NovelToon NovelToon
Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Ranjang Kosong Memanggil Istri Kedua

Status: sedang berlangsung
Genre:Kaya Raya / Beda Usia / Selingkuh / Cinta setelah menikah / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Di balik kemewahan rumah Tiyas, tersembunyi kehampaan pernikahan yang telah lama retak. Rizal menjalani sepuluh tahun tanpa kehangatan, hingga kehadiran Hayu—sahabat lama Tiyas yang bekerja di rumah mereka—memberinya kembali rasa dimengerti. Saat Tiyas, yang sibuk dengan kehidupan sosial dan lelaki lain, menantang Rizal untuk menceraikannya, luka hati yang terabaikan pun pecah. Rizal memilih pergi dan menikahi Hayu, memulai hidup baru yang sederhana namun tulus. Berbulan-bulan kemudian, Tiyas kembali dengan penyesalan, hanya untuk menemukan bahwa kesempatan itu telah hilang; yang menunggunya hanyalah surat perceraian yang pernah ia minta sendiri. Keputusan yang mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 25

Tak lama setelah percakapan haru itu, pintu ruang rawat terbuka.

Seorang perawat masuk dengan membawa nampan berisi bubur sumsum yang masih hangat, yang direkomendasikan dokter untuk mengurangi rasa mual dan menstabilkan perut Hayu.

“Silakan, Bapak Rizal. Bubur ini lembut dan mudah dicerna, sangat baik untuk Ibu Hayu,” ucap perawat itu ramah, meletakkan nampan di meja samping ranjang.

Perawat itu kemudian keluar, meninggalkan Rizal dan Hayu berdua.

Rizal segera meraih nampan itu, mengambil sendok, dan meniup bubur sumsum itu perlahan.

“Ayo, Sayang. Buka mulut. Kamu harus makan, demi anak kita,” ucap Rizal lembut, menyendokkan sedikit bubur.

Rizal menyuapi istrinya dengan sangat hati-hati, seperti menyuapi anak kecil.

Ia memastikan bubur itu tidak terlalu panas dan Hayu mengunyahnya dengan baik.

Rizal sangat protektif, bahkan hanya untuk urusan makan.

Saat Hayu selesai menghabiskan bubur sumsumnya, Rizal mengusap sudut bibirnya dan memandanginya dengan tatapan serius.

“Sayang, setelah kita pulang nanti, aku sudah putuskan. Aku akan menambah pelayan. Aku akan mencari dua orang khusus untuk membantumu di dapur dan membersihkan rumah. Aku tidak mau kamu kelelahan sedikit pun, apalagi sekarang kamu sedang hamil muda.”

Hayu, yang sudah pulih dan kembali ke sifat mandirinya, langsung menggelengkan kepalanya.

“Mas, aku tidak butuh pelayan lagi,” tolak Hayu lembut tapi tegas.

“Di rumah sudah ada dua orang yang bertugas membersihkan, dan aku sendiri yang suka memasak. Sudah cukup.”

Rizal mengerutkan kening, tidak terima. “Tapi, Yu, aku nggak mau kamu kelelahan. Dokter bilang kamu butuh istirahat total. Aku tidak mau kamu mengangkat beban berat, mencium bau masakan yang tajam, atau terlalu lama berdiri. Kesehatanmu dan calon anak kita adalah prioritas, Sayang.”

“Mas Rizal,” Hayu menggenggam tangan suaminya.

“Aku mengerti kamu khawatir. Tapi, aku nggak akan kelelahan. Memasak itu justru terapi untukku. Itu membuatku bahagia dan fokus. Aku bisa atur porsi kerjaku. Kalaupun aku butuh bantuan, aku bisa minta tolong pelayan yang sudah ada. Jangan khawatirkan hal kecil seperti itu.”

Rizal menghela napas panjang. Ia tahu betapa keras kepalanya istrinya jika sudah menyangkut pekerjaan rumah.

Ia menyadari Hayu sudah terbiasa mandiri, dan pekerjaan rumah adalah cara Hayu mengekspresikan cintanya.

“Baiklah, Ratu-ku,” ucap Rizal, akhirnya mengalah.

