Inayah Ayudia seorang gadis polos berusia 21 tahun, menjadi sekretaris dari seorang Pimpinan Perusahaan Property terbesar di kota Jakarta, bernama Ibrahim Arsenio Cipta berusia 28 tahun.
Karena keseringan bersama, lama kelamaan antara Bos dan Sekretaris itu saling membutuhkan satu sama lain. Akankah tumbuh perasaan cinta diantara mereka, dan apakah hubungan mereka berjalan dengan mulus ketika ada perbedaan status sosial?
Mampukah Inayah yang berasal dari keluarga sederhana masuk kedalam kehidupan seorang Ibra yang berlimpah dan bergelimang harta. Simak kisah mereka ya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon RizkiTa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Cokelat Salah Alamat
Ridwan tersenyum geli melihat sebatang cokelat kemasan ungu yang berada di tangan nya,
tuh anak sehat nggak sih? apa-apaan nitipin cokelat segala.
Lalu Ridwan meraih ponselnya yang berada di atas meja, mengambil foto cokelat tersebut dan mengirimkannya ke Ibra dengan sebuah pesan,
Thanks ya untuk cokelatnya. sweet banget sih lo.
Pesan terkirim namun Ibra belum membukanya.
Sementara itu, Inayah tidak langsung naik ke atas, ia turun ke bawah, ke lantai dasar, dan keluar dari gedung perusahaan lalu duduk ditaman kecil yang masih berada dilingkungan gedung itu.
"Panasnya," ucapnya, bagaimana tidak saat itu sudah jam 3 sore, tapi matahari masih sangat terik menyinari dengan gagahnya. Lalu Inayah mengambil ponselnya, membuka lagi pesan dari laki-laki yang bernama Riki itu, kemudian menyimpan kontaknya dengan nama Bang Riki. Inayah mulai mengetik pesan untuknya,
Maaf Bang Riki, kemarin aku salah ketik, aku kira siapa. ternyata kamu, kapan kamu tiba di Jakarta?
Tak menunggu lama, Riki langsung membalas pesan dari Inayah, dan mereka pun saling berbalas chat
Bang Riki
Aku udah seminggu di Jakarta, bagaimana kalau sore ini kita bertemu apa kamu bisa? kirim alamat tempat kerjamu ya, biar aku jemput kamu.
Inayah
Nanti aku kabari lagi, aku belum tahu bisa atau enggak.
Bang Riki
Kenapa? karena bos posesif mu itu?
Inayah
Ah bukan, jika pekerjaan ku masih banyak, kita tunda aja bagaimana jika sabtu ini?
Bang Riki
Boleh, tapi aku maunya hari ini. aku rindu, banyak yang ingin ku bicarakan soal kelanjutan hubungan kita. apa masih ada kesempatan untukku?
Inayah
Baiklah Bang, aku kabari nanti.
Tak lama kemudian, masuk chat dari,
Yasmin
Ina, kamu dimana? ngobrol yuk kalau kamu senggang. dan Inayah membalas,
Ya boleh, kebetulan aku sedang di taman kecil di samping gedung perusahaan ayo kesini.
Beberapa menit kemudian Yasmin datang menghampiri Inayah dan duduk di sebelahnya. dan membuka kemasan cokelat "kamu mau?" Inayah tersenyum saat Yasmin menyodorkan cokelat itu ke dirinya.
"Boleh," kemudian mereka menikmati cokelat tersebut berdua.
"Kenapa kamu senyum-senyum?" Tanya Yasmin.
"Ah iya cokelat ini dari Pak Ibra tadi ya, tapi karena Mas, eh Pak Ridwan nggak suka cokelat, jadi dia ngasih ke aku." Mendengar penjelasan Yasmin, Inayah tertawa cekikian.
"Kok malah ketawa kamu?"
"Yang pertama, karena kamu keceplosan bilang Mas Ridwan, sepertinya hubungan kalian udah lebih dari sekretaris dan atasan ya, hihi." Yasmin menunduk malu.
"Iya, terus yang kedua?" tanya Yasmin lagi.
"Ehm, sebenarnya cokelat itu... Pak Ibra ngasih ke aku, tapi karena aku lupa memindahkan dari tumpukan berkas itu, jadinya ya nggak sengaja terikut saat aku nyerahin tumpukan map ke Pak Ridwan," jelas Inayah.
"Oh ya? Pak Ibra semanis itu kah? aku nggak nyangka, atau jangan-jangan dia suka sama kamu Na." Entah kenapa Yasmin begitu senang mendengar apa yang diucapkan Inayah barusan.
"Ah nggak mungkin, paling dia ngasih itu karena merasa bersalah," Jawab Inayah,
"Bersalah kenapa?"
"Ah panjang ceritanya, kamu ingatkan mantan pacarku yang namanya Riki, yang pernah aku ceritakan ke kalian, tadi pagi dia chat aku ngajak ketemu, kebetulan ponselku lagi sama Pak Ibra eh, malah dia yang balas," Sambil mendengar jawaban Inayah, sekilas Yasmin melirik ke arah ponsel yang berada dalam genggaman Inayah.
