NovelToon NovelToon
The Secret Of Possessive Man

The Secret Of Possessive Man

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Diam-Diam Cinta
Popularitas:3.3k
Nilai: 5
Nama Author: Citveyy

Devan Arenra Michael adalah Laki-laki berumur 21 tahun yang menyukai sahabatnya sejak tiga tahun yang lalu. Takut ditolak yang berujung hubungan persahabatan mereka hancur, ia memilih memendamnya.

Vanya Allessia Lewis, perempuan dengan sejuta pesona, yang sedang berusaha mencari seorang pacar. Setiap ada yang dekat dengannya tidak sampai satu minggu cowok itu akan menghilang.

Vanya tidak tahu saja, dibalik pencarian dirinya mencari pacar, Devan dibalik rencana itu.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Citveyy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 30 Diantar pulang

Devan datang pagi-pagi sekali ke rumah Vanya. Sebenarnya Devan Punya kelas jam sepuluh pagi tapi seperti biasa dia maunya berangkat bersama Vanya. Sudah sepantasnya ia melakukan itu karena sudah sejak lama ia menunggu waktu itu.

Vanesa mengatakan bahwa Vanya masih dikamarnya dan mungkin masih sibuk mengeringkan rambutnya karena cewek itu tidak memakai hair dryer.

Ditangannya Devan terdapat benda yang diinginkan cewek itu dari kemarin, pasti cewek itu akan senang sekali karena ia telah membelikannya. Pulang dari rumah Vanya kemarin Devan sempat keapartemen Miko dan setalah pulang dari apartemen sahabatnya ia langsung berfikir membelikan Vanya benda tersebut.

Tok-tok

Tak ada suara, sepertinya Vanya sangat sibuk sampai-sampai suara ketukan tidak ia dengarkan. Devan masuk saja toh ia sudah biasa masuk ke kamar calon istri masa depannya. Saat memasuki kamar Vanya baru beberapa langkah suara pintu kamar mandi juga ikut terbuka. Disana terlihat Vanya baru keluar dari kamar mandi dengan memakai baju kimono berwarna pink sampai setengah paha. Rambut cewek itu masih basah sekali karena tetes-tetes air dari rambutnya jatuh ke lantai.

Sesaat keduanya saling tatap beberapa detik barulah Devan sadar saat merasakan debaran didadanya semakin menajdi-jadi.

"So...sorry," Devan langsung membalikkan tubuhnya membelakangi Vanya.

Vanya ikutan kikuk tidak tahu harus melakukan apa. Ini keempat kalinya Devan mendapatinya memakai kimono tapi kenapa rasanya saat ini berbeda sekali dengan waktu dulu.

"Gue beliin Lo hair dryer, gue....tunggu di bawah."

Devan meletakan benda itu diatas ranjang tanpa melihat Vanya. Ini tidak baik sekali pada keadaan jantungnya, daripada berlama-lama disana yang akhirnya membuat dirinya jantungan mending ia keluar saja.

Vanya berjalan mendekat kemudian memegang benda yang dibawah Devan tadi. Sudut bibirnya tertarik karena Devan selalu paham apa yang ia butuhkan walaupun dirinya tak pernah bertanya sama sekali.

"Makasih Devan."

Saat itu juga senyum lebar Vanya terbit. Ia memegang dan merasakan degup jantungnya. Kenapa juga ia harus merasakan perasaan aneh seperti ini pada Devan padahal dulu-dulu ia tak pernah merasakan ini. Mungkin....karena kaget saja dengan keberadaan Devan yang berada dikamarnya jadi jantungnya tak berhenti berdegup. Ya...itu menurutnya.

•••

Devan pelan-pelan turun dari tangga. Satu yang selalu amat Devan hindari selama ini, yaitu melihat Vanya memakai kimono dengan rambut basah. Itu dapat meningkatnya adrenalinnya. Ini norma saja tapi...Devan tak yakin dengan dirinya kalau ia bisa menahannya. Salahnya juga kenapa ia langsung masuk kekamar Vanya.

"Devan sudah ketemu sama Vanya?"

"Sudah om."

"Yaudah sini dulu ajarin om main mobile legend. Rekan kerja om banyak yang main game ini katanya bagus banget. Om gak mau ketinggalan juga.

Devan mengerjapkan matanya mendengar perkataan Denis. Devan kira sekelas teman-teman om Denis hanya membaca laporan dan buku saja tapi ternyata oh ternyata mereka juga suka main mobile legend.

"Kamu tahu kan gamenya, jangan sampai kamu ketinggalan jaman. Sayang loh masih muda Dev," Cetus Denis sembari terkekeh pelan dan mengeluarkan ponselnya.