“Tapi kamu janji, jika kamu merasa sedikit saja lelah atau mual, kamu harus langsung berhenti dan panggil aku. Jika aku tahu kamu memaksakan diri, aku akan tetap memanggil sepuluh pelayan lagi. Setuju?”

Hayu tersenyum lebar. “Setuju, Mas!”

Rizal mencium kening Hayu, puas melihat istrinya kembali bersemangat, meskipun ia tahu ia harus meningkatkan pengawasan diam-diam di rumah.

Dokter menyatakan Hayu boleh pulang, dengan catatan istirahat total dan pengawasan ketat.

Rizal sudah mengatur segalanya: mobil disterilkan, dan tim keamanan sudah bersiap di rumah.

Saat perawat datang membawa kursi roda, Rizal langsung menggeleng.

Rizal membopong tubuh istrinya keluar dari ranjang.

Ia mendekap Hayu erat di dadanya, menunjukkan bahwa ia tidak akan membiarkan istrinya menyentuh lantai.

“Mas Rizal, aku bisa jalan,” protes Hayu, merasa malu karena diperlakukan seperti bayi di depan perawat.

Rizal tersenyum lembut, mengabaikan protes itu.

Ia berjalan menuju pintu, memeluk Hayu seolah Hayu adalah kristal yang sangat rapuh.

Rizal menggelengkan kepalanya dengan tegas.

“Tidak ada jalan-jalan, Sayang. Kamu adalah harta paling berharga di rumah ini, dan di dalam perutmu ada harta paling berharga lainnya. Aku tidak mau mengambil risiko sedikit pun. Sampai kita tiba di sofa, kamu ada di sini, bersamaku.”

Perawat yang melihat adegan romantis dan protektif itu hanya tersenyum maklum.

Rizal membawa Hayu melewati lorong rumah sakit, masuk ke mobil, dan terus membopongnya hingga tiba di sofa ruang tamu rumah mereka.

Hayu hanya bisa pasrah, tetapi hatinya menghangat karena perhatian Rizal yang berlebihan itu.

Ia tahu, suaminya melakukan ini semua karena cinta.

Rumah mereka terasa semakin hangat, meskipun pengamanan di luar semakin ketat. Rizal menatap Hayu yang sudah bersandar nyaman di sofa.

“Selamat datang kembali di rumah kita, Sayang,” bisik Rizal.

“Sekarang, tugasmu hanya satu: istirahat dan bahagia. Biar Mas yang urus sisanya.”

Meskipun sudah berjanji di rumah sakit, Rizal tidak bisa menahan sifat protektifnya saat mereka tiba di rumah.

Pikirannya terus dihantui peringatan dokter dan insiden pingsan Hayu.

Keesokan paginya Hayu bangkit dan hendak menuju dapur, Rizal sudah berdiri di ambang pintu, menghalangi jalannya.

“Selamat pagi, Sayang,” sapa Rizal, mencium kening Hayu.

“Kamu mau ke mana?”

“Ke dapur, Mas. Aku mau masak Nasi Goreng Kampung lagi. Aku janji nggak akan kelelahan,” jawab Hayu, berusaha melewati Rizal.

Rizal menggelengkan kepalanya. Ia meraih kedua tangan Hayu.

“Tidak, Sayang. Kamu dilarang memasak,” ucap Rizal dengan nada yang tidak bisa dibantah.

“Aku sudah bicara dengan dua pelayan di dapur. Mereka sudah tahu menu harianmu. Mereka yang akan memasak, dan kamu hanya boleh duduk manis di sofa.”

Mendengar larangan itu, Hayu yang biasanya penurut, kali ini menunjukkan kemarahannya.

Hayu sedikit marah karena merasa kemandiriannya dibatasi.

Memasak adalah cara dia mencintai dan mengurus suaminya.

“Mas, jangan begini. Aku nggak sakit, aku cuma hamil! Aku nggak apa-apa. Ini kewajibanku sebagai istri untuk menyiapkan makanan untuk suamiku. Aku janji aku nggak akan masak yang berat-berat, aku akan duduk kalau capek,” protes Hayu, matanya berkaca-kaca.

Melihat mata Hayu yang memohon dan sedikit terluka, hati Rizal melunak.

