Trauma masa lalu mengenai seorang pria membuat gadis yang awalnya lemah lembut berubah menjadi liar dan susah diatur. Moza menjadi gadis yang hidup dengan pergaulan bebas, apalagi setelah ibunya meninggal.
Adakah pria yang bisa mengobati trauma yang dialami Moza?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 10 DJ Cantik
Memang benar apa yang dikatakan Laras, kecantikan Moza tersembunyi karena tidak pernah dandan. Sekarang setelah Una make over habis-habisan, ternyata Moza sangatlah cantik. "Wow, kamu cantik sekali," puji Una.
"Terima kasih ya Kak, sudah mau membantu aku," ucap Moza sembari memeluk Una.
"Sama-sama. Pokoknya mulai sekarang kamu sudah menjadi Moza yang baru, balaskan semua rasa sakit kamu kepada orang-orang yang sudah menyakiti kamu dengan cara kamu menjadi orang sukses," seru Una.
"Iya, Kak."
Setelah belanja dan merubah diri ke salon, mereka pun memutuskan untuk kembali ke rumah Laras dan Rico. Kedua pasangan suami istri itu sampai kaget melihat perubahan Moza. "Tuh 'kan, apa kata aku, kamu itu cantik banget," puji Laras.
"Terima kasih Kak, berkat Kak Laras dan Kak Rico aku jadi semangat lagi hidup," ucap Moza.
"Sama-sama. Malam ini kamu siap-siap, karena malam ini adalah malam pertama kamu bekerja sebagai DJ," seru Laras.
"Siap, Kak," sahut Moza penuh semangat.
Malam pun tiba....
Malam ini Moza memakai rok mini dan atasannya kaos ngetat. Untuk pemula, dia belum siap kalau harus tampil terlalu terbuka dan Laras serta Rico memahami itu. Awal mula semua pengunjung tampak bahagia kedatangan DJ baru yang sangat cantik.
Moza mulai beraksi, dan di malam pertamanya itu Moza mendapat saweran banyak. Moza tidak perlu takut dan khawatir akan pria-pria yang mendekatinya karena Una dan bodyguard yang lainnya sudah siap untuk menjaga Moza. Secantik dan seseksi seorang DJ, tidak akan ada yang berani mendekati Moza apalagi sampai pegang-pegang.
"Moza.....Moza......!" suara teriakan itu menggema membuat Moza semakin semangat dan bahagia.
"Anak itu memang punya bakat terpendam," seru Rico.
"Iya, Mas. Kita buat dia menjadi orang besar dan terkenal supaya tidak ada lagi orang yang berani merendahkan dia," sahut Laras.
Waktu pun berjalan dengan cepat, waktu sudah menunjukan pukul 01.00 dini hari dan Moza selesai menghibur para pelanggan di bar itu. Moza membawa banyak uang, orang yang datang ke bar itu bukan kalangan bawah semuanya kelas atas bahkan pengusaha. Di kamarnya, Moza sangat kaget melihat tumpukan uang hasil saweran.
"Astaga, uangnya banyak sekali aku baru lihat uang sebanyak ini," ucap Moza tidak percaya.
"Pelanggan sampai suka sama kamu, Moza. Aku yakin kamu akan menjadi primadona di sana," sahut Una.
"Kak Una, ambil saja uang yang kakak mau gak apa-apa atau kita bagi dua saja," seru Moza.
"Jangan, itu uang hasil kerja keras kamu. Lagipula aku tidak butuh uang kamu, gaji aku saja sudah lebih dari cukup, uang itu kamu simpan saja di ATM dan kumpulin untuk masa depan kamu," sahut Una.
"Ya, ampun terima kasih ya, Kak." Moza kembali memeluk Una.
"Sudah berapa kali kamu ucapkan terima kasih. Sudah ah jangan terima kasih mulu, oh iya satu yang aku pinta dari kamu," ucap Una.
Moza melepaskan pelukannya. "Apa, Kak?" tanya Moza.
"Aku minta kamu jangan pernah minum-minuman beralkohol dan merokok, aku tidak mau kamu menjadi gadis yang terlalu bebas. Penampilan kamu boleh seksi tapi jangan pernah kamu melakukan dua hal itu," pinta Una.
"Siap, Kak," sahut Moza dengan senyumannya.
***
3 bulan kemudian....
