NovelToon NovelToon
KAISAR DEWA SEMESTA

KAISAR DEWA SEMESTA

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Fantasi Timur / Romansa Fantasi / Identitas Tersembunyi / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:7.8k
Nilai: 5
Nama Author: Sang_Imajinasi

Long Zhu, Kaisar Dewa Semesta, adalah entitas absolut yang duduk di puncak segala eksistensi. Setelah miliaran tahun mengawasi kosmos yang tunduk padanya, ia terjangkit kebosanan abadi. Jenuh dengan kesempurnaan dan keheningan takhtanya, ia mengambil keputusan impulsif: turun ke Alam Fana untuk mencari "hiburan".

Dengan menyamar sebagai pengelana tua pemalas bernama Zhu Lao, Long Zhu menikmati sensasi duniawi—rasa pedas, kehangatan teh murah, dan kegigihan manusia yang rapuh. Perjalanannya mempertemukannya dengan lima individu unik: Li Xian yang berhati teguh, Mu Qing yang mendambakan kebebasan, Tao Lin si jenius pedang pemabuk, Shen Hu si raksasa berhati lembut, dan Yue Lian yang menyimpan darah naga misterius.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Sang_Imajinasi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 12: Penginapan, Pesuruh Ranah Raja, dan Cangkir Kotor

Kelompok yang paling tidak serasi di Kota Fenglei berjalan keluar dari gang sempit itu ke jalan utama yang ramai.

Zhu Lao memimpin, tangannya tergenggam di belakang punggungnya yang bungkuk. Dia sudah bersenandung lagi, lagu sumbang yang sama tentang kerbau yang hilang.

Tepat satu langkah di belakangnya, di sebelah kanannya, adalah Tao Lin. Sang Master Pedang Ranah Raja, yang beberapa jam lalu sombong dan mematikan, kini berjalan dengan punggung sedikit membungkuk dan ekspresi penuh pengabdian yang gugup. Dia tidak lagi memegang labu anggurnya sendiri dia memegangnya seolah-olah itu adalah sampah yang memalukan.

"Leluhur Zhu Lao," Tao Lin berbisik penuh hormat, "Jika saya boleh menyarankan... Paviliun Bulan Tersembunyi, di sisi utara kota. Anggur Osmanthus mereka difermentasi dengan air embun pagi. Sangat murni. Sangat... cocok untuk selera Anda."

"Terlalu jauh," gumam Zhu Lao. "Dan terlalu mewah. Aku benci tempat-tempat mewah. Mereka selalu membersihkan debunya."

Di belakang mereka, Shen Hu berjalan dengan langkah berat, membawa ranselnya yang penuh ubi. Dia tersenyum pada Mu Qing, yang berjalan kaku di sampingnya, menjaga jarak.

"Kau mau ubi?" Shen Hu menawarkan. "Ini masih hangat."

Mu Qing hanya menggelengkan kepalanya, matanya yang dingin memindai kerumunan, mencari tanda-tanda jubah biru es. Dia masih memproses fakta bahwa dia baru saja "disewa" sebagai pencuci cangkir oleh makhluk yang bisa membekukan Ranah Perak dengan anggur yang tumpah.

Di samping Mu Qing, Li Xian berjalan dengan canggung. Dia merasa berkewajiban untuk mengatakan sesuatu kepada anggota baru itu.

"Hai," katanya pelan. "Aku Li Xian."

Mu Qing meliriknya. "Mu Qing."

"Jadi..." Li Xian berusaha keras mencari topik. "Kau... pencuci cangkir?"

"Ya," kata Mu Qing datar.

"Aku pembawa tas," kata Li Xian, berusaha terdengar seolah itu adalah posisi yang bermartabat.

Mu Qing mengangkat alis tipisnya. "Di mana tasnya?"

"Aku... uh... dia bilang aku belum pantas mendapatkannya," gumam Li Xian.

Keheningan yang canggung menyelimuti mereka berdua, sebuah ikatan instan terbentuk dari kebingungan bersama mereka.

"Aku benci berjalan," keluh Zhu Lao dari depan, menghentikan seluruh kelompok di tengah jalan yang ramai. Orang-orang dan gerobak mengalir di sekitar mereka seperti air mengelilingi batu. "Kita butuh penginapan. Sekarang."

Tao Lin segera menunjuk. "Penginapan Bunga Persik! Tepat di seberang jalan, Leluhur! Yang terbaik di kota!"

"Terlalu banyak bunga," balas Zhu Lao. "Aku mau yang itu."

Dia menunjuk ke sebuah penginapan kecil, lusuh, dan tampak kokoh bernama

"Penginapan Kuda Tidur".

Mereka berlima masuk. Pemilik penginapan, seorang pria kurus dengan kumis seperti tikus, sedang menghitung koin tembaga di belakang meja. Dia mendongak, melihat kelompok itu, dan wajahnya langsung masam.

Satu kakek tua pemalas. Satu pemabuk yang bau (Tao Lin). Satu raksasa bodoh (Shen Hu). Dan dua remaja yang tampak seperti gelandangan (Li Xian dan Mu Qing).

"Penuh," kata pemilik penginapan itu dengan cepat, kembali menghitung koinnya. "Tidak ada kamar. Pergi ke seberang jalan."

Li Xian hendak memprotes, tapi Zhu Lao hanya menghela napas. Itu adalah helaan napas yang dalam dan lelah, seolah-olah berurusan dengan orang bodoh adalah beban terbesar di alam semesta.