Ia tidak ingin istrinya sedih, apalagi saat sedang hamil.

Rizal menghela napas, menyadari bahwa ia tidak bisa sepenuhnya mengambil alih peran Hayu. Ia harus mencari jalan tengah.

“Baiklah,” ucap Rizal, mengalah.

“Aku tidak bisa melarang kamu memasak, Sayang. Aku tahu itu kebahagiaanmu. Tapi ada syaratnya.”

Hayu menatapnya penuh harap.

“Syaratnya: kamu boleh masak, tapi aku harus ada di sana. Oke, tapi aku menemani kamu. Aku akan duduk di dapur, aku yang akan memotong bahan, aku yang akan mencuci, dan kamu hanya boleh berdiri di depan kompor untuk menumis. Begitu kamu terlihat pucat sedikit, aku langsung angkat kamu ke sofa. Deal?”

Wajah Hayu langsung berseri-seri. Ia tahu ini adalah kompromi terbesar yang bisa ia dapatkan dari suaminya yang super protektif.

Hayu menganggukkan kepalanya dengan antusias.

“Deal, Mas! Terima kasih banyak!”

Hayu langsung memeluk Rizal dengan erat sebelum berjalan cepat menuju dapur, diikuti Rizal yang kini siap menjadi asisten juru masak pribadi.

Babak baru pengamanan dan drama kehamilan resmi dimulai di dapur mereka.

Di dapur, Hayu mulai sibuk dengan bahan-bahannya dan Rizal benar-benar menepati janjinya.

Ia duduk di kursi tinggi di samping counter, mencuci sayuran dan memotong bawang dengan cermat.

Hayu tertawa melihat Rizal yang berhati-hati saat memotong bumbu, terlihat sangat kikuk, namun dia bahagia karena suaminya berada di sisinya.

Hayu segera memasak nasi goreng kesukaan suaminya Nasi Goreng Kampung dan aromanya mulai menyebar.

Namun, selain Nasi Goreng untuk Rizal, Hayu juga menyiapkan sarapan untuk dirinya sendiri.

Ia mengeluarkan roti gandum, mayones, dan kaleng tuna dari kulkas.

Ia membuat sandwich tuna yang sederhana untuk mengurangi rasa mual yang terkadang masih menyerang di pagi hari.

Bau tuna yang khas dan tekstur creamy dari mayones adalah yang Hayu butuhkan.

Saat Hayu menaruh potongan sandwich tuna itu di piringnya, Rizal menoleh.

Ia melihat sandwich yang tampak basah dan memiliki bau amis yang cukup kuat.

Rizal menatap sandwich milik istrinya itu lekat-lekat.

Aroma tuna yang seharusnya biasa saja, kini terasa sangat menyengat dan tidak tertahankan di hidungnya.

Tiba-tiba perutnya bergolak dan ia langsung mual dan muntah hebat.

Rizal menutup mulutnya dengan tangan, wajahnya langsung pucat pasi.

Ia melompat dari kursinya, menunjuk ke arah sandwich itu dengan tatapan jijik yang nyata.

“Kamu yang hamil, kenapa aku yang—” Rizal tidak sempat menyelesaikan kalimatnya.

Ia berlari ke kamar mandi yang terdekat dari dapur, dan suara muntah terdengar keras.

Hayu terkejut, namun segera tertawa terbahak-bahak.

Ia menyadari suaminya mengalami couvade syndrome, atau yang biasa disebut sympathy pregnancy suami yang ikut mengalami gejala kehamilan.

Meskipun geli, Hayu juga khawatir melihat Rizal yang terlihat sangat kesakitan.

Hayu segera berlari keluar dapur. Ia melihat Riska sedang berdiri di ruang keluarga, berjaga.

“Riska! Tolong! Cepat panggil dokter ke rumah sekarang juga!” perintah Hayu panik, menahan tawa.

Riska yang terkejut langsung bergegas menghubungi dokter langganan Rizal, sama sekali tidak menyadari bahwa bosnya sedang mengalami gejala kehamilan simpatik.

Sementara itu, dari kamar mandi, terdengar suara Rizal yang mengeluh sambil memegang perutnya.

"Aku benci tuna!"

1
Yul Kin
lanjut kak
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!