Menjadi tak terkalahkan mungkin itu tujuan seorang pendekar mereka dengan berbagai cara dalam mencapai puncaknya, namun kesaktian dimiliki bukanlah segalanya.
Di tanah Jawa Dwipa lahir seorang pendekar yang dibekali dengan tubuh kesatria suci salah satu tubuh istimewa yang setiap pendekar ingin membangkitkan nya.
Mampukah dia menjadi pendekar terkuat di dunia persilatan dan bisa membasmi kejahatan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dede Cahya Agung, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembalinya Patih Ajidarma
Percakapan dipondok senopati Lingga masih terus berlangsung.
"Jadi tuan senopati juga mendengar nya?" Tanya Maheswara.
"Iya" jawab senopati Lingga, "Tuan Patih Ajidarma pernah membicarakan nya dengan ku"
"Dia adalah seorang yang sangat terobsesi dengan tubuh ksatria suci itu" Sahut sang tabib.
Keduanya menoloeh sang tabib mendengar perkataan nya. Dan berkata senopati Lingga
"Jadi paman tabib juga mengetahuinya?" tanyanya.
"Tentunya tuan senopati dan karena obsesinya itu pula alasan dia meninggalkan istana" Jawabannya.
Senopati Lingga menganggukan kepalanya dan terdiam, namun beda halnya dengan Maheswara dia tidak pernah mengenal dengan orang yang disebut keduanya.
Akhirnya dia memberanikan diri berbicara terdengar, "Maap tuan, siapa yang kalian sebutkan? tanyanya.
Senopati Lingga menoleh kemudian ia mengerti kenapa Maheswara menanyakan nya, "Prabu Ramajaya memiliki adik yang bernama Ajidarma, tapi beda dengan prabu Ramajaya, ia lebih memilih meninggalkan pemerintahan dan lebih senang mengembara untuk menambah kesaktiannya, namun prabu Ramajaya menempatkan nya diposisi Kepatihan walaupun ia menolak dengan terpaksa ia mengikuti kehendak prabu Ramajaya, Namun pertemuannya dengan Jayapati dan mendapatkan informasi tubuh kesatria suci ia jadi terobsesi untuk membangkitkan nya. Dan tepat setelah Prabu Surasesa naik takhta ia mengundurkan diri dan pergi meninggalkan kerajaan Ramapala"
Maheswara menganggukan kepalanya da setelah mendengar cerita yang belum diketahui sebelumnya.
Suasana menjadi hening setelah mereka tidak berbicara dan masuk kedalam pikiran masing-masing.
*****
Patih Ajidarma menghentikan langkah kakinya"Jadi ini, markas persembunyian mereka"
Dia melanjutkan langkah kakinya tampak dua prajurit mencegatnya "Siapa kisanak?" tanya salah satu prajurit.
Patih Ajidarma tersenyum "Siapapun diriku aku tidak punya urusan dengan kalian"
Dia menghentakkan kakinya ke tanah dan melayang melewati kedua prajurit tersebut.
"Ada penyusup" Teriak salah satu prajurit sembari mengejar Patih Ajidarma.
Patih Ajidarma mendaratkan kakinya di tengah-tengah.
Tidak lama kemudian Patih Ajidarma sudah di kepung oleh para prajurit.
"Tangkap dia" Teriak salah satu dari mereka.
Patih Ajidarma kembali tersenyum lalu mengeluarkan aura kekuatan yang menekan semua orang yang ada ditempat itu.
Beberapa prajurit yang tidak memiliki ilmu tenaga dalam langsung berlutut
"Siapapun dirimu, jangan sombong dimarkas kami" Senopati Abiyasa berjalan menghampiri orang bertopeng.
"Aku datang dengan baik-baik anak muda, Tapi mereka ingin meyerangku" Sahut Patih Ajidarma.
"Aku tidak peduli, Siapapun yang membuat keributan dimarkas ini, Harus aku tangkap"
"Hahaha, Cukup bernyali juga kamu anak muda"
"Apanya yang lucu"
"Tidak ada, aku hanya ingin tertawa saja"
"Dasar aneh"
Senopati Abiyasa memasang kuda-kuda dia siap menyerang dengan sebilah pedang.
Semua prajurit mundur dari lingkaran.
"Bagus aku ingin melihat seberapa kuat senopati Ramapala" Sahutnya.
"Baiklah jika kamu memaksa"
Keduanya pun terlibat dalam pertarungan yang sengit.
Senopati Abiyasa dengan gerakan demikian cepatnya ia menebaskan pedangnya mengarah ketubuh Patih Ajidarma.
Namun seberapa pun cepatnya serangannya, Patih Ajidarma tanpa kesulitan menghindari setiap serangan
"Tebasan pedang kamu masih lemah, sehingga memberikan beberapa celah kepada lawan" Katanya.
Senopati Abiyasa mengernyitkan dahinya.
"Jangan menggurui aku" Jawab Senopati Abhiyasa
Namun semakin sering orang bertopeng memberikan penilaian terhadapnya. Membuat matanya terbuka ia segera tersadar siapa orang yang hadapannya.
Dia menghentikan serangannya dan segera berlutut.
"Maapkan anakmu yang tidak menyadari kehadiranmu" Sahutnya pelan penuh penyesalan.
Patih Ajidarma menarik nafas panjang dan perlahan membuka topeng.