Transmigrasi Ke Dunia Novel Menjadi Antagonis

Dengan satu jentikkan jari Louise juga Altair telah berpindah ke istana yang dibuat oleh Louise hanya dalam waktu beberapa jam saja. meninggalkan Felix terdiam sendiri menatap ruang kosong di depannya, yang akhirnya memilih untuk pergi sambil mencari cara agar bertemu dengan Louise.

"Sepertinya Felix sangat tergila-gila terhadapmu." Altair mengerutkan kening dengan perasaan tidak percaya.

"Bukankah kau sama saja, dasar goblok udah di usir masih aja nempel, kayak perangko aja." batin Louise. "untung aja kamu tampan kalo gak."

"Bagaimana jika kita berjalan-jalan dekat sini, siapa tahu akan ada hal menarik. lagi pula duduk di sini sangat membosankan." Altair berputar-putar di dalam ruangan istana.

"Aku akan keluar dari sini, jika para tetua brengsek itu tidak ada." Louise tersenyum sambil mencari cara menyingkirkan mereka. "tapi, jika aku melakukan hal ini. maka aku akan menjadi villain."

Mengalami dilema Louise berpikir berbagai macam cara, hatinya ingin menghancurkan negerinya namun di sisi lain ia ingin menjadi sosok yang lebih baik, saat sedang berpikir tiba-tiba Sisca muncul entah dari mana, ia berdiri sambil menatap ke arah Louise dan juga Altair yang sedang berputar-putar seperti burung dalam sangkar.

"Apa yang harus aku lakukan, aku benar-benar ingin mematahkan senyum di wajah mereka. karena melihatnya saja, membuatku ingin muntah." Louise duduk di lantai sambil meletakkan tangan di belakang kepalanya.

"Bukankah seorang Ratu, harusnya duduk di atas singgasana, tapi ini malah duduk nyeker di lantai dengan santainya." Sisca menghampiri Louise yang sepertinya tidak peduli apapun.

"Aku harus menghukum para tetua sialan itu." Louise seperti sedang dirasuki oleh sesuatu. "Aku akan memulai proses balas dendamku."

Tiba-tiba Louise tertawa sepeti sedang merencanakan sesuatu, dan mengabaikan keadaan sekitarnya.

Melihat Louise yang sepertinya sedang sibuk, Sisca memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat untuk berbicara dengan mereka.

Setelah beberapa saat terlihat Louise sedang menggambar sesuatu, dan terlihat sangat bersemangat sekali, bahkan kadang-kadang ia tertawa dengan penuh antusias.

"Apa yang kau gambar?" Sisca menatap dengan seksama, namun itu hanya sebuah peta yang terlihat membosankan.

"Kalian akan membayar atas apa yang telah aku alami selama ini." Louise tertawa dengan wajah khas villain.

"Ngomong apa kau ini." Sisca memukul kelapa Louise

"Kenapa? ada apa? apa ada masalah apa? apa aku membuat sebuah kesalahan?" Louise menggaruk kepala lalu menatap dengan wajah kebingungan.

Seketika Sisca menjadi terdiam, karena tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. sambil kadang-kadang menepuk kepala.

"Apa yang terjadi kepadamu? apa otakmu terganggu." Sisca melihat Louise dari ujung kepala hingga kaki. "akhir akhir ini kau sering menghayal, apa itu?"

Awalnya Louise hanya diam saja, namun ketika melihat peta itu, tatapannya menjadi berbeda kemudian duduk sambil menatap lalu berbicara tentang banyak hal dalam kecepatan yang tidak bisa di dengar oleh orang biasa.

Hal itu membuat Sisca mundur ke belakang, sambil mencari cara agar Louise bisa sembuh. dan seketika mendapat ide cemerlang, beberapa saat kemudian Sisca pergi tanpa mengatakan apa-apa, lagi pula keberadaannya di sana tidak di anggap jadi pergi pun tidak akan masalah.

"Altair, ke sini sebentar ada hal menarik yang ingin aku bagikan kepadamu." Louise menunjukkan beberapa kertas berisi rencana buatannya.

