Laura Rivas 22 tahun, seorang bintang film dewasa Spanyol dengan nama panggung Karen Monroe di L.A., diasingkan ke Portugal oleh calon kakak iparnya, Diego Torres, setelah skandalnya menjadi "gadis penghibur" Kartel Meksiko menghancurkan reputasi sosial kakaknya, Julia Rivas, dan membatalkan pernikahan Julia.
Asisten utama Diego, Pablo Reyes (32), ditugaskan mengurus Laura di pengasingan, namun Laura yang selalu bermasalah terus melanggar protokol keamanan. Untuk mengatasi kekacauan ini, Diego menyetujui keputusan drastis Pablo untuk menikahi Laura Rivas.
Pernikahan ini, yang mencakup perjanjian pra-nikah dengan klausul properti dan kewajiban kegiatan ranjang, bertujuan memberikan Laura status, perlindungan, dan memindahkan seluruh tanggung jawab pengawasannya ke tangan Pablo.
Awalnya hubungan intim sebagai tugas untuk pengamanan Laura agar tak liar, namun Pablo kecanduan pada kemahiran Laura di ranjang, mengubah "tugas" menjadi candu bak kokain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vanilla Ice Creamm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
14. Penyangkalan
Namun, dari jarak beberapa meter, saat Pablo berbicara, mata Laura tertuju pada bahu dan lehernya sendiri. Tersembunyi di bawah garis rambut, tetapi cukup terlihat, ada ruam merah keunguan di leher Laura ketika melihat di pantulan kulkas besar. Itu adalah tanda yang sengaja ditinggalkan Pablo semalam, tanda yang tidak mungkin disamarkan.
Pablo tidak meninggalkannya karena gairah; ia melakukannya sebagai penanda, tanda kepemilikan yang terlihat bagi siapa pun. Bahkan saat ia sibuk belajar Manajemen Aset, fisiknya telah ditandai untuk mengingatkannya pada rantai yang mengikatnya.
Pablo meletakkan remah roti basah terakhir, menyeka jarinya dengan serbet. Ia menatap Laura, matanya fokus, seolah sedang memproses data baru.
"Kau belajar membuat kue dari siapa?"
"Ibuku."
"Apa Julia juga bisa membuat kue sepertimu?"
"Setahuku bisa tapi tidak terlalu sering. Dia sibuk belajar untuk meraih beasiswa agar bisa masuk ke kampus negeri."
Pablo mengangguk, membandingkan dua saudari itu. Ia kemudian melontarkan tawaran yang serius, seolah itu adalah langkah logis berikutnya dalam pembangunan citra Laura.
"Apa kau mau kuliah? Aku akan membiayaimu. Itu akan jauh lebih baik untuk citramu daripada sekadar kursus online."
Laura menggeleng cepat. Rasa lelahnya terhadap subjek yang Pablo minta sudah cukup. Tawaran kuliah terasa seperti hukuman yang lebih lama.
"Tidak, aku tak suka belajar. Sejauh ini, biarkan aku fokus pada kursus yang kau inginkan. Manajemen aset dan Bahasa Mandarin sudah cukup memusingkan." Tolak Laura singkat, kembali menunjukkan kepatuhan yang terbatas.
Pablo menerimanya tanpa perdebatan lebih lanjut. Ia tahu Laura sudah berada di bawah tekanan maksimum yang ia butuhkan.
"Baiklah. Kalau begitu, jangan buang waktu. Lanjutkan kursusmu."
.
.
Malam hari di kamar suite Laura. Lampu samping tempat tidur meredupkan cahaya, menciptakan suasana yang seharusnya damai. Laura duduk di tengah ranjang, mengenakan gaun malam satin berwarna merah. Ia baru saja selesai mengoleskan body lotion ke lengan dan lehernya, menikmati wangi yang menenangkan.
Tiba-tiba, pintu kamar terbuka tanpa ketukan.
Pablo masuk. Ia mengenakan robe sutra gelap, wajahnya tampak lelah namun matanya tajam dan fokus. Ia menutup pintu di belakangnya dengan bunyi 'klik' pelan, mengunci mereka di dalam.
Laura terkejut. Tangan yang tadi mengoleskan lotion ke bahu kini membeku di tempat. Ia langsung menyadari bahwa "perbatasan" telah dilanggar.
Pablo tidak memberikan basa-basi, tidak ada pertanyaan tentang hari Laura, atau tentang kursusnya. Ia menatap Laura yang terbungkus satin merah di tengah ranjang.
Suaranya rendah, langsung, dan penuh tuntutan.
"Aku menginginkanmu. Di sini."
Laura merasakan desiran takut dan kepatuhan yang instan, namun dengan cepat menguasainya karena beberapa seminggu ini Laura sudah melakukan kewajiban. Ia mengerti arti dari perintah itu: Malam ini, kewajiban itu akan dilaksanakan di kamarnya, bukan di suite Pablo.
Tanpa membantah atau bertanya. Laura meletakkan botol lotion itu perlahan di meja samping. Tubuhnya kaku, namun ia bergerak untuk memenuhi perintah yang baru saja dikeluarkan oleh suaminya.
