Dikhianati oleh adiknya, dibuang oleh suaminya, kehilangan anak dalam kandungannya, hidup Huang Miaoling tidak bisa lebih buruk daripada sekarang. Ketika dia berusaha menyelamatkan suami yang sangat dia cintai, yang dia dapatkan adalah dua bilah pedang yang menembus tubuhnya tanpa belas kasihan.
"Di kehidupan berikutnya, aku, Huang Miaoling, akan membalas semuanya!"
Sebuah sumpah yang terucap karena hati yang tak rela. Tidak ada yang menyangka kalau sumpah itu akan membawanya ke sepuluh tahun sebelumnya. Sepuluh tahun sebelum semua mimpi buruk itu terjadi.
"Dengan kesempatan ini, aku akan membalas semua orang yang telah menindasku!"
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LuciferAter, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 27 Salah Perhitungan
Suara langkah kaki bergema menyelimuti lorong. Beberapa pelayan yang sedang sibuk membersihkan tempat tersebut segera menyingkir ke pinggir ketika mendapati kalau Nona Pertama mereka akan lewat. Semua pelayan itu menunduk memberikan hormat mereka kepada gadis berumur enam belas tahun itu. Entah kenapa, aura yang dikeluarkan gadis itu terasa begitu mencekam dan mendominasi, hampir melebihi aura penguasa sang Ayah yang adalah seorang Jenderal Besar.
Ketika Huang Miaoling melewati lorong tersebut dan berbelok ke lorong lain, beberapa pelayan menghela napas. “Astaga, setelah kejadian dengan Jing Yiniang, aku merasa Nona Pertama menjadi sangat menyeramkan,” ujar seorang pelayan.
Kemudian, satu pelayan lain membalas, “Lebih baik seperti itu, cocok untuk seorang nona dari keluarga militer. Dibandingkan dengan sikap nona yang dulu sangat sembrono, aku lebih suka yang sekarang. Jujur, Nona Pertama terlihat sangat mengagumkan.”
“Hahaha, benar, benar,” sahut yang lain lagi.
Walaupun sebenarnya dirinya sudah sangat jauh, dengan kemampuannya, Miaoling masih bisa mendengar percakapan para pelayan. Percakapan itu membuatnya menggelengkan kepala sedikit sembari tersenyum.
“Ada apa, Nona?” tanya Qiuyue yang bingung melihat Miaoling tersenyum.
“Tidak apa-apa,” jawab Miaoling. Melihat kalau mereka sudah hampir sampai ke ruang kerja ayahnya, Miaoling berbisik kepada Qiuyue mengenai sesuatu.
Setelah selesai mendengarkan bisikan Miaoling, Qiuyue terbelalak. Wajah gadis itu terlihat enggan. “Nona … bisakah aku menolak?” rengeknya dengan wajah memelas. “Apa yang sebenarnya kau rencanakan, Nona?” Melihat Miaoling hanya menatapnya dalam diam, Qiuyue menghela napas dan akhirnya pergi melaksanakan apapun itu perintah Miaoling.
Setelah masuk ke dalam ruang kerja Huang Qinghao, Miaoling melihat kalau ayahnya sedang menulis sesuatu. “Miaoling memberi salam kepada Ayah.”
Di saat Qinghao menyadari kedatangan Miaoling, pria itu segera bertanya tanpa mengalihkan pandangan dari gulungan yang sedang dia tulis, “Jadi, kenapa kau menghukum kedua adikmu?”
Alis Miaoling bertaut. “Hukuman?” ulangnya berpura-pura tidak mengerti. “Hukuman apa yang Ayah bicarakan?”
Reaksi Miaoling membuat kening Qinghao berkerut. “Miaoling, Ayah sudah dengar dari para pelayan kalau kau menghukum Hanrong dan Junyi dengan menyuruh mereka untuk menyalin strategi Ci Yun sebanyak lima kali.”
Ucapan Qinghao membuat Miaoling membesarkan matanya. “Ayah, aku rasa … hukuman bukanlah kata yang tepat untuk mendefinisikan hal ini.”