"Apa ini? seperti sebuah rencana, tapi tentang apa?" Altair menatap dengan wajah kebingungan. "mungkinkah cara untuk melamar seseorang? lewat teka-teki?"

"Kita akan membuat para tetua kerajaan, membayar semua ini. lagi pula aku memang di takdirkan untuk melakukan hal itu." Louise tertawa dengan ekspresi bahagia.

Namun Altair tidak menjawab apa-apa, ia hanya berdiri di depan Louise sambil menatap dengan serius.

"Kenapa? apa kau tidak ingin balas dendam? setelah perlakuan buruk mereka kepadamu, awalnya aku merasa bahwa ini bukan masalah namun mereka malah menjadi semena-mena." Louise menundukkan wajahnya, karena merasa sangat sedih.

"Aku senang kau marah untukku, tapi... aku tidak ingin menjadi orang yang membuatmu menjadi jahat." dengan lembut Altair memeluk Louise. "memang sih tujuan awalku seperti itu, tapi semenjak bertemu denganmu aku merasa bahagia."

"Aku... menjadi jahat, karenamu? mengapa kau berpikir begitu? sebenarnya kau adalah alasan aku bisa menjadi baik." Louise tersenyum dengan wajah tulus.

"Eh? apa maksudmu? aku tidak mengerti." Altair menjadi semakin kebingungan dengan pernyataan Louise.

"Sebenarnya aku adalah putri dari Ratu Cecilia namun menurut ramalan aku akan membawa bencana di negeri ini jadi mereka membuangku." Louise menghela nafas panjang. "dan akhirnya Kyle men merawat serta membesarkan aku."

"Aku tidak tahu tentang hal itu, aku..." Altair melepaskan pelukannya dari Louise lalu pergi ke pojokan.

Melihat itu Louise berencana untuk mendekat Altair, namun mengurungkan niat nya, dan malah melihat rencana yang telah ia buat sebelumnya.

"Apa yang salah dengan ini?" Louise mencari cara alternatif agar tidak perlu membunuh orang. "jika aku memaafkan mereka, maka itu akan membuat mereka merasa superior."

Sambil duduk dan bersantai Louise menatap langit-langit istananya, dengan perasaan kagum dan juga kadang sedih. ia merasa bingung dengan apa yang harus di lakukan, apakah melanjutkan misi membalas dendam atau berdiam diri tanpa melakukan apa-apa.

"Mungkin rencana yang aku buat, tidak rinci. kalau begitu aku akan membuat yang lebih spesifik lagi." Louise berdiri dengan semangat dan mencari alat tulis serta kertas.

Dalam lamunannya Louise mendengar suara aneh, yang mungkin berasal dari kepala atau ingatan masa lalunya

"Apa kau bingung dengan yang akan kau lakukan? jangan khawatir, karena aku di sini untuk membantu mu."

"Maaf, tapi aku tidak mau berurusan dengan orang seperti dirimu, aku akan melakukan ini sendiri." Louise meregangkan otot-ototnya dan bersiap melakukan rencana dari awal.

Setelah berpikir panjang, ternyata Louise membutuhkan beberapa hal sebelum memulai aksinya. yaitu apa yang menjadi kelemahan juga kelebihan target, lalu situasi serta kondisi sekitar. dan jangan lupa untuk tetap tenang, jangan biarkan emosi menguasai. karena hal itu akan berdampak buruk bagi kelangsungan misi balas dendam.

"Ternyata balas dendam itu lebih rumit dari yang aku bayangkan, tapi itu tidak masalah. bahkan jika itu berarti aku harus berpura-pura baik untuk sementara waktu." Louise meremas kertas berisi rencana dan membuang nya ke perapian serta menyaksikan nya hancur.

Saat sedang beristirahat dengan santai di singgasananya, Louise tiba-tiba mendengar suara ketukan pintu yang sontak membuatnya menjadi terdiam, ia berpikir siapa orang yang berhasil melewati sihir badai miliknya.

"Aku tidak yakin, orang itu adalah Sisca. karena jika benar, maka ia akan langsung muncul secara tiba-tiba. tapi siapa itu." Louise berpikir dengan keras hanya untuk mencari tahu sosok tersebut.