Zhu Lao tidak mengatakan apa-apa. Dia hanya melihat pemilik penginapan itu.

Dia tidak melepaskan aura. Dia tidak menggunakan Qi. Dia hanya menatapnya dengan tatapan Kaisar Dewa Semesta—tatapan yang telah melihat bintang-bintang lahir dan mati, tatapan yang mengandung bobot kehampaan abadi.

Pemilik penginapan itu membeku. Jari-jarinya berhenti bergerak. Koin tembaga jatuh dari tangannya.

Tiba-tiba, dia merasa seolah-olah seluruh dunia telah runtuh menimpanya. Dia tidak bisa bernapas. Dia tidak sedang ditatap oleh seorang kakek tua dia sedang dihakimi oleh Surga itu sendiri. Keringat dingin membasahi dahinya.

"Maksudku..." pemilik penginapan itu tergagap, suaranya gemetar. "Penuh... penuh dengan... kamar-kamar terbaik kami yang baru saja kami siapkan! Untuk tamu-tamu terhormat seperti Anda!"

Dia membungkuk begitu rendah hingga kepalanya hampir membentur meja. "Lima... lima kamar terbaik! Gratis! Sebagai permintaan maaf karena saya tidak segera mengenali Anda, Tuan Abadi!"

Zhu Lao mendengus. "Aku benci barang gratis. Merusak harga diri." Dia merogoh sakunya dan melemparkan sebuah ingot (mata uang) perak kecil ke atas meja. Suaranya lebih keras dari yang diperlukan. "Lima kamar. Dan halaman belakang untuk anak besar itu memanggang ubinya. Dan air panas. Dan jangan ganggu aku."

"Ya! Ya! Tentu saja!" Pemilik penginapan itu bergegas mengambil kunci.

Sesaat kemudian, mereka berada di halaman belakang yang tenang. Penginapan itu ternyata cukup nyaman.

"Baiklah," kata Zhu Lao, meregangkan punggungnya. "Waktunya istirahat."

"Latihan malam, Zhu Lao?" tanya Li Xian, penuh harap.

"Tentu," kata Zhu Lao. "Shen Hu, buat api. Panggang ubi. Aku ingin satu yang pas."

"Siap, Zhu Lao!"

"Li Xian," Zhu Lao menunjuk ke dinding bata halaman. "Dinding ini jelek. Penuh retakan. Temukan semuanya. Laporkan padaku besok pagi." Li Xian menghela napas. "Ya, Zhu Lao."

"Tao Lin." "Ya, Leluhur!" Tao Lin melangkah maju, gemetar karena antisipasi.

"Anggur Osmanthus yang kau sebutkan tadi," kata Zhu Lao. "Aku ingin mencobanya sekarang. Pergi."

Mata Tao Lin berbinar seolah-olah dia baru saja diberi artefak. Diberi tugas pribadi oleh Leluhur! "Saya... saya akan segera kembali!"

Dalam sekejap, Tao Lin seorang Master Pedang Ranah Raja yang ditakuti melompat ke atap dan menghilang, berlari lebih cepat daripada kuda mana pun, hanya untuk mengambil sebotol anggur untuk majikan barunya.

Akhirnya, Zhu Lao menoleh ke Mu Qing. Gadis itu berdiri diam di sudut, mengamati.

"Dan kau," kata Zhu Lao.

Dia merogoh jubahnya yang kotor dan mengeluarkan cangkir porselen tempat dia minum 'Embun Beku' tadi. Entah bagaimana dia membawanya dari gudang. Cangkir itu kotor karena debu dan sidik jarinya.

"Utangmu," katanya, menyerahkan cangkir itu. "Ini kotor. Cuci. Aku mau itu berkilau saat aku bangun besok."

Zhu Lao berbalik, masuk ke kamarnya, dan menutup pintu. Terdengar suara dia menguap, lalu suara dengkuran pelan.

Mu Qing dibiarkan berdiri di halaman, di bawah sinar bulan. Di satu sisi, Shen Hu sedang menyalakan api. Di sisi lain, Li Xian sedang menempelkan wajahnya ke dinding, menghitung retakan.

Dia, Mu Qing, calon pengantin politik yang melarikan diri dari salah satu sekte terkuat, kini berdiri memegang cangkir teh kotor milik seorang kakek tua.

Di tempat lain di kota, di gudang anggur yang gelap dan dingin, genangan air kecil mulai terbentuk di sekitar kaki patung es Fan Jian.

Tetes.

Tetes.

Sebuah jari di dalam balok es itu berkedut.

1
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
ttap extra semangaaat yaa💪
Yanka Raga
oke Thor 👍👌
Yanka Raga
😎😍
Yanka Raga
😍😎
Yanka Raga
😎😍
Yanka Raga
😍😎
Yanka Raga
awal dari usaha tekad yg kuat
😍💪
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
truslah pd tekad yg kuat Li Xian
💪
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
🤩😎
Yanka Raga
😎🤩
Yanka Raga
huahaaa , , , kutivator puncak tertinggi tersedak rasa cabai 🤭
Yanka Raga
cabe2an kaliee 😆🤭
Yanka Raga
🤩😎
Nanik S
Alur dan cerita yang bagus
Nanik S
Gurunya keren sekali
Nanik S
Li Xian Koki dapur yang Gagal
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!