Sembari Devan menjelaskan yang akhirnya Denis sudah mengerti, walaupun tangan laki-laki berusia empat puluh enam itu masih kaku, Vanesa langsung datang dan menyuruh mereka untuk sarapan dan sekitar lima menitan Vanya juga sudah ikut bergabung bersama.

Devan tak mengucapkan apa-apa saat Denis dan Vanesa menyapa 'pagi' pada putrinya. Devan masih canggung begitupun dengan Vanya. Sepertinya Devan masih butuh beberapa saat supaya kecanggungan diantara mereka hilang.

"Devan ada matkul pagi?" Tanya Vanesa sehingga Devan sedikit memelankan makannya.

"Enggak sih Tan, tapi jam sepuluh ada kok."

"Loh kenapa jemput Vanya kalau kuliahnya jam sepuluh, kan bisa tuh kamu tidur lagi."

"Gak papa tan, sudah biasa juga. Kalau gak jemput dia tuh kayak beda aja gitu, mungkin terbiasa jadinya gak ngerasa terganggu," Jelas Devan seadanya karena memang akan beda sekali rasanya kalau ia tak menjemput Vanya maupun pulang bareng. Kayak beda aja gitu suasananya.

"Gak papa ma dia jemput anak kita. Papa senang kok, lagian Meraka juga sudah lama temanannya atau..... jangan-jangan mereka jodoh?!"

Uhuk

Vanya tersedak cepat-cepat Devan memberikan minum pada cewek itu. Setelah dirasa sudah agak mendingan ia menatap papanya protes.

"Loh kenapa? Kita gak tahu Lo jodoh kita siapa. Papa sama Mama aja gak tahu bakal berjodoh."

"Kalau papa lanjut ngomong kayak gitu lagi aku berhenti makan ya. Lagian aku tuh masih kecil."

"Masih kecil tapi udah mens." Cibir Denis membuat Vanya kesal setengah mati.

"Papa, berhenti ledekin anak kita. Lihat tuh mukanya jadi asem kan padahal masih pagi juga."

"Hahaha papa bercanda sayang. Devan juga gak ambil serius, tapi...kalau mau serius juga gak papa Dev."

"Hehe iya om," Devan membalas hati-hati tapi sebenarnya ia salah tingkah atas perkataan Denis. Ia sebenarnya sangat setuju dengan apa yang dikatakan Denis lebih tepatnya sudah mengklaim kalau Vanya memang benar-benar jodohnya. Jangan bilang tidak ya, nanti Devan geprek.

•••

Devan berdecak mendengar suara dering hpnya. Tertera nama mamile dilayar hpnya. Maminya ini sudah menelponnya sejak masuk kelas, karena merasa terganggu Devan hanya mengirim pesan pada maminya kalau ia ada kelas kemudian mematikan hpnya kembali.

Devan mengangkat telfon maminya dan sudah ia duga kalau maminya ini pasti akan mengomel.

"Senja itu anak baru disana jadi tolong insiatif sedikit bantuin dia. Jangan mami terus yang minta kamu bantuin Senja."

"Lah kan itu kemauan mami bukan kemauan aku. Lagian dia itu manusia jadi-jadian mi, Devan gak sanggup hadapin dia."

"Anak Dajjal ya kamu, dia itu cewek nak, kalau terjadi apa-apa gimana? Tadi mami telfon dia katanya dia pulang jalan kaki, tolong dong sekali-kali anterin dia kek atau jemput dia."

"Gak usah khawatir mi, dia ma jago berkelahi yang ada orang takut duluan dekatin dia. Terus mami bilang jemput dia? Mi, bensin mahal mi. Kita tuh gak boleh buang-buang duit dan kekayaan alam Indonesia hanya untuk hal-hal yang tak berguna. Lagian dia kan kaya ngapain Devan harus jemput dia."

"Tak berguna kamu bilang? Dia itu calon istri kamu Devan kingkong anak Dajjal. Mami gak mau tahu ya kamu harus anterin dia dan jemput kalau enggak mami blokir ATM kamu!"

Tit

"Ma--- anjai takewer-kewer!"

Devan mengacak rambutnya frustasi. Tega sekali maminya membuang kekayaan alam Indonesia demi si Senja tornado. Lebih baik ia gunakan untuk hal yang bermanfaat seperti jalan-jalan dengan Vanya, kerumah Vanya, dan nongkrong berdua dengan Vanya. Itu adalah sesuatu yang bermanfaat dan tidak merugikan dirinya dan negara Indonesia ini.

"Disuruh sama mami Lo ketemu sama Senja lagi?"