Pandangan Qinghao akhirnya beralih dari dokumen yang sedang dia baca. “Apa maksudmu?” tanya sang Jenderal dengan tidak sabar.
“Aku sama sekali tidak memberikan hukuman kepada Hanrong dan Junyi. Aku hanya memberikan mereka tugas. Tugas dan hukuman … mirip tapi tak sama. Jangan salah mengartikan karena itu adalah sebuah kesalahan fatal,” jelas Miaoling sembari tersenyum. “Siapa yang kiranya memberi tahu Ayah berita ini dan menciptakan kesalahpahaman ini?” tanya Miaoling masih dengan senyuman lembut.
Pelayan yang sedang menggosokkan tinta balok pada batu tinta di sebelah meja Qinghao sedikit terkejut. Pandangannya yang terlihat ketakutan ditangkap oleh Miaoling. Kentara kalau pelayan itulah yang memberitahu Qinghao mengenai hal ini.
Wajah pelayan itu masih begitu muda, sepertinya dia seorang baru. Akan tetapi, pembawaan wanita itu sedikit mirip dengan para pelayan yang melayani Jingxiang dan Wushuang. Sepertinya, pelayan ini baru saja dipindahkan dari halaman kedua wanita itu ke halaman sang Ayah. Seorang mata-mata dan pembawa berita.
Dengan santai, Miaoling mengulangi pertanyaannya, “Jadi, dari mana datangnya kabar burung ini?”
Merasa kalau tatapan Miaoling sedang diarahkan kepadanya, pelayan itu segera berlutut. “Nona Pertama, aku salah! Aku bodoh dan tidak bisa membedakan perbedaan kedua kata itu.”
Ekspresi Miaoling terlihat bingung melihat reaksi wanita itu. Sebenarnya, gadis itu sedang tertawa dalam hati melihat pelayan tersebut kelabakan menghadapinya.
Huang Miaoling menghampiri pelayan itu. “Angkat kepalamu. Aku tidak membutuhkan sujudmu.” Di saat pelayan itu menengadahkan kepalanya untuk menatap Miaoling, tatapan yang diberikan oleh dua bola mata hitam di hadapannya membuat pelayan itu membeku. “Pertanyaanku adalah dari mana kau dapatkan berita ini?”
Pelayan itu menjawab dengan terbata-bata, “M—Mingyue! M—Mingyue, pelayan Nona Kedua!”
‘Mingyue? Hmm, jadi ini hadiah dari Wushuang dan bukan Jing Yiniang?’ pikir Miaoling sesaat. Akan tetapi, Wushuang tidak mungkin campur tangan dan menggunakan cara bodoh ini untuk menghadapi Miaoling. ‘Mungkin saja, Mingyue kebetulan bertemu dengan Jing Yiniang dan wanita itu memberikan perintah ini padanya.’
Lagi pula, selain Mingyue, tidak ada pelayan lain yang cukup cakap untuk menjalankan hal-hal picik seperti ini. Beranjak dewasa di sisi Huang Wushuang membuat Mingyue hampir sama berbahayanya dengan Wushuang dan Jingxiang. Sayang, Mingyue hanyalah seorang pelayan. Selicik-liciknya Mingyue, dia tidak akan pernah mengalahkan kombinasi ibu dan putrinya itu.
“Hmm, sepertinya, banyak yang salah menafsirkan maksudku memberikan tugas ini kepada Hanrong dan Junyi,” ujar Miaoling sembari tersenyum kepada Qinghao. Miaoling kemudian menghampiri sisi Qinghao. “Pergilah, aku akan menggantikanmu,” perintah Miaoling kepada pelayan itu sembari mulai menggosokkan tinta balok pada batu tinta.
Setelah pelayan itu pergi, Qinghao melirik Miaoling. “Jadi, kenapa kau memberikan tugas itu kepada Hanrong dan Junyi?”
Merasa kalau tinta yang dia hasilkan sudah cukup, Miaoling membersihkan tangannya dan menuangkan teh untuk ayahnya. Kemudian, dia menceritakan kejadian di kereta di mana Hanrong hampir saja memukul Junyi.
