Mengejar Gadis SPG

"apa kamu tidak salah Affan....kamu tidak tahu.... kemarin gadis ini sudah mempermalukan Mama di tempat umum" kata Nyonya Karin menatap tajam Alea.

"Affan sudah tahu semuanya, bukan Alea yang mempermalukan mama, tetapi Mama sendiri yang mempermalukan diri Mama sendiri, sudah tahu di tempat umum... tetapi bertindak sangat memalukan"kata Affan menatap dingin mamanya, sedikitpun Tidak ada rasa kasihan kepada mamanya.

Alea menatap wajah suaminya sekilas"Kenapa dirinya bisa tahu... oh sudah pasti tahu, kan anak buahnya di mana-mana" gumam area terkekeh di dalam hatinya.

"ceraikan perempuan rendahan itu sekarang juga, apalagi sebentar lagi kamu akan bertunangan dengan cinta" ucap nyonya Karin menatap tajam Alea, dirinya sangat membenci gadis itu, gadis yang menurutnya tidak punya sopan santun, bahkan kedudukan nya sangat rendah.

" tidak akan.... Affan sangat mencintainya , sampai kapanpun Affan tidak akan pernah menceraikan nya" ucapnya lantang.

" wah wah...pintar juga dirinya kalau berakting, seolah-olah aku wanita yang paling di cintai nya " gumam Alea di dalam hatinya masih terkekeh lucu, suaminya begitu mendramatisir, sangat mendalami perannya sebagai seorang suami yang takut kehilangan istrinya.

" Affan...jaga ucapan mu pada mamamu " sentak tuan Iqbal menatap tajam putranya.

" memang apanya yang salah, Mama bertanya... dan aku menjawab" Affan semakin mengeratkan pelukannya di pinggang sang istri." sepertinya dramanya semakin berat" ucap Alea dalam hati.keluarga toxic, orang kaya suka memandang rendah profesi seseorang.malah aku merasakan mereka seperti buka orang tua kandung suaminya.

" kalau kau tidak mau menceraikan nya, kau bisa angkat kaki dari rumah ini, dan segera tinggalkan perusahaan, papa akan mencoret namamu dari keluarga." ancam tuan Iqbal dengan lantang.

Deg...

semua orang terdiam mendengar ancaman Tuan Iqbal

Affan tersenyum...

" tidak masalah, toh semua nama aset dan juga perusahaan bukan atas namaku" ucap Affan tersenyum.

Deg....

Nyonya Karin dan tuan Iqbal tersentak dengan perkataan Affan.

" Bu bukan begitu Affan, semuanya akan menjadi atas namamu kalau kamu menikah dengan cinta" ucap nyonya Karin terbata, seperti menyimpan sesuatu di dalamnya.

" benar saja, ada yang tidak beres dengan keluarga ini, lihatlah wajahnya seperti ketakutan, ada sesuatu yang di sembunyikan" gumam Alea dalam hati menelisik wajah mama mertuanya.

"Bagaimana aku menikahinya... sedangkan dari dulu aku tidak pernah mencintainya, hanya Alea satu-satunya wanita yang aku cintai" Affan menatap lembut sang istri yang saat ini masih dengan ekspresi santai, tidak ada ketakutan sedikitpun di matanya, benar-benar istri tangguh.

Nyonya Karin menatap tajam Alea...

" hei gadis rendahan.... kau pasti pergi ke dukun untuk mengguna-guna putraku, cepat lepaskan guna-guna itu, aku akan memberikan apapun untukmu" kata-kata Nyonya Karin yang menuduh Alea yang tidak tidak membuat Alea ingin tertawa, sekuat hati dia menahan tawanya agar tidak lepas.

zaman sudah modern masih percaya dengan hal-hal yang seperti itu, sungguh lucu sekali, tidak sesuai dengan penampilannya... wanita berkelas.

"maksud mama mertua apa ya, aku tidak tahu hal-hal yang begituan, lagian apa salahnya, kalau kak Affan mencintaiku, " balas Alea tak gentar, bahkan wajahnya tetap tegak menatap wajah mama mertuanya yang sedang menahan amarahnya.

" heh, jangan sebut aku mama mertua, aku bukan mertuamu" sentak nyonya Karin tidak terima.

" kalau begitu, saya minta maaf Tante " jawabnya santai.

