Cover by me
Ini tentang kehidupan pernikahan antara Aidan putra Bimantara seorang perwira polisi berpangkat ipda dengan Yura khalisa seorang mahasiswi akhir yang sedang sibuk menyusun proposal penelitian yang asyik-asyik revisi melulu.
Mereka ini sebenarnya tetangga, tetangga yang sudah seperti keluarga sendiri dan Aidan sudah menganggap Yura seperti adik sendiri begitu juga sebaliknya.
Tapi karena insiden tolol mereka harus hidup berdampingan satu atap. Bahkan Aidan harus melangkahi kedua kakak laki-lakinya yang masih lajang. Banyangkan padahal bukan urutan seperti itu yang Adian inginkan.
Bagaimana kelanjutan ceritanya yuk lanjut baca disini👇
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Chika cha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Lip tint pembawa hoki
Aidan menatap dirinya di pantulan cermin meja rias Yura, memastikan kemeja yang ia kenakan sudah terpasang rapih di tubuhnya.
Sementara Yura baru saja memasuki kamar setelah selesai mencuci piring bekas sarapan mereka. Kini ia malah mematung di pintu kamar yang sudah ia buka sebelumnya. Aidan dengan kemeja putih adalah perpaduan yang sempurna. Terlebih lagi pria itu menggunakan rompi anti peluru. Pesonanya buat geger otak.
"Masyaallah laki gue. Penjahat aja langsung pasrah ini mah kalau yang nangkep polisi modelan kayak bang Ai. Jadi pengen gue kekepin terus ini, kagak boleh keluar!" batin Yura sambil cengar-cengir didepan pintu kamar menatap sang suami.
"Cel?"
Yura tersentak mendengar panggilan itu, lebih-lebih Aidan yang... Tunggu! Sejak kapan dia sudah sampai di hadapan Yura? Bukannya tadi masih di depan cermin? Wah, punya jurus teleportasi ni laki satu. Haruskan Yura berguru?
Seketika Yura langsung membuang pandangannya ke sembarang arah, karena malu kepergok memandangi pria yang tidak lain adalah suaminya.
"Lo ngapain mesam-mesem di depan pintu? Kesambet ya Lo." tembak Aidan seraya mengancingkan lengan kemejanya. Tidak lupa ia tersenyum menggoda.
"Sembarangan!" bantah Yura.
"Oh, Atau... Lo terpesona ya sama kegantengan gue?" ucapnya lagi penuh percaya diri mesugar rambutnya kebelakang seraya menaik-turunkan alisnya.
"Hahaha. Mimpi!" pekik Yura dengan tawa yang di buat-buat. Tidak mungkin ia mengakui sedang terpesona oleh ketampanan pria itu. Bisa besar kepala dia.
"Gengsi teros...yang di besar-besar-in." ledek Aidan lagi, Yura hanya mendengus.
"Lo hari ini mau ke kampus?" tanya Aidan karena tidak mendapati respon apapun dari Yura alhasil ia mengalihkan pembicaraan.
Yura yang sudah masuk dan berjalan ke balkon untuk mengambil handuk hanya berdehem menyahuti ucapan Aidan.
Sebanarnya ia ada janji temu dengan dosen pembimbing jam 10, tapi karena Yura tidak ingin ketinggalan momen teman kelasnya yang akan melangsungkan seminar proposal pagi ini, jadilah ia pergi pagi-pagi sekali.
"Ya udah buruan mandi. Gue tunggu."
Aidan pun beralih keluar kamar, semantara Yura masuk ke dalam kamar mandi. Tidak membutuhkan waktu lama, ia sudah selesai berpakaian, tinggal memoles wajahnya saja dengan day cream dan juga sunscreen. Masih asyik memoles terdengar suara pintu kamar terbuka.
Ceklek!
Membuat kepala Yura yang tadi melihat pantulan wajahnya di cermin beralih memutar menatap pria yang mulai melangkah masuk sambil celingak-celinguk mencari sesuatu. Memahami pergerakan Aidan yang kebingungan, Yura pun bertanya, "Kenapa bang? Nyari apa?"
"Jam tangan gue, Lo liat?" tanyanya masih terus celingak-celinguk.
"Lah ini apa kalau bukan jam tangan?" tanya Yura menunjuk beberapa jam tangan milik Aidan yang tersusun rapih di atas meja rias, bersanding dengan beberapa aksesoris milik Yura.
