Si Culun, Istri CEO Kejam

Lily menatap suaminya yang kini terbaring di atas ranjang dengan seorang dokter pria memeriksanya.

Lily menatap dingin biasa saja ke arah suaminya yang terus meningkat berteriak kesakitan.

Selena terlihat diam, berada di sisi Brian, ia masih takut melihat Lily di depannya.

"Kondisinya tidak terlalu parah. Tuan hanya butuh istirahat." Dokter itu pun menjelaskan keadaan Brian. Beruntung tidak kondisi serius yang dialami suaminya itu.

"Seharusnya, kau berada di penjara. Karena sudah menganiaya suami sedari. Ini sudah masuk dalam hukum kekerasan." Lama terdiam, Selena memberanikan diri untuk mengatakan pendapatnya. Padahal wnqita itu, ingin sang dokter tahu dengan perbuatan Lily.

Sang dokter menatap Lily dan Selena. Pria berusia 50 tahun itu, begitu kebingungan, tentang nyonya Smith sebenarnya.

"Anda istrinya?" Tanya sang dokter. Melihat kepada Lily.

"Iya," sahut Lily singkat.

"Lalu dia siapa?" Tanya dokter tua itu.

"Saya tidak akan melakukan tindakan kekerasan, kalau suami saya, tidak melakukan hal curang, dengan membawa wanita lain di dalam rumah kami." Lily membalas pertanyaan sang dokter dengan wajah datar.

Sang dokter hanya bisa ber oh ria dan meninggalkan kamar yang ditempati Lily. Selena merasa kerepotan mengurus Brian sakit.

Selena hanya bisa kembali terdiam dan lebih memilih menatap kekasihnya Brian. Sedangkan pria itu hanya bisa menahan rasa sakit di sekujur tubuhnya.

"Aku berdoa, semoga kedua mertua tahu perbuatanmu!" Seru Selena sengit."

Lily hanya berdecak cuek dengan menyandarkan punggungnya di dinding kamar itu dan melipat kedua tangannya di depan dada.

"Saya juga berharap, mom dan dad tahu keberadaanmu di sini. Kamu pasti tahu apa yang akan diberikan untukmu," sahut Lily. Berhasil membungkam mulut lancang — Selena.

"Keluarlah!" Perintah Brian pelan.

Brian memerintahkan Lily untuk keluar dan meninggalkan dirinya bersama Selena.

Tanpa mengatakan apapun, Lily mulai berjalan menuju pintu kamar. Tapi, Selena tiba-tiba menghentikannya.

"Ada apa?! Tanya Lily.

"Kau, temani dia. Aku ada pekerjaan," sela Selena.

Brian terkejut mendengar perkataan kekasihnya itu. Ia mencoba untuk menghentikan Selena agar tidak meninggal dirinya berdua dengan Lily.

"Sayang!" Panggil Brian yang ingin terbangun.

"Maaf, aku tidak bisa menemanimu. Aku memiliki pekerjaan hingga dua hari kedepannya," pungkas Selena.

"Tapi sayang, aku sedang sakit," jawab Brian protes.

Selena terlihat memutar matanya jengah. Ia memiliki pekerjaan penting sekarang. Selena mendapatkan pesanan video panasnya dengan beberapa pria. Dan dibayar dengan harga fantastik.

"Aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku, ini menyangkut karirku, honey," sahut Selena dengan wajah muak.

"Sayang aku membutuhkanmu," timpal Brian dengan tatapan sedih.

Pria itu terlihat begitu payah di hadapan kekasih itu. Yang sukses membuat Lily geli.

"Maaf, tapi ini tugas wanita culun itu dan aku tidak berhak." Selena terus melangkah. Tanpa menghiraukan teriak

Lily hanya bisa melipat kedua tangannya di dada melihat drama pasangan kekasih itu.

Ia kini menatap nanar tubuh tinggi Selena yang sudah meninggal kamar. Brian kembali memposisikan tubuhnya berbaring di atas ranjang. Tanpa memperdulikan Lily.

"Kau menginginkan sesuatu?" Lily mendekati Brian dan bertanya.

Brian yang menutupi wajahnya dengan lengan tangan, terdiam. Pria itu begitu dendam, berbicara dengan istri culunnya.

Lily hanya bisa menarik nafas dan membuangnya. Ia naik diatas ranjang dan tidur di ranjang.

Brian yang merasakan beban berat di sampingnya, menoleh. Betapa terkejutnya pria itu. Melihat Lily sudah terbaring di sisi.

"Apa yang kamu lakukan!" Bentak Brian dengan wajah mencekam kepada Lily.

"Tidur," sahut Lily. Ia terlihat tidak acuh dengan teguran suaminya.

"Kenapa kau tidur disini!" Hardik Brian yang segera terbangun dan menatap nyalang kepada punggung istrinya.

"Jadi aku harus tidur di mana?" Tanya Lily, tanpa membalikkan badannya.

"Terserah, yang jelas kau dilarang tidur di sini!" Pekik Brian yang ingin sekali mendorong Lily. Namun seluruh badannya kesakitan.

"Terserah. Ini hanya milik kekasihku." Sentak Brian sengit.

"Tapi saya istrimu. Sungguh anda terlihat aneh." Sahut Lily.

Brian terlihat tidak peduli, ia terus mendesak Lily untuk menyingkir dari ranjangnya.

Namun tatapan Lily, berhasil membuat Brian terdiam dengan wajah pucat. Bagaimana tidak, Lily memasang raut wajah mengerikan pas di depan wajahnya.