Setelah selesai bercerita, Miaoling berkata, “Satu kalimat yang paling kuingat dari strategi Ci Yun adalah ‘Cacian dan benturan mematangkan hati, sedangkan pujian menenggelamkan diri’.” Miaoling menyesap tehnya. “Junyi memuji Hanrong dan membuat bocah itu tidak sadar akan kesalahannya. Niat baik itu malah mendorong Hanrong ke pinggir jurang kebodohan.
Di sisi lain, Hanrong sadar kalau Junyi seharusnya menang dan hanya diam saja menerima kemenangan konyol. Menerima kemenangan tanpa tahu alasan dia menang …. Kalau hal ini terjadi di medan perang, Junyi dan Hanrong akan menghadapi kematian yang menggenaskan.” Kemudian, Miaoling tersenyum. “Oleh karena itu, aku berpikir tidak ada salahnya menjadi sedikit kejam dan memberikan tugas ini kepada mereka. Tentu saja, aku berharap mereka akan mendapatkan buah pelajaran dari tugas ini.”
Qinghao terdiam dan menatap Miaoling dalam-dalam. Di dalam hatinya, Qinghao tidak menyangka kalau Miaoling memiliki pandangan yang begitu mendalam. Selain itu, sejak kapan gadis ini begitu peduli dengan saudara-saudaranya. Sedari dulu, Miaoling hanya tahu menghabiskan waktu dengan melatih pedang dan membaca strategi perang. Meluangkan waktu untuk mendidik adik-adiknya? Ini adalah sebuah keajaiban.
Riak kecil mampu menjadi gelombang besar. Sebuah tindakan sederhana bisa memberikan efek yang besar nantinya. Kalau Hanrong dan Junyi tidak menyadari kesalahan mereka sekarang, maka di masa depan, kebiasaan mereka itu mampu membawa malapetaka. Junyi bisa menjerumuskan orang yang dia kasihi, sedangkan Hanrong terbuai kemenangan yang hanya berupa ilusi.
“Hmm, tidakkah lima kali terlalu berat?” ujar Qinghao. Bagaimanapun juga, menyalin strategi Ci Yun sebanyak lima kali bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan. Bisa-bisa Hanrong dan Junyi melewati makan siang hanya untuk menyelesaikan tugas Miaoling hari ini!
Miaoling tersenyum. “Ayah, tenang saja. Aku tidak akan memberikan tugas yang tidak bisa mereka selesaikan. Selama mereka disiplin dan tidak bermalas-malasan, mereka bisa.”
Tiba-tiba, suara seseorang yang berlari di lorong membuat Qinghao dan Miaoling menoleh mengantisipasi seorang pendatang baru. Ketika sosok Junyi muncul di depan ruang kerja Qinghao, Miaoling tersenyum.
“Junyi?” Qinghao memanggil anak terkecilnya dengan bertanya-tanya. “Apa yang kau lakukan di sini?”
Junyi mengerutkan kening dan terengah-engah. Sepertinya, dia berlari sangat cepat untuk sampai ke tempat ini.
Sadar kalau dia menerobos masuk pembicaraan ayah dan kakaknya, Junyi segera menundukkan kepalanya. “S—salam kepada Ayah dan Kakak Ketiga.” Kemudian, dia mengangkat kepalanya. “A—aku dengar Kakak Ketiga ditegur Ayah karena … karena memberikan tugas kepadaku dan Kak Hanrong. Jadi, jadi aku ke sini … untuk menjelaskan.”
Walaupun Miaoling tersenyum, di dalam hatinya, Miaoling bertanya-tanya, ‘Skenario macam apa yang Qiuyue buat? Aku hanya memintanya untuk memanggil Junyi ke sini!’ Setelah itu, dia berkata, “Ah, Junyi. Kau salah paham. Ayah hanya bertanya saja soal tugas yang kuberikan kepada kalian,” jelas Miaoling.
“Ah, begitukah?” Junyi terlihat sedikit malu telah menerobos ke tempat itu.