"Tunggu, tunggu. ini ponsel baru?" Tanya Yasmin.
"What? Ina ini harganya...."
"Ssstt, ini dibelikan Pak Ibra setelah dia menghancurkan ponselku." Jawabnya.
"Ponselmu dihancurkan? kok bisa,"
"Panjang ceritanya,"
"Ayolah cerita Ina," Inayah menghela nafas, ia tak bisa menolak permintaan Yasmin.
Dan akhirnya ia menceritakan semuanya bahkan kejadian di apartemen Ibra, hingga ia di belikan ponsel baru, dan terjawab sudah mengapa sore itu tiba-tiba panggilannya terputus saat ketiga sahabatnya itu mengira Inayah sedang dalam bahaya. Inayah juga menceritakan bahwa Ibra memintanya untuk menjadi teman.
Kini tak ada lagi rahasia diantara kedua sahabat itu. Mereka sudah tahu satu sama lain, dan mereka saling bercerita bagaimana si Bos memperlakukan mereka, namun sepertinya Yasmin lebih beruntung karena Ridwan mempunyai sikap yang lembut dan tak pernah berkata kasar.
***
Ibra masih berada dalam ruangan nya, ia tak habis pikir kenapa Inayah malah memberikan cokelat itu kepada Ridwan.
Dasar aneh, jika itu wanita lain atau karyawan-karyawan lain yang berada diiantai bawah aku perlakukan seperti itu, pasti mereka sudah hampir pingsan menerima cokelat pemberianku. namun si Inayah? malah mengalihkannya kepada orang lain.
Ibra merasa kesal seperti laki-laki yang tak berharga di mata Inayah, lalu ia mencari nama Inayah dikontak dalam ponselnya, namun ia tak menemukannya.
"Loh kok nggak ada?" sekilas ia mengingat bahwa ia menyimpan nomor sekretarisnya itu dengan nama Si Cengeng, Ibra pun tersenyum dan melakukan panggilan, tak menunggu waktu lama, panggilan langsung tersambung.
--- dalam panggilan ---
"Dimana kamu?"
"Di taman sebelah gedung,"
"Cepat keruanganku, jangan buat aku menunggu terlalu lama,"
"Apa ada hal penting Mas?"
"Ya, ini sangat penting."
--- Panggilan berakhir ---
"Yasmin maaf aku ke atas dulu ya, sepertinya suasana hati si Bos sedang nggak baik," Inayah segera bangkit dari kursi taman itu.
"Pasti mau bahas cokelat tuh, haha." Jawab Yasmin yang juga ikut bangun dari kursi.
"Ah bisa jadi, tapi tadi katanya hal penting, mungkin ada yang harus dikerjakan,"
Mereka masuk ke gedung secara bersama dan berpisah di lantai lima.
Sesampainya diruangan,
"Ada apa Mas Ibra?" Inayah menghampiri Ibra yang sedang duduk di sofa.
"Duduk," perintahnya, lalu Inayah duduk di sebelah Ibra.
"Kamu.. cokelat yang aku kasih, kenapa bisa ada di Ridwan?" pertanyaan Ibra membuat Inayah tersenyum cengir.
"Ah itu sebenarnya, nggak sengaja Mas." Jawab Inayah.
"Tapi sepertinya kamu sudah menikmati cokelat itu ya?" Ibra memperhatikan sudut bibir Inayah ada sedikit noda cokelat tertinggal disana.
Ibra mendekatinya dan semakin dekat, membuat Inayah menghindar, menggeser mundur kepalanya karena Ibra semakin mendekatkan wajahnya ke wajah Inayah, lalu menghapus noda cokelat di bibir itu dengan ibu jarinya. "Seperti anak kecil, belepotan,"
"Ah, ini ya, i-iya Mas, aku udah makan cokelatnya tadi sama Yasmin." Lalu Inayah mundur perlahan, menjauhkan dirinya dari Ibra, dan jantungnya berdegup tak karuan.
"Yasmin?" tanya Ibra mengerutkan dahinya.
"Ya,"
"Ah pasti Ridwan__"
"Ya memang, Yasmin mendapatkan cokelat itu dari Pak Ridwan," Inayah memotong kalimat Ibra, lalu Ibra tersenyum dan menggeleng.
"Ya walaupun awalnya cokelat itu salah alamat, tapi tetap kamu menikmatinya kan?" Kata Ibra lalu mengambil lagi sebungkus cokelat lain nya.
"Kali ini, aku yang akan berbagi denganmu," Ibra membuka kemasan cokelat itu, dan menyodorkan ke mulut Inayah.
***
Bersambung...
Ah enaknya makan cokelat bersama, pasti rasanya tambah manis. 🤔🤔🤔
kerja apapun
mSak tidur di jam kerja
dan LG Inayah ini gak ada sopan2 nya sama atasan
wajar Ibra bilang gak tau diri