Kedatangan sekretaris baru yang bernama Erina membuat Darren, pemimpin di sebuah perusahaan Adipati Gemilang jatuh hati dan tergoda pada sekretaris nya sendiri karena kemolekan tubuhnya.
Apa yang akan terjadi di antara keduanya?
Follow IG @wind.rahma
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Wind Rahma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Penghasut
Sore ini Darren mengajak Erina pergi ke kafe Lamaya untuk sekedar menikmati waktu berdua. Namun, mereka tidak sengaja melihat dua sosok wanita yang tentunya tidak asing tengah bicara serius di meja pojok belakangan. Darren hendak menghampiri meja tersebut, namun Erina segera mencegah.
"Jangan kesana!" pinta Erina dengan menarik pergelangan tangan Darren.
"Kenapa?"
"Lebih baik kita dengarkan saja apa yang mereka bicarakan."
"Tapi, sayang-"
"Kita harus tahu apa sebenarnya tujuan dia?"
Darren mengangguk setuju. Kemudian Erina mengajak dirinya untuk duduk di meja yang tidak jauh dari meja kedua orang yang di maksud. Tapi tetap harus berhati-hati.
"Aku sering dapat informasi dari teman aku, tante. Kalau Erina itu memberi pengaruh buruk untuk tuan Darren. Dia membuat Darren kehilangan harga diri sebagai pemimpin perusahaan Adipati Gemilang karena dia sering mengajak tuan Darren untuk melakukan sesuatu yang tidak pantas di depan karyawan. Pokoknya tante jangan pernah merestui hubungan tuan Darren dengan wanita itu."
"Benar begitu, Tessa?"
"Iya, tante. Tante juga pernah bilang juga kan kalau tante pernah memergoki tuan Darren sama wanita itu ciuman di rumah tante. Memang Erina itu tidak tahu malu, tante."
"Iya, Tessa. Sejak saat itu tante percaya apapun yang di katakan olehmu. Tapi anehnya, bisa-bisanya Darren suka dengan wanita seperti dia. Papanya Darren juga."
"Benarkah? Suami tante suka juga?"
"Maksudnya menyetujui hubungan Darren sama Erina."
"Wah, jangan di biarkan tante. Itu bahaya sekali. Bukankah tante yang bilang jika Erina itu wanita yang di pilih suami tante untuk menjadi sekretaris Darren? Jangan sampai ada sesuatu di antara wanita itu dengan suami tante. Aku tidak bermaksud untuk bicara seperti itu. Aku hanya mengingatkan saja."
Bu Asty mengepalkan kedua tangannya merasa emosi. Dari sana Darren pun ikut emosi lantaran selama ini Tessa yang menghasut mamanya untuk membenci Erina. Tessa lah yang memberi pengaruh buruk untuk mamanya.
Darren hendak menghampiri Tessa, namun lagi-lagi Erina mencegah.
"Sayang, lepaskan aku! Aku tidak bisa membiarkan hal ini. Tessa sudah melampaui batas. Aku harus memberi pelajaran untuk nya."
"Tidak, jangan sekarang. Aku mohon. Dengan begitu nyonya Asty pasti akan lebih membenciku. Tolong dengarkan aku!"
Erina berusaha meredam emosi Darren. Ia berharap pria itu mau mendengar kan ucapannya.
Darren menghela napas panjang. Ia ingin menghampiri wanita itu dan memberinya pelajaran lantaran sudah menghasut mamanya untuk membenci Erina. Tapi sayang Erina justru malah mencegahnya.
"Sekarang kita cukup tahu saja, ya. Kita bisa balas perbuatan dia nanti. Jangan di hadapan mamamu."
Darren mengangguk setuju.
"Iya, sayang. Kau benar."
Setidaknya Erina bisa bernapas lega. Lantaran Darren mau mendengarkan ucapannya.
"Lebih baik sekarang kita pergi dari sini. Kita pindah tempat sebelum Tessa dan nyonya Asty mengetahui keberadaan kita."
Darren menganggukan kepalanya lagi.
"Iya, ayo."
Darren dan Erina pergi dari sana. Dari kejauhan Tessa melihat keduanya namun tidak jelas.
"Kenapa? Siapa?" tanya bu Asty melihat perubahan raut wajah Tessa.
Bu Asty menoleh ke belakang mengikuti arah pandang wanita itu.
Tessa menggeleng. Ia tidak mengatakan apa yang baru saja ia lihat. Seketika ia panik jika orang yang baru saja ia lihat itu Darren dan mendengar pembicarannya dengan bu Asty, maka ia sedang berada dalam bahaya.
_Bersambung_