Menceritakan tentang seorang gadis soleha bernama Aisyah yang mengajar di sebuah pondok pesantren yang jatuh hati dengan seorang pria yang merupakan anak angkat dari pemilik ponpes tersebut. Cintanya ternyata tidak bertepuk sebelah tangan, karena sang pria idaman itu juga mencintainya, akan tetapi ia harus merasakan kekecewaan ketika harapannya untuk menikah dengan pria idamannya itu kandas karena sang pemilik ponpes justru menginginkan ia untuk menikah dengan putra kandungnya yang lumpuh. Akankah Aisyah menerima perjodohannya dengan lelaki yang divonis lumpuh itu?.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Its Zahra CHAN Gacha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CA 30 # Finally
Minggu pagi, hari ini Bhumi merasa lebih bahagia karena ia sudah lega setelah kemarin ia menyampaikan keinginannya semua unek-uneknya terhadap Syifa dihadapan Kyai Hasan.
"Hari ini kamu sepertinya bahagia sekali Bhu," ujar Banyu
"Alhamdulillah Bi, setelah curhat sama abah pikiran ku jadi lebih tenang," jawab Bhumi
"Bagaimana kalau kita jalan-jalan ke Dieng, mumpung kita lagi libur bareng, sudah lama juga kita tidak hang out bareng," ajak Bhumi
"Ok Mas, aku juga butuh refreshing biar gak stress," jawab Bhumi
"Ok, kita cus sekarang Bhu," sahut Banyu
"Siap Bi," balas Bhumi
Kedua pria itu kemudian bergegas masuk kekamarnya untuk berganti pakaian.
"Mau kemana Mas?" tanya Syifa
"Mau jalan-jalan ke Dieng, kamu mau ikut?" tanya Bhumi
"Mau dong, tunggu yah aku ganti baju dulu," jawab Syifa dengan mata berbinar
Aisyah dan Banyu sudah menunggu Bhumi dan Syifa di mobil.
"Kenapa sih Mas lihatin Aish kaya gitu," ucap Aisyah
"Emang tidak boleh menikmati kecantikan istri sendiri?" tanya Banyu
"Boleh Mas, tapi tidak disini tempatnya sayang," jawab Aisyah
"Terus dimana dong?" goda Banyu
"Dihatimu..." jawab Aisyah
"Diih!! sekarang pinter gombal nih istri aku," goda banyu sembari mencubit hidung Aisyah
"Sakit tau Mas," rengek Aisyah
"Sini Mas obatin," ujar Banyu yang langsung mencium pipinya
"Iisshh !!, Mas ini!, ganjen!!," Aisyah mencubit pinggang suaminya
Keduanya langsung menghentikan gurauannya ketika melihat Syifa dan Bhumi sudah menghampiri mobilanya.
"ita bareng Mas Banyu toh," ucap Syifa kecewa
"Iya, supaya bisa mengurangi polusi, kita bawa satu mobil saja, biar seru juga. Lagian jarang-jarang kan kita jalan bareng mereka." ucap Bhumi membukakan pintu untuk istrinya.
"Ok, semuanya ready ya, pimpin baca doa dulu Bhu sebelum kita jalan, "
"Iya Bi, ayo semuanya aminkan ya..., Bismilahi rohmani rohiim Subhaanal ladzii sakhkhara lanaa haadzaa, wamaa kunnaa lahuu muqriniina wa innaa ilaa robbinaa lamunqalibuun, amiin," ucap Bhumi
Setelah menempuh perjalanan seelama kurang lebih satu jam mereka akhirnya tiba juga di objek wisata Candi Dieng.
"Alhamdulillah akhirnya sampe juga!" ucap Aisyah
"Kita makan dulu ya, abis itu baru masuk kedalam," ajak Banyu
"Siip Mas," jawab Bhumi
Mereka kemudian mencari warung makan yang tak jauh dari tempat mereka memarkirkan mobilnya.
Mereka akhirnya memutuskan untuk makan disebuah saung lesehan.
Setelah selesai makan mereka kemudian segera masuk kawasan objek wisata Candi Dieng.
Syifa tampak asyik berswafoto dengan latar keindahan Candi, sedangkan Asiyah hanya berjalan-jalan mengelilingi Candi sembari menikmati indahnya pemandangan alam di kawasan itu.
Setelah puas menikmati keindahan Candi, Aisyah duduk beristirahat dibawah pohon sembari menikmati udara sejuk dataran tinggi Dieng. Bhumi dan Banyu masih asyik menyalurkan hobi fotografi mereka dengan menjadikan Syifa sebagai modelnya. Karena keasyikan mencari-cari lokasi yang bagus untuk objek fotonya membuat Banyu jatuh terperosok disebuah jurang.
"Bhu!!..Bhubu!!, tolong!!" teriak Banyu sembari mencoba menggapai akar pohon untuk menahan tubuhnya agar tidak jatuh ke dasar jurang
Sementara Bhumi yang masih asyik memotret istrinya tidak mendengar teriakan Banyu karena lokasi mereka yang memang cukup jauh, tetapi Syifa sebenarnya tahu kalau Banyu jatuh terperosok karena ia bisa melihatnya, dan ia juga menyaksikan tangan Banyu yang melambai-lambai padanya untuk meminta tolong.