Di dalam benaknya, Junyi sedikit bingung kenapa pelayan kakaknya mengatakan hal yang tidak-tidak tadi. Pelayan bernama Qiuyue itu datang ke ruang belajar dengan begitu tergesa-gesa, menjelaskan kalau Qinghao berniat menghukum Miaoling karena mempersulit Hanrong dan Junyi dengan tugas yang berlebihan. Hal ini membuat Hanrong dan Junyi terkejut dan berniat untuk langsung bergegas menyusul Miaoling ke ruang kerja sang Ayah.
Aneh tapi nyata, Qiuyue entah kenapa menghentikan Hanrong dan membiarkan Junyi untuk pergi sendiri. Alasannya adalah kalau dua orang yang pergi, nanti emosi sang Ayah semakin menjadi-jadi. Karena sifat Junyi yang lebih tenang, Qiuyue menyarankan agar hanya Junyi yang pergi. Hanrong tadinya menolak tapi pada akhirnya hanya bisa menuruti ucapan pelayan tersebut dan melanjutkan tugas yang diberikan Miaoling.
Sekarang, Junyi melihat dengan mata kepalanya sendiri kalau kakak dan ayahnya hanya sedang berbicara santai. Sepertinya, Qiuyue salah paham ….
“Kalau begitu … aku akan pergi. Junyi pamit.”
Sebelum Junyi berbalik, Miaoling memanggilnya, “Junyi.” Junyi menoleh dan mendapati kakaknya memberikannya sebuah tatapan aneh. “Kemarilah.”
Dirinya sedikit bingung mengenai alasan kakaknya memanggilnya untuk mendekat. Akan tetapi, Junyi hanya bisa menurut dan menghampiri Miaoling. Qinghao yang juga tidak mengerti kenapa Miaoling menyuruh adik kecilnya itu untuk mendekat hanya bisa menatap interaksi Miaoling dengan Junyi.
Tiba-tiba, Miaoling menyentuh pundak Junyi dan memutar tubuh bocah itu sehingga punggung bocah itu menghadapnya. Kemudian, tangan Miaoling menggeser rambut Junyi dan mata gadis itu terbelalak.
“Junyi, lebam apa ini?” tanya Miaoling dengan tatapan kaget dan marah. Tangan Miaoling sedikit bergetar karena amarah dalam hatinya.
Miaoling memang sudah tahu mengenai lebam ini dari Qiuyue. Akan tetapi, dia tidak tahu kalau lebam itu begitu parah dan berwarna biru pekat seakan masih baru. Tidak dia sangka Jingxiang akan memukul Junyi dengan begitu kejam!
Sadar kalau Miaoling menyadari lebam yang dihasilkan pukulan ibunya, Junyi segera berputar dan menjauh dari Miaoling. Otak Junyi berputar kepada kejadian tadi malam di mana ibunya dihukum lima pukulan hanya karena bersikap tidak sopan. Kalau Miaoling tahu ibunya memukulnya sampai seperti ini, bisa-bisa kakaknya menghukum mati ibunya!
“B—bukan apa-apa.”
Jawaban ini mengejutkan Miaoling, tidak menyangka kalau Junyi akan membela Jingxiang. Di dalam ingatan Miaoling, Junyi pergi dari rumah karena perlakuan Jingxiang kepadanya selama bertahun-tahun. Namun, apakah Miaoling salah?
Miaoling terbelalak. Tentu saja dia salah! Junyi saat ini masih berumur sebelas tahun. Kalaupun Jingxiang menyiksanya, wanita itu pasti masih sedikit menahan diri dan tidak melampiaskan semua amarah kepada Junyi. Di sisi lain, Junyi masih memiliki perasaan sayang yang kuat kepada ibunya.
Junyi di masa lalu pergi dari rumah ketika usianya mencapai tujuh belas tahun. Pasti terdapat suatu hal yang membuat Jingxiang menyiksa Junyi sebegitu rupa sampai-sampai bocah itu nekat lari dari rumah.
