Jatuh cinta tentu sangat menyenangkan. Tapi, bagaimana kalau cinta pertamamu malah memberimu luka?
Bertahan atau meninggalkan, hanya dua itu pilihannya.
Bercerita tentang Xena, wanita yang jatuh cinta pada pandangan pertama. sayangnya, pria yang dicintai malah sudah mencintai wanita lain. Dan sialnya, pria itu malah meminta Xena menjadi kekasihnya, hanya untuk menutupi perasaannya yang sesungguhnya.
Awalnya Xena tak menaruh curiga, sampai disaat dimana dia mengetahahui, kalau pria yang dia sukai tak memiliki perasaan yang sama untuknya. Untuk apapun, pria itu selalu menomorsatukan Sana, sahabat sang pria yang ternyata adalah wanita yang pria itu cintai.
Xena adalah kekasih Rayan, tapi dia malah merasa menjadi orang ketiga dalam hubungan Rayan dan Sana.
Lalu, apa dia harus bertahan dengan pria yang jelas-jelas tak ingin bersamanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gresyst_lee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 30
‘’Kakak masuk dulu ya.’’
Yudi menahan Xena sebentar, lalu membantu Xena untuk memperbaiki tatanan rambutnya yang sedikit berantakan.
‘’Udah kak masuk aja.’’
Xena tersenyum, dia melambai dan mulai berjalan masuk ke kantor. Yudi masih di tempatnya, masih memperhatikan Xena, sampai wanita itu hilang dari pandangannya.
‘’Yudi?’’
‘’Kak Cassie.’’ Yudi menyapa balik, saat Cassie menyapanya.
‘’Tumben kesini?’’
‘’Nganterin kak Xena.’’
‘’Oh gitu, yaudah, aku masuk ya, udah mau jam kerja soalnya.’’
Yudi kembali memperhatikan selama beberapa detik dan langsung berlalu pergi.
‘’Ada yang datang dengan dianter brondong nih.’’ Cindy menyambut Xena. Xena, dia hanya tersenyum, tanpa mau membalas ucapan Cindy barusan.
‘’Nggak berhasil dapetin pak Rayan jadi sekarang nargetin brondong ya?’’
‘’Ya, sepertinya,’’ jawab Xena dengan nada cueknya.
‘’Ck, kasihan sekali. Makanya, bermimpi itu jangan ketinggian. Sakit kan kalau jatuh.’’
Xena tersenyum tipis, dia membalik kursinya lalu menatap Cindy. ‘’Ya nggak pa-pa, jatuh juga tetap harus dinikmati. Biar orang kayak kamu punya lebih banyak cerita.’’ Xena memberikan smirknya, karena Cindy kembali bungkam karena ucapannya itu.
‘’Sepertinya kamu lebih tertarik akan kehidupanku. Kenapa, apa itu lebih baik dari hidupmu?’’ Xena kembali membalikkan kursinya dan mulai mengerjakan pekerjaannya. Cindy masih saja memandangnya dengan penuh kekesalan sedang beberapa rekan kerja hanya diam, menyaksikan perdebatan Xena dan Cindy, tadi.
*****
Hampir memasuki jam makan siang, Xena masih disibukan oleh banyaknya pekerjaannya. ‘’Cas, nanti kita makan siang dimana?’’ Wanita itu sejenak melirik Cassie, tapi sama sekali tak menghentikan kegiatannya.
‘’Tumben.’’ Cassie sedikit meledek, Xena hanya tersenyum tipis. ‘’Oh ya, di dekat lampu merah ada cafe yang baru buka, mau makan di sana aja nggak?’’ tawar Cassie yang langsung diiyakan oleh Xena.
‘’Hallo, kenapa Do?’’ Xena mendapat panggilan telepon dari Aldo.
‘’Masa sih? Nggak ah. Punya orang lain kali.’’
Xena tertawa, karena mendengar decak kesal Aldo barusan.
‘’Oh gitu, yaudah bentar lagi aku turun.’’ Xena masih saja tertawa, bahkan setelah Aldo mengakhiri panggilan telepon. Aldo menelpon karena ingin mengembalikan barang Xena yang semalam ketinggalan di mobilnya. Pria itu juga memberitahu Xena, kalau dirinya sudah di lobby, menunggu Xena.
‘’Siapa?’’ tanya Cassie.
‘’Aldo, teman aku.’’
‘’Banyak juga teman kamu.’’
Xena hanya tersenyum, mematikan laptop dan berdiri, menarik Cassie. ‘’Yuk, udah laper banget nih. Tadi pagi aku nggak sempat sarapan, karena buru-buru.’’
‘’Pak Aldo?’’ sapa Hans melihat Aldo yang sedang duduk di lobby, ‘’mau ketemu pak Ray?’’
Aldo menggeleng. ‘’Nggak, saya datang untuk bertemu seseorang.’’
‘’Xen.’’ Aldo sedikit berteriak, memanggil Xena yang baru turun dari lift. Hans sedikit terkejut. Pak Aldo mengenal Xena? Pikirnya.
‘’Pak Hans.’’ Xena menyapa sekilas.
‘’Nggak ada kerjaan kamu, sampai buang-buang waktu hanya untuk nganterin barang ini?’’ Xena tertawa kecil. ‘’Oh ya, kamu udah makan siang, mau makan bareng nggak?’’ tawar Xena. Aldo langsung setuju.
