir itulah cara memesannya. Walaupun aku belum pernah ke sini, aku tidak malu untuk melakukan sesuatu untuk pertama kali. Walaupun sedikit membutuhkan keberanian lebih karena aku takut melakukan kesalahan konyol saat memesan sesuatu untuk pertama kalinya.

“Kamu mau apa? Aku pesenin di sana.” Aku menunjuk ke arah kasir yang sibuk melayani pelanggan mereka.

“Aku… apa ya?” Melissa menutup mulutnya, mengetuk wajahnya dengan telunjuknya untuk berpikir. Namun, aku ingat dia sebelumnya ingin meminum Mocha Espreso saat kita di toko buku, jadi aku menyarankannya.

“Mocha Espreso tadi kan?” Aku bertanya.

“Nah iya, sama donat coklat itu aja.” Dia menunjuk ke sebuah menu yang tempampang di atas dinding. Aku tidak bisa melihatnya, tetapi aku mengiyakannya saja.

“Berapa?” Aku bertanya berapa banyak donat yang dia mau.

Kembali, dia berpikir lagi. “2 aja deh kayanya.” Dia dengan ragu menjawab. Walaupun jawaban itu penuh keraguan, aku menganggap itu sebagai jawaban pasti.

“Oke.” Aku segera pergi ke kasir dan mengambil dompetku yang kusimpan di kantong jaketku.

Kasir itu menyambutku dengan hangat, menanyakan apa yang ingin kupesan. Ketika aku melihat harganya, itu hampir membuatku berpikir. Apa yang aku lakukan di sini?

Kopi seharga 40 ribu, aku tidak tahu itu harga yang tinggi atau harga yang standar untuk kebanyakan orang. Namun, itu adalah harga yang sangat tinggi jika aku memikirkannya.

Aku berpikir untuk mendapatkan apa, melihat harganya yang sudah tidak masuk akal membuatku ingin mengatakan aku tidak jadi memesan dan pergi. Namun, aku tidak bisa melakukannya karena itu akan membuatku tampak konyol. Jadi selama aku memikirkan pesanan apa yang harus kudapatkan, aku memesan sesuatu yang dipesan oleh Melissa terlebih dahulu.

“Itu aja Mbak! Mocha Espreso 1, donat coklat 2.” Kasir itu kemudian mencatat pesanan yang kukatakan di mesin kasir, aku pikir itu akan memberikanku sedikit waktu untukku berpikir apa yang bisa aku beli. Namun, belum ada 1 menit kasir itu kembali menoleh ke arahku.

“Sudah? Ada lagi?” Aku yang masih bingung, mencoba mencari di menu yang satunya. Dan melihat tulisan coklat. Jadi aku hanya memesan itu.

“Coklat es aja 1.” Tanpa memedulikan harga lagi, aku memesan apa yang familiar di kepalaku.

Aku bisa saja memiliki beberapa waktu untuk memilih, tetapi seseorang sudah berbaris di belakangku dan kasir ini harus bekerja dengan cepat. Aku tidak bisa menghambat kedua orang yang berada di depanku dan di belakangku hanya untuk memikirkan apa yang harus kupesan.

Kasir itu kemudian mengulangi pesananku dan memintaku menunggu di sisi satunya. Setelah 5 menit, seluruh menu yang kupesan sudah datang.

Aku membawa semua makanan yang kupesan menuju meja di mana Melissa duduk. Dari belakang, dia tampak seperti sedang mencorat-coret sesuatu karena aku melihat sebuah pensil bergerak-gerak ketika berjalan mendekat ke arahnya.

Ketika aku menaruh makanan itu di atas meja, aku menarik kursi di seberang Melissa dan duduk. Baru saja aku duduk, Melissa menyerahkan selembar kertas kepadaku.

Aku sempat bingung ketika Melissa menyerahkan kertas itu, apa maksud dari kertas itu? Kenapa dia memintaku untuk mengambilnya? Rasa ingin tahuku terjawab ketika aku mengambil kertas itu dan melihat sebuah gambar di belakangnya.

Gambar diriku yang sedang berdiri di depan meja kasir, lengkap dengan latar menu dan juga orang-orang yang sedang berbaris di belakangku. Melissa menangkap momen yang sederhana yang baru saja terjadi, aku tidak bisa bilang gambar ini tidak bagus. Goresan pensilnya sangat lembut, bahkan gambar ini terlihat nyata jika dilihat lebih lama.

“Kamu suka?” Tanya Melissa, walaupun dia mungkin sudah melihat dari ekspresi wajah gembira yang tidak bisa kusembunyikan, dia tetap menanyakan pendapatku.

“Iya, ini bagus.” Aku menjawab tanpa mengalihkan pandanganku dari gambar yang Melissa buat.

Entah apa maksudnya, Melissa tiba-tiba cemberut seperti perasaannya terluka. “Cuma gitu?” Dia bertanya.

Aku harus menepikan kekagumanku terlebih dahulu, seorang seniman yang telah memberikan karya seninya seperti tidak mendapatkan apresiasi yang bagus dan itu juga membuatku sedikit terluka. Tetapi aku tidak tahu apa yang harus katakana, jadi aku mencoba untuk meyakinkannya.

“Engga, serius. Ini bagus, aku suka.” Aku dengan cemas berkata.

Raut wajahnya tiba-tiba berubah menjadi kembali ceria dan tertawa, “Ha ha, aku bercanda. Terima kasih.” Dia mengusap matanya yang mengeluarkan air mata karena tertawa terlalu banyak.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!