Waktu pun berjalan dengan sangat cepat, dalam waktu 3 bulan nama Moza sudah melejit mengalahkan artis-artis papan atas. Bahkan saat ini Moza sedang viral sebagai DJ cantik. Setiap malam, bar itu tidak pernah sepi pengunjung dan Moza juga selalu mendapatkan saweran yang banyak setiap malamnya.
"Hebat kamu Moza, omset bar ini setiap malamnya selalu naik dan itu berkat kamu," puji Rico.
"Syukurlah kalau begitu, semoga setiap malam selalu rame," sahut Moza.
"Kamu memang gadis pembawa keberuntungan, Moza," seru Laras.
"Ah, Kakak terlalu berlebihan," sahut Moza dengan senyumannya.
Dalam waktu singkat, Moza menjadi Ratu di bar itu. Bahkan Moza sudah banyak mendapatkan job undangan dari bar-bar mewah lainnya di seluruh Indonesia. Laras dan Rico tidak pernah mempermasalahkan itu, asalkan jadwalnya diluar jadwal bar milik Laras dan Rico.
Di satu sisi, Eva sangat terkejut dengan berita viral akhir-akhir ini. "Ini serius si Moza anaknya Papa Rahman?" gumam Eva sedikit kesal.
"Kamu kenapa sayang? kok cemberut kaya gitu?" tanya Mama Diah.
"Ma, lihat deh. Sekarang si Moza sudah jadi DJ terkenal loh," sahut Eva sembari memperlihatkan ponselnya.
"Serius ini si Moza? kok kayanya beda?" seru Mama Diah.
"Ya, jelaslah beda karena sekarang dia sudah banyak uang makanya dia bisa merawat diri," sahut Eva.
"Kok bisa ya, dia jadi seperti itu? memangnya dia belajar dari mana?" seru Mama Diah tidak percaya.
"Jangan-jangan, ada Om-om yang sudah menolong dia dan menjadikan dia seperti itu. Ih, jijik banget lihat penampilannya saja sekarang kaya gitu kaya pelacur saja," hina Eva.
"Pastilah dia ditolong Om-om, atau mungkin dia jadi simpanan Om-om. Miris sekali hidup dia, demi bertahan hidup dia rela menjual diri seperti itu," sahut Mama Diah.
"Kalian sedang ngomongin apa?" tanya Papa Rahman yang membuat keduanya kaget.
"Pa, lihat deh kelakuan anak Papa," adu Eva sembari memperlihatkan ponselnya.
Rahman sampai membelalakkan matanya, dia tidak menyangka jika anaknya berubah drastis seperti itu. "Kenapa Moza seperti ini?" geram Papa Rahman.
"Pasti dia sudah menjual diri Pa, memalukan sekali," ucap Eva.
"Bisa-bisanya dia seperti ini, bikin malu saja," geram Papa Rahman.
"Bisa jadi dia sudah menjadi simpanan Om-om, Pa. Kalau dilihat dari penampilannya, dia terlihat seperti anak nakal," ucap Eva terus memprovokator Papanya.
Rahman mengepalkan kedua tangannya. Dia benar-benar emosi melihat penampilan putrinya yang berubah drastis seperti itu. Padahal dia tidak sadar, jika Moza seperti itu karena ulah dia sendiri.
Moza semakin semangat, uang yang dia kumpulkan pun sudah sangat banyak. Bahkan untuk sekedar beli rumah dan mobil pun, Moza sudah mampu. Tapi Laras melarang Moza untuk membeli rumah, karena Laras ingin Moza tetap tinggal bersama dirinya.
"Sepertinya minggu depan kita harus liburan, untuk merayakan kesuksesan kamu," ucap Rico.
"Betul itu, aku setuju," sahut Laras.
"Liburan ke mana?" tanya Moza.
"Kamu maunya ke mana?" Laras balik bertanya kepada Moza.
Moza tampak berpikir, dari dulu ada satu tempat yang ingin dia datangi dan itu merupakan negara impian dia. "Aku ingin ke Finlandia, Kak," sahut Moza.
"Kenapa kamu ingin ke sana?" tanya Laras.
"Karena dari dulu aku sering lihat di media sosial, negaranya sangat bagus dan nyaman jadi aku ingin ke sana," sahut Moza.
"Ok, minggu depan kalian siap-siap kita akan liburan ke Finlandia," ucap Rico.
"Yeayyyy....."
Semuanya sangat bahagia, dan Moza sangat pantas mendapatkan kebahagiaan itu.