Aidan menggeleng "bukan itu, yang warna item."
"Lah, ini item semua."
Aidan berdecak "bukan itu, yang lo kasih 2 tahun yang lalu pas gue ulang tahun."
Ya, walaupun mereka ini kerjaannya perang rudal, tapi keduanya akan saling memberikan hadiah jika salah satu dari mereka berulang tahun. Dan jam pemberian Yura dua tahun lalu saat Aidan berulang tahun adalah jam terfavorit yang sering Aidan kenakan. Maklum jam mahal, plus memang jam yang sudah Aidan inginkan sejak lama, eh malah dia ulang tahun Yura membelikannya. Baik kan Yura?
Yura menelengkan kepalanya sembari mengingat "oh yang ono."
"Kebiasaan deh, terakhir lo lepasnya dimana?" Yura bangkit dari kursi dan menghampiri Aidan berdiri di belakang pria itu seraya berkacak pinggang.
Aidan nyengir sekilas "Nah, itu gue lupa." tidak lupa ia garuk-garuk kepala.
Yura berdecak, namun turut ikut membantu mencari jam tangan Aidan tidak lupa mulutnya sambil ngomel. "Makannya kalau naruh itu jangan sembarangan, kan kalau udah kayak gini nyusahin orang juga, nyusahin gue."
Aidan hanya diam mendengar Omelan Yura. Ia sibuk mengitari kamar.
"Lagian noh jam Lo masih ada yang lain, pakek itu aja napa sih!" kesal Yura.
"Gak, gak. Gue harus pakek jam itu. Karena jam itu yang paling kece."
Yura menghela nafas "ribet bener!" ketusnya.
Ia mengingat sesuatu, lalu berjalan ke kamar mandi, tak lama keluar lagi dan menghampiri Aidan yang sudah akan membongkar isi lemari pakaian.
"Berhenti!!" pekik Yura.
Aidan langsung terkesiap karena pekikan gadis itu. "Ngapa sih cel?" intonasinya terdengar sebel.
"Jangan Lo bongkar tu lemari, jangan nambah nambah kerjaan gue. Nanti gue nyusunya lama, udah siang ini!"
"Tapi jam g-" belum sempat Aidan menyelesaikan ucapannya Yura sudah mengulurkan tangannya dan meyerahkan benda yang sejak tadi mereka cari.
"Nih!"
"Lah, Lo dapat di mana ini?" tanya Aidan sambil mengambil jam tersebut dari tangan Yura.
"Di kamar mandi." Yura balik duduk di depan meja rias.
Aidan nampak menepuk jidatnya " astagfirullah gue kok bisa lupa ya." lalu setalahnya ia tertawa, mentertawakan dirinya yang sudah seperti aki-aki yang mulai pikun.
"Makasih istri." ucapnya seraya mengenakan jam tangan tersebut ke pergelangan tangan kirinya.
Yura hanya menggumam, ia memakaikan lip Tint ke bibirnya. "Bang,"
Aidan menggumam sebagai sahutan, tapi enggan menoleh karena masih fokus memakai jam tangannya.
"Liat gue."
Aidan pun mendongak, begitu selesai memakai jam tangannya. "Apa?"
"Gue baru beli lip tint warna red Cherry ini kemarin, menurut Lo cocok gak di bibir gue?"
Aidan berjalan mendekat, membungkuk dan mengamati bibir Yura yang sudah di poles oleh lip tint tersebut.
Tak berkedip, darahnya malah berdesir hebat dan tanpa sadar meneguk salivanya, ia tergoda dengan bibir merah merona gadis itu. "Fokus Idan." batinnya menjerit karena sadar otaknya pagi pagi sudah keluar jalur.
Jujur saja di pandangi seperti itu membuat jantung Yura mau lepas. Di tambah lagi jarak mereka terlalu dekat, sangat dekat. Membuat Yura langsung menahan nafas. Jakun Aidan yang Naik turun bahkan terlihat menggoda dengan jarak sedekat ini. Dan tentunya berhasil mengobrak-abrik pegangan Yura yang sejak awal hanya pas-pasan.
Masuk kedalam marketing neraka berbentuk jakun. Gak elit sumpah Ra, gak elit!
"Cocok kok." Aidan mengangguk, suaranya memberat ia juga masih dalam posisinya "tadi Lo bilang warna apa?" ia kembali mengamati bibir Yura.