"alah... Jangan berlagak bodoh... gadis rendahan sepertimu pasti menggunakan cara licik untuk mendapatkan putraku ... atau jangan-jangan kamu sudah menjebaknya, membuat affan menidurimu lalu meminta Affan untuk bertanggung jawab" marahnya, wajahnya semakin memerah menahan kesal.

Alea tidak terima dituduh sembarangan, tetapi dia diam saja menunggu suaminya bertindak.

"semua yang mama katakan itu bohong, alea tidak seperti itu, kami sudah lama saling mencintai, bahkan kalaupun aku tidak memiliki apa-apa, Alea masih menerimaku, bukankah seperti itu ... istriku?"tanya affan menatap lembut sang istri.

Alea mengangguk tersenyum, oh bener-benar, senyuman istrinya membuat emosi Affan mereda seketika , lalu menatap dingin orang tuanya.

" kalau begitu lepaskan semua apa yang kamu miliki, aku akan melihat sampai kapan kamu akan bertahan hidup miskin dengannya" ucap tuan Iqbal dengan lantang, membuat semua orang terdiam mematung.

Affan tersenyum " tidak masalah".

Affan mengambil dompetnya, dan meletakkan semua kartunya lalu kunci mobilnya juga di atas meja, bahkan jam tangan nya ia lepaskan,

" sudah.... kalau begitu saya permisi..." ucapnya dingin, tak ada wajah ketakutan di sana, hanya ada wajah lega , yang selama ini ia tahan, hidup seperti robot, tak ada kehangatan di sana, bertahun-tahun hidup dalam kemewahan, nyatanya tak membuat dirinya bahagia.

Affan menggandeng tangan istrinya untuk pergi dari rumah orang tuanya.

" Affan ... Affan tunggu...." cinta mengejar Affan yang sedang berjalan keluar rumah.

Dengan lancang, Meraih tangan Affan,

Affan menghentikan langkahnya, dan menyentak tangan cinta lalu berbalik badan menatap tajam gadis yang tidak ada urat malunya, sudah bertahun-tahun ditolak tetapi selalu mengejarnya.

" berani-beraninya kau menyentuh tangan ku" ucapnya dingin.

" Affan, masih ada kesempatan, Ayo berpikir sekali lagi, sebaiknya lepaskan saja gadis tidak berguna itu, lalu menikah denganku maka hidupmu akan bahagia tidak akan kekurangan" ucap cinta dengan penuh percaya diri.

Affan tersenyum remeh, " tanpa mu aku bisa hidup bahagia dengan istri ku, istri yang sangat aku cintai,... camkan itu" lalu Affan melanjutkan langkahnya untuk pergi dari rumah orang tuanya.

" mau kemana den...?" tanya penjaga rumah dengan ramah, melihat Tuan mudanya pejalan kaki keluar rumah tanpa menggunakan kendaraan.

"mulai saat ini... aku bukan tuanmu lagi" ucapnya dingin, lalu meneruskan langkahnya untuk menunggu taxi di depan rumahnya....

" kamu tidak apa-apa tuan....?" tanya Alea menatap kasihan kepada suaminya itu, terdiam sendiri , saat ini mereka sedang berada di halte yang tidak jauh dari rumahnya untuk menunggu taksi yang lewat.

Affan menoleh lalu tersenyum, meski hatinya sakit karena diusir oleh orang tuanya, tetapi ada alea yang menguatkannya, Affan tidak habis pikir saja dengan kedua orang tuanya, lebih milih melepaskan putranya daripada membuat putranya itu bahagia.

"Aku lebih suka mendengar kau menyebutku dengan sebutan tadi...!" balas Affan menatap lembut istrinya...

" kakak maksudmu....?" tanya Alea memastikan.

Affan mengangguk,

" oke.... baiklah, mulai sekarang aku akan memanggilmu kakak, sudah ya jangan sedih lagi.... mulai sekarang kita akan hidup dari nol la" Alea menghentikan perkataannya setelah Dia teringat akan sesuatu....

" eh... sebentar, bukankah tadi kau meletakkan semua kartu itu...., tetapi kartu hitamnya masih ada padaku " tadi Alya melihat semua kartu itu berwarna kuning merah serta biru tetapi tidak ada satupun kartu berwarna hitam....