‘Tujuh belas tahun …. Perbedaanku dan Junyi lima tahun. Junyi tujuh belas, aku … dua puluh dua! Itu dia!’ pekik Miaoling dalam hati.
Di umur Miaoling ke dua puluh dua, dirinya baru saja dinobatkan menjadi permaisuri!
Jingxiang sedari dulu membenci Wei Ningxin karena tidak bisa menggantikan posisi wanita itu sebagai Zhumu di keluarga Huang. Miaoling, sebagai putri satu-satunya Wei Ningxin, juga mendapatkan gelar yang begitu mewah dan terhormat dibandingkan putrinya, Huang Wushuang. Di mata Jingxiang, hal itu adalah sebuah tragedi yang merefleksikan kejadian yang terjadi di antaranya dan Wei Ningxin.
Untuk melampiaskan emosinya, Jingxiang menyiksa Junyi sampai bocah itu terpojok dan memutuskan untuk melarikan diri!
‘Aku salah perhitungan!’ geram Miaoling dalam hati.
Kalau Miaoling terus mengusut persoalan Jingxiang yang menyiksa Junyi sekarang, Qinghao pasti marah besar dan akan menghukum Jingxiang habis-habisan. Kalau hal ini terjadi, Junyi yang masih menganggap Jingxiang sebagai ibunya pasti akan sangat sedih dan berbalik membenci keluarga Huang. Rencana Miaoling akan berakhir buruk!
Akhirnya, Miaoling menghela napas. “Apakah kau terjatuh dan membentur punggungmu?” tanya Miaoling memberikan ide bagi Junyi untuk menjauhkan kemungkinan kekejian Jingxiang dari permukaan.
“Ya! Aku terjatuh tadi di tengah jalan karena terburu-buru!” seru bocah kecil itu dengan semangat, melihat ada harapan untuk menyembunyikan kekejaman ibunya.
“Begitukah? Kalau begitu, segera kembali dan lanjutkan tugasmu,” ucap Miaoling dengan sebuah senyuman. Setelah bocah itu pergi, Miaoling berdiri dan memberi hormat kepada ayahnya. “Ayah, aku rasa, pertanyaan Ayah sudah kujawab. Ayah tidak lagi memiliki pertanyaan lain, bukan?”
Qinghao menganggukkan kepalanya, sedikit merasa bersalah kepada Miaoling karena berpikiran yang tidak-tidak. “Ya.” Kemudian, dengan suara kecil, Qinghao berkata, “Ayah minta maaf karena telah salah paham padamu.”
Pancaran mata Miaoling menunjukkan keterkejutan. Kemudian, gadis itu tersenyum dengan begitu lembut. “Tidak masalah, Ayah. Aku mengerti kalau Ayah hanya mengkhawatirkan kedua adik,” jelasnya menenangkan. “Kalau begitu, aku permisi, Ayah.”
“Ya, pergilah.”
Di saat Miaoling keluar dari ruang kerja Qinghao dan berada di taman yang sepi, gadis itu memukulkan tangannya ke patung singa yang ada di taman tersebut dengan keras. Mata Miaoling terlihat membara dengan api amarah.
‘Jingxiang! Kau beruntung kali ini!’
__________
A/N: Oof, Miaoling lagi benar-benar sial, guys! Rencananya salah perhitungan. Yah, Jingxiang gak jadi dibabat deh. Kesel yah .... Mo jujur, sebenarnya awalnya Author pengen babat JIngxiang juga. Tapi setelah nulis, nulis, nulis ... Author sadar kalau author yang salah perhitungan WKWKWK. Tapi, karena sayang udah tulis panjang lebar, yah, kujadiin ini Miaoling yang salah perhitungan. hahaha
Anyway, guys, jangan lupa vote and comment! like juga ya! haus akan vote nih Author. Pengen banget Phoenix Reborn bisa tampil di rank atas kayak Legenda Pendekar Langit yang gilaaaa mantap abis itu sih. wkwkwk
Mimpi boleh lah yaaa!
😭😭😭😭😭😭
hiks....m