Ya Allah, aroma mint yang keluar dari mulut Aidan masuk tanpa permisi ke hidung Yura semakin membuat otak Yura kalang kabut.
"R-red Cherry." ampun Yura malah gagu segala.
"Berarti manis dong?" tatapannya sudah berbeda seakan ingin menelan Yura bulat bulat.
Tidak bisa di bairkan terus begini, bisa-bisa mati lemas Yura. Yura langsung berinisiatif mundur 1 langkah dari hadapan Aidan.
"G-gak tau, gak pernah coba." Yura membuang wajahnya kesamping menetralisir detak jantungnya yang sudah tidak karuan.
Aidan mode cool begini itu sangatlah berbahaya untuk jantung dan jiwa Yura.
"Kalau gitu gue boleh coba gak?" Aidan kembali meju selangkah.
Kening Yura mengernyit bingung. Namun jemarinya meraih lip tint tersebut di meja rias tepat di belakangnya "coba aja, tapi gue gak-"
Cup!
Belum sempat Yura menyelesaikan ucapannya Aidan sudah menempelkan bibirnya dengan bibir Yura. Ia benar-benar mencicipi lip tint tersebut langsung dari bibir sang istri.
MODUSNYA IDAN!!
Yura tertegun, Alarm tanda bahaya menyala, namun sengatan listrik yang menjalar ke seluruh tubuh malah mengaburkannya. Matanya melotot tapi tak mampu melakukan apa-apa melihat pria di hadapannya membungkam bibirnya.
Aidan yang sudah memejamkan mata masih dapat merasakan jika gadis itu tengah berdiri kaku. Aidan tebak ini adalah first kiss Yura, yang memang itu nyatanya. Dalam bibir yang masih menyatu, Aidan menyunggingkan senyum.
Karena merasa tidak mendapatkan penolakan, Aidan menarik pingang gadis itu dan sebelah tangan lagi menyalip di belakang tengkuk Yura, membuat kedua bibir mereka kian menempel.
Dan pergerakan itu membuat Yura semakin terkejut karena bukan hanya bibir yang menempel melaikan tubuh keduanya juga. Yura hanya bisa mencengkram kuat lengan Aidan menetralisir perasaan gugup dan juga detak jantungnya yang tak tenang.
Aidan mulai menggerakkan bibirnya, melumat bibir bagian bawah Yura dengan gerakan pelan dan penuh kelembutan. Karena lumatan itu pula, tubuh Yura kian meremang oleh panas yang tidak ia ketahui ini panas apa, tapi tubuhnya benar benar serasa di bakar. Dan Entah mendapat dorongan dari mana Yura juga ikut memejamkan kedua matanya dan mulai mengalungkan tangannya ke leher Aidan mulai ikut menggerakkan bibirnya, melumat bibir atas Aidan dengan gerakan yang masih kaku.
Mendapat balasan, Aidan semakin menjadi ia semakin mengeratkan pelukannya, memiringkan wajahnya kekiri dan kekanan melumat, menikmati bibir manis Yura, yang memang sangat manis. Mulai hari ini bibir Yura akan menjadi candu baginya. Cumbuan panas di pagi hari yang begitu membara itu berakhir saat keduanya benar-benar kehabisan oksigen.
"Yura..." nafas Aidan memburu setelah melepaskan cumbuannya. Ia mencoba menetralkan deru nafasnya.
Yura langsung limbung, bersandar di meja rias, ikut mengatur nafasnya, kakinya benar-benar lemas sekarang, sudah seperti jeli sangking lemasnya. Aidan benar-benar berhasil mengobrak-abrik jantungnya yang sudah amburadul, semakin amburadul di buatnya. Ia memegangi bibirnya yang kini terasa membengkak ulah Aidan dan juga jantungnya yang sudah di pastikan kini berpindah ke lambung.
Aidan yang melihat itu hanya menyunggingkan senyum. Ia mendekat ke Yura setalah dirasa nafasnya sudah stabil "tenyata bener, rasanya manis, sangat manis, gue suka." kembali ia mengecup bibir Yura sekilas, hanya sekilas. Setelahnya tersenyum. Sementara Yura yang memang belum siap dengan serangan mendadak kedua hanya diam sambil membulatkan matanya.
Nyosor aja terooos!!
......Mau bilang apa sama bapak kanit satu ini👆......
gak kerasaaaaa😛