‘’Oh ya Do, kenalin ini Cassie, temanku.’’
‘’Kamu?’’ ucap Aldo sedikit terkejut saat melihat Cassie. Cassie juga sama.
‘’Kalian saling kenal?’’
‘’Nggak!’’ Cassie yang langsung menjawab sedang Aldo masih memandanginya.
‘’Xen, katanya kamu laper.’’ Xena hanya mengikuti, cassie sudah menarik tangannya. Bahkan Cassie melangkah dengan sangat cepat. Di belakang mereka, Aldo juga langsung mengikuti.
Di ruangannya, beberapa kali Rayan menatap jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya. Sudah waktunya makan siang dan Xena belum datang juga, tumben.
Pria itu berdiri dari duduknya, saat Hans datang dan memberitahu kalau dirinya punya jadwal untuk bertemu dengan klien.
*****
Loh itu bukannya Xena? Rayan menajamkan matanya, untuk memastikan kalau dirinya tidak salah lihat. Kebetulan, dia juga akan masuk ke cafe itu, untuk bertemu klien.
‘’Aldo?’’ gumam Rayan melihat Aldo yang juga duduk di sana, di depan Xena. Ada apa ini, apa Aldo menarget Xena, setelah pria itu putus dengan Sana? Pikinya.
Semakin kesal saja Rayan, melihat Xena yang asyik mengobrol, bahkan beberapa kali dia melihat Xena tertawa dan memukul lengan Aldo. entah apa yang mereka bicarakan, hingga seasyik itu.
‘’Pak,’’ panggil Hans karena Rayan tak kunjung melangkah dan hanya berdiri di tempatnya, memperhatikan setiap interaksi Xena dan Aldo.
‘’Pak, pak Ray.’’ Hans kembali memanggil. Rayan yang sadar pun langsung berdehem, lalu mulai membawa langkahnya, untuk masuk ke cafe. Kebetulan, dia duduk di meja yang tak terlalu jauh dengan meja Xena dan Aldo. pria itu beberapa kali mencuri pandang dan beberapa kali juga dia mendengus kesal.
‘’Ada apa pak?’’ Hans bertanya, karena melihat perubahan ekspresi Rayan.
‘’Ini kliennya mana Hans? Saya sudah menunggu hampir 5 menit dan dia belum datang juga? Mereka niat atau tidak, untuk bekerja sama dengan perusahaan kita?’’
‘’Saya akan menghubungi mereka lagi.’’ Hans langsung berdiri. Cepat-cepat dia menghubungi klien tersebut, sebelum Rayan bertambah marah. Rayan, pria itu meremas kuat gelas yang baru diberikan pelayan. Matanya terus menatap Xena dan Aldo.
‘’Beneran?’’ Xena kembali tertawa, mendengar cerita lucu yang barusan Aldo katakan. Berbeda dengan Xena, Cassie malah diam dan hanya fokus pada makan siangnya, sesekali Aldo meliriknya dan Xena cukup tau dan peka akan hal itu.
‘’Do, jam makan siangnya udah mau kelar.’’
‘’Terus?’’
Aldo meringis, karena Xena tiba-tiba mencubit lengannya. Xena pun sedikit mendekatkan dirinya pada Aldo, ‘’kamu nggak liat ekspresi Cassie?’’ bisik Xena. Aldo kembali melirik sejenak, pada Cassie yang sejak tadi hanya murung, tanpa pernah mengangkat kepala untuk melihatnya.
‘’Baiklah, aku pulang sekarang.’’ Aldo pun berdiri, tapi tak berapa lama dia sudah kembali melihat Xena lagi. ‘’Sore nanti aku jemput ya, lagi suntuk soalnya, nggak punya teman ngobrol.’’
‘’Iya, tapi jangan lupa bawa cemilan, yang banyak ya.’’ Xena tersenyum. Wanita tau kalau Aldo sedang butuh teman, untuk menghiburnya yang baru saja putus dari Sana. Xena pun kembali meneruskan makannya, dia melirik sejenak pada Cassie yang masih menunduk.
‘’Udah pergi Cas,’’ ucapnya tersenyum. Dia ingin bertanya, tapi diurungkan, karena tau kalau Cassie pasti tak akan memberitahunya. Lagian, dia tidak ingin memaksa kalau memang Cassie tak ingin memberitahunya.
‘’Pak, itu bukannya mbak Xena?’’ tunjuk Hans, saat tak sengaja dia melihat Xena di cafe yang sama. Rayan tidak menjawab, pria itu malah mendengus dan mengalihkan tatapannya ke arah lain. Tidak berapa lama, mereka melihat Xena dan Cassie yang sudah keluar dari cafe. Sepertinya, Xena benar-benar tak melihat rayan disana.
*****
‘’Keruanganku sekarang.’’ Hanya itu yang diucapkan Rayan dan dia langsung menutup panggilan teleponnya.
‘’Siapa?’’ tanya Cassie.
‘’Pak Rayan. Cas, aku duluan ya,’’ pamit Xena dan langsung berlari keluar, sebelum si botak memberinya pekerjaan tambahan.
‘’Masuk,’’ teriak Rayan dari dalam ruangan. Xena pun langsung masuk, dia berdiri sopan di depan meja kerja Rayan.
‘’Duduk, untuk apa berdiri seperti itu.’’
Bersambung .....