"Gitu deh, gue bisa-bisa gila tahu gak kalau sama si Tornado," Cercanya kesal setengah mati. Jika menjemput saja dan menurunkannya di depan apartemannya Devan bisa-bisa saja. Tapi kalau berbicara dengan Senja yang ada mereka berdua bisa saling memutilasi.

"Jodoh lo itu Dev," Kekeh Noah diikuti Miko.

"Amit-amit jabang bayi. Jodoh gue itu Vanya Alessia Lewis."

"Ye..kalau itu ma kalau Vanyanya mau sama Lo," Cibir Miko hingga ia mendapatkan tatapan tajam dari Devan.

"Ya pasti mau lah. Gue itu kaya raya, baik hati dan tidak sombong, plus ganteng juga. Lihat deh pengikut kalian, lebih banyakan mana coba." Tantang Devan membuat kedua sahabatnya hanya menghela nafas lelah. Sudahlah jika Devan sudah mode percaya diri begitu mereka mengiyakan Saja. Daripada ia mengamuk seperti monyet gak dapat jatah, mending mereka diam saja.

"Yaudah sana jemput Senja, jangan sampai mami Lo marah-marah."

"Duh mana Vanya belum keluar lagi. Kalian tunggu Vanya keluar ya, terus bilang kalau Devan ada urusan. Jangan bilang kalau gue mau ketemu sama Senja. Awas ya kalian."

"Lah kenapa kalau kita ngomong kalau Lo mau ketemu sama Senja. Vanya kan---" Noah membekap mulut Miko yang sudah ingin mengatakan sesuatu yang menyinggung Devan.

"Vanya apa?" Devan sudah ingin meledak-ledak saat tahu apa yang ingin dibicarakan Miko. Tangannya sudah berputar ditelapak tangan kirinya guna menakuti Miko.

"Miko bercanda Dev, yaudah kita kekelas Vanya dulu, bay!"

Noah menarik Miko yang memberontak tidak tahu apa-apa padahal dirinya hanya mengatakan isi hatinya dan perkataannya juga belum selesai kenapa Noah malah menariknya, aneh. Mungkin kebelet boker kali.

•••

Vanya menatap ujung sepatunya mengingat perkataan Miko yang mengatakan kemana Devan pergi. Saat keluar tadi, entah keceplosan atau bagaimana Miko mengatakan bahwa Devan sedang menjemput perempuan yang bernama Senja dikampusnya. Dan enahnya ia kepikiran sampai saat ini.

Vanya bahkan lupa belum mengirim pesan pada pak Adi hingga ponselnya sudah mati dan ia bingung harus pulang bagaimana.

"Mana jemputan Lo?"

Vanya mendongak dan matanya menangkap keberadaan Vegas yang menjulang tunggi berdiri dihadapannya.

Vanya lantas berdiri karena tak sopan jika ia duduk sedangkan Vegas berdiri.

"Sejak kapan kak Vegas ada disini?"

"Barusan."

"Ohw..."

"Mana jemputan Lo."

"Mm...gue lupa kabarin sopir gue kak terus hp gue mati," Vanya memperlihatkan ponselnya yang tidak nyala.

"Devan?"

Vanya meringis sedikit karena sedikit bingung dengan pertanyaan Vegas. Tidak bisakah cowok ini memberi pertanyaan lebih panjang.

Tahu kalau Vanya tidak mengerti, Vegas hanya bisa mendesah kecil.

"Devan gak anterin Lo?"

"Devan ada urusan."

Vegas hanya mengangguk saja, ia lantas berjalan ke motornya yang terparkir tidak jauh darinya. Memasang helmnya dan menyalakan motornya.

"Naik!"

"Ha?"

"Tuli Lo? Naik!"

"Ah iya kak."

Tak mau mendapat amukan dari Vegas Vanya lantas berlari cepat kemotor Vegas.

Vegas memakai motor Vespa klasik. Motornya terlihat terawat sekali. Untung Vanya tidak memakai rok hari ini jadi ia bisa dengan mudah naik kemotor Vegas.

"Selesai."

Saat Vegas menjalankan motornya Vanya hampir jatuh untungnya ia memegang jaket kulit Vegas. Vegas menghentikan motornya dan menoleh ke belakang.

"Pegangan, gue gak mau tanggung jawab kalau Lo jatuh."

"Maaf kak."

1
Istiy Ana
Perempuan tuh butuh kepastian Dev, lebih baik nyatakan ke Vanya apapun yg terjadi
Risfani Nur: Halo terimakasih sudah membaca karyaku, tolong dukung terus karyaku ya terimakasih 😀
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!