"Lebih baik dia mati saja, supaya Aisyah menjadi janda dan Mas Bhumi yang akan menjadi pewaris tunggal kekayaan Kyai Hasan," gumam Syifa
Setelah beberapa lama Bhumi baru sadar kalau Banyu tak berada di sampingnya, iapun segera mencarinya dan mengelilingi area Candi, tapi sayangnya tidak ketemu juga hingga ia mendengar sebuah suara parau yang memanggil-manggil namanya.
"Bhu..Bhubu!!,"
Bhumi segera mencari sumber suara itu, betapa terkejutnya dia ketika melihat Banyu sedang bergelantungan di sebuah akar pohon besar sembari memanggil-mangil namanya.
"Mas!!, tahan sebentar aku akan menolongmu!" teriak Bhumi
Ia segera berlari menghubungi petugas keamanan Candi untuk membantunya menyelamatkan Banyu. Dengan bantuan beberapa orang sekuriti akhirnya Bhumi berhasil menyelamatkan Banyu. Ia segera membawa Banyu ke klinik kesehatan di area Candi.
"Gimana Mas Banyu apa dia baik-baik saja?" tanya Aisyah cemas
"Aku belum tahu Aish, karena masih di ruang UGD, kita doakan saja dia baik-baik saja," jawab Bhumi
"Mudah-mudahan Mas Banyu mati saja, jangan sampai selamat," gumam Syifa
Mereka akhirnya menemui Banyu di ruang perawatan klinik.
"Sepertinya pasien harus dirujuk ke rumah sakit agar bisa memastikan kondisi kakinya yang cedera," ucap seorang dokter pada Bhumi
"Memang kakinya kenapa dok?" tanya Aisyah
"Karena mengalami kram otot selama ia berada di lokasi kecelakaan, sepertinya kakinya mengalami kelumpuhan," jawab dokter
Seketika tubuh Aisyah menjadi lemas mendengar ucapan dokter.
"Tapi tidak usah khawatir, kita doakan saja lumpuhnya tidak permanen, sehingga masih bisa disembuhkan," ujar dokter menyemangati Aisyah
"Yes!!, semoga saja lumpuhnya permanen sehingga membuatnya tidak bisa berjalan selamanya!!" teriak Syifa bahagia
Seketika tawa bahagia Syifa harus terhenti ketika Bhumi menatapnya dengan tatapan penuh amarah.
"Jadi ternyata ini yang kamu inginkan Syifa, kamu masih juga belum berubah padahal aku sudah beberapa kali memberikan kesempatan padamu, baiklah kalau itu maumu nanti malam akan aku antarkan kamu kembali ke rumah Romomu," ucap Bhumi
"Kamu memang yang menginginkan hal ini kan Mas, makannya hal-hal kecil seperti ini selalu kamu jadikan alasan untuk menceraikan aku agar kamu bisa mendekati Aisyah bukan?, bukankah kamu juga senang jika Bhumi itu lumpuh karena kamu mempunyai kesempatan untuk kembali pada jal*ngmu itu!!" teriak Syifa
**Plakkk!!!
"Awww!!!"
Sebuah tamparan mendarat di wajah Syifa, membuat gadis itu meringis kesakitan.
"Kamu...berani-beraninya menamparku Mas!!" teriak Syifa dengan linangan air mata
"Astaghfirullah hal Adzim, Ternyata begitu pedas mulutmu itu Syifa, aku memang mencintai Aisyah, dan sampai detik ini aku masih sayang padanya, tapi tidak sedikitpun terbersit dalam hatiku untuk merebutnya dari kakaku, kalau saja aku mau melakukannya bisa saja aku ajak dia kawin lari, ketika Aisyah kecewa dengan Banyu saat pertama kali bertemu dengannya, dan bisa saja aku menolak permintaan abah untuk menjadikanmu sebagai istriku karena aku tidak mencintaimu, tapi semuanya tidak pernah aku lakukan karena aku pikir dengan menjadikanmu istriku bisa membuat hatiku berpaling padamu, makannya aku berusaha mati-matian untuk mencintaimu dan memperlakukanmu dengan istimewa agar benih-benih cinta bisa tumbuh dihatiku, tapi sepertinya gayung tak bersambut kamu selalu membuatku kecewa dengan sikap arogan dan sombong mu itu, bahkan beberapa kali aku meminta agar kamu berubah karena aku masih yakin aku bisa melanjutkan pernikahan ini denganmu, tapi kenyataan berkata lain, mungkin ini adalah jawaban yang Allah berikan untuk doa-doa ku selama ini, dan kamu memang tidak berjodoh dengan ku Syifa, jadi tolong maafkan aku jika malam ini akan ku kembalikan kamu pada orang tuamu, " ucap Bhumi dengan linangan air mata
"Maafkan aku mas...maafkan aku..." ucap Syifa sembari bersimpuh di kaki Bhumi
"Sudah terlambat Syifa... keputusan ku sudah bulat, aku tidak bisa menarik lagi kata-kata ku," ucap Bhumi meninggalkan Syifa