Laura segera berdiri dari ranjang dan mendekati Pablo. Mengubah kepatuhan menjadi semacam pertunjukan, Laura perlahan membuka robe sutra gelap Pablo, menciptakan ilusi menggoda saat tangannya membelai dada bidang suaminya. Kini Pablo hanya tersisa celana boxer di tubuhnya.
Laura mendorong Pablo ke sofa panjang di kamar itu. Dengan gerakan yang fasih, ia naik ke pangkuan Pablo, menciumi lehernya hingga ke belakang telinga, upaya untuk menstimulasi yang ia pelajari dari masa lalunya.
Tangan Pablo tidak kalah aktif. Dengan satu gerakan cepat, ia menarik gaun malam merah itu ke atas, menyingkirkannya hingga hanya tersisa thong berwarna nude. Pablo merespons dengan ciuman yang rakus, yang segera berpindah ke leher dan tulang selangka Laura.
Intensitas sentuhan Pablo meningkat, berpindah ke dada Laura. Cengkeraman dan sentuhan Pablo dilakukan dengan dominasi yang dingin, namun menghasilkan respons fisik yang tak terbantahkan.
Laura mendesah pelan, matanya terpejam karena tekanan dan sensasi yang berlawanan. Pablo tidak menunggu lebih lama. Ia mengangkat Laura, menggendongnya erat, dan membawanya berpindah ke ranjang empuknya, di mana tuntutan kontrak itu akan dipenuhi sepenuhnya.
Laura mendongak, matanya yang terpejam terbuka sedikit, menatap punggung lebar Pablo yang kini berada di atasnya. Dalam momen yang seharusnya penuh gairah namun terasa hampa itu, Laura menemukan keberanian untuk bertanya, didorong oleh rasa ingin tahu dan keputusasaan atas rutinitas yang dingin ini.
Suaranya sedikit terengah, tangannya meremas rambut gelap Pablo di kepalanya.
"Hampir setiap hari kau memberiku, apa kau tak bosan, Pablo?"
Pablo menghentikan tindakannya, tubuhnya yang panas menekan Laura. Ia mendongak sedikit, tatapan matanya begitu dingin hingga terasa menusuk, bahkan di tengah keintiman yang panas itu.
"Aku tidak pernah bosan dengan kewajiban. Kebosanan hanya terjadi pada mereka yang tidak memiliki tujuan."
"Aku melakukan ini untuk memastikan energimu habis di sini, sehingga kau tidak punya sisa tenaga untuk memikirkan pemberontakan atau menghubungi masa lalumu. Aku memastikan kau terpenuhi, sehingga kau tidak akan pernah mencari pelarian di luar, melanggar kontrak kita."
Pablo kembali melanjutkan aksinya, tanpa menunggu respons Laura. Penjelasannya yang dingin itu jauh lebih menyakitkan daripada keintiman fisik yang ia berikan.
Bohong? Tentu saja.
Kata-kata dingin itu adalah tameng. Tameng yang ia bangun untuk menahan rasa candu yang mulai merayapinya. Setiap sentuhan Laura, setiap reaksi tubuhnya yang mahir, adalah serangan tersembunyi yang merusak disiplinnya.
Pablo memang tidak bosan. Rutinitas ini yang ia tetapkan sebagai kewajiban adalah kebutuhan pribadinya yang baru. Setiap malam ia menegaskan kontrol, tetapi tanpa sadar, ia juga menjadi budak dari skill yang ia coba hina.
Laura mahir. Tidak mengherankan. Profesi masa lalu Laura, yang seharusnya menjadi aib dan titik lemahnya, kini justru menjadi benefit sendiri yang Pablo nikmati sebagai suami kontrak. Laura tahu persis bagaimana cara memuaskan. Dan Pablo, sang Operator yang dingin, kini mengalami kesulitan ekstrem untuk memisahkan logika keamanan dari kenikmatan biologis.
Pablo kembali menekan Laura, ciumannya menjadi lebih intens dan menuntut. Ia tidak menjawab pertanyaan itu lagi, tetapi aksinya sudah menjawab. Tangannya kini mencengkeram Laura lebih kuat, bukan lagi hanya sebagai pemilik, tetapi sebagai pecandu yang menuntut dosis lebih tinggi.
Ini adalah harga efisiensi. Ini adalah biaya operasional untuk mengamankan aset Torres yang penuh masalah. Ia mencoba merasionalisasi hasrat yang membakar itu.
"Aku hanya memastikan dia tidak memberontak. Jika dia patuh dengan kenikmatan kuberikan, itulah tujuanku.Dan aku pun menerika kenikmatan ini kuanggap hanya bonus." monolognya dalam hati, penuh penyangkalan. Seorang Pablo Reyes tak akan terang-terangan mengakui kelemahannya hanya karena kegiatan ranjang, apa lagi untuk seorang Laura Rivas, Perempuan jalang.
dan... akhirnya /hr 5 bab selama 4 hari done!
dari karakter Laura, Laura ini blak-blakan dan grusa grusu ya... cocok sm karakter Pablo yg disiplin spy lbh terarah.