Seri Kelanjutan dari Novel PENGUASA BENUA TERATAI BIRU. Bagi yang ingin menyimak cerita ini dari awal, silakan mampir di penguasa Benua Teratai Biru 1, dan Benua Teratai 2.
Dunia Kultivator adalah jalan menuju keabadian yang merupakan jalan para dewa. Penuh dengan persaingan, pertentangan dan penindasan.
Kisah ini menceritakan sosok Qing Ruo, pemuda yang memiliki takdir langit sebagai seorang penguasa. Sosok yang awalnya di anggap lemah, di hina dan hidup dalam penindasan.
Bagaimana kisahnya. Simak perjalanannya menjadi seorang penguasa.
Penulis serampangan.
Yudhistira.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yudhistira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
30. Kemunculan Heian Bai dan Dalu Rong.
Tidak lama kemudian tampilan sosok Na Mu berubah menjadi sosok Luo Zhao, membuat Bing Wu dan kedua prajurit itu semakin ketakutan.
" Na Mu, aku akan melepaskanmu..." ucap Qing Ruo santai.
" Te-terima kasih tuan," ucap Na Mu terbata-bata, mengubah panggilannya pada Qing Ruo dengan hormat, tanpa menyadari wajahnya kini telah berubah menjadi Luo Zhao..
" Sekarang giliranmu!" ucap Qing Ruo santai, menghampiri Bing Wu yang terluka parah.
" Tu-tuan aku-"
" Plak..." tamparan keras mengenai wajahnya.
" Bicara yang tegas..." ucap Qing Ruo dingin.
" Tuan Luo Zhao, aku tidak mau menjadi seperti Na Mu..."
Kata-kata Bing Wu membuat Na Mu yang tidak menyadari perubahan pada wajahnya begitu heran.
" Saudara apa maksud mu?" tanya Na Mu heran.
" Jika kamu bicara lagi, aku akan merobek tubuhmu!" ucap Qing Ruo dingin. Membuat Na Mu langsung terdiam.
" Bing Wu, kamu juga tidak memiliki hak bicara, apalagi untuk melakukan tawar-menawar padaku..." sambil menembakan rantai jiwa dan segel tanda dewa. Tidak hanya itu, Qing Ruo melakukan hal yang sama pada kedua prajurit yang tidak berkutik di sudut ruangan.
" Pulihkan diri kalian, setelah itu, perlakukan Na Mu seperti apa yang telah kalian lakukan padaku sebelumnya..."
" Ba-baik tuan..." ucap Bing Wu dengan cepat, sambil mengeluarkan rantai perak dan mengikat Na Mu.
" Saudara, apa ini?" tanya Na Mu sambil berusaha untuk melawan.
" Plak...plak.." suara tamparan dan pukulan keras Bing Wu mengenai wajahnya.
" Na Mu, kamu sudah tidak memiliki hak untuk berbicara, jadi diam!" ucap Bing Wu dengan tegas, membuat Na Mu terdiam.
" Baj***n, kamu telah mengkhianati persahabatan kita. Kamu benar-benar-"
" Plak..." tamparan keras Qing Ruo merontokkan giginya.
" Jika kalau bicara lagi, aku akan menarik lidahmu!" sambil mengawasi kedua prajurit yang sedang berusaha memulihkan diri, lalu duduk pada kursi dengan tenang, memeriksa pengetahuan yang dia serap dari Na Mu sebelumnya.
" Apa," Qing Ruo membatin dengan wajah kecewa, karena informasi yang dia serap, menghilang.
Di alam bawah sadarnya, pada dinding giok putih raksasa, tempat dia menyalin semua pengetahuan Na Mu, satu persatu lenyap, tersapu cahaya emas yang tiba-tiba muncul dan menghisap tulisan tersebut.
" Apakah ini cahaya ilahi yang menjaga rahasia para dewa agar pengetahuan mereka tidak di ketahui orang lain, atau karena cahaya emas dalam tubuhku yang masih begitu sedikit?" Qing Ruo membatin, sambil memeriksa informasi yang maaih tersisa.
****
Satu kilo meter dari kereta besi yang terus bergerak itu, dua pasang mata yang terus menjaga jarak, mengawasi pergerakannya dengan seksama.
" Saudara Dalu Rong, sebentar lagi kereta sampai. Apakah kita juga akan ikut hingga mereka tiba di penjara?" tanya Heian Bai.
" Aku rasa demikian, karena kita harus memastikan keadaannya," jawab Dalu Rong.
" Lalu apa alasan kita melakukannya?"
" Saudara tenanglah, aku yang akan berbicara," ucap Dalu Rong.
" Baik," jawab Heian Bai sambil terus bergerak mendekati kereta besi hitam itu.
****
Kereta besi.
Dua prajurit yang bertugas sebagai kusir, terus mengarahkan kereta menuju kawasan terlarang gunung Api Langit, yang dijadikan sebagai penjara militer, tanpa mengetahui kekacauan yang yang terjadi di dalam kereta sedikitpun.
Mereka berbincang-bincang dengan santai, hingga dikejutkan dengan kedatangan dua sosok yang tiba-tiba muncul di sisi mereka.
" Je-jenderal Dalu Rong, Heian Bai," ucap kedua prajurit itu menyambut kedatangan dua sosok itu dengan terbata-bata.
" Prajurit, apakah benar ini kereta yang membawa prajurit Luo Zhao?" tanya Hean Bai.
Kedua prajurit itu saling berpandangan, lalu menatap Heian Bai dan Dalu Rong dengan gugup.
" Be-benar Jenderal..."
" Baik," jawab Dalu Rong lalu duduk di sisi prajurit itu, diikuti oleh Heian Bai yang duduk di sisi lainnya.
" Jenderal, ini...?" tanya prajurit itu ragu.
" Kami di minta jenderal besar untuk ikut mengawasi dan memastikan keadaan prajurit Zhao sebelum di masukan ke dalam penjara..." jawab Dalu Rong santai, membuat kedua prajurit itu menjadi semakin gugup.
" Mengapa kalian begitu gugup. Apakah kalian telah melakukan sesuatu padanya?" tanya Heian Bai.
" Ti-tidak Jenderal..."
" Oh baguslah, karena jika terjadi sesuatu padanya, maka kalian juga akan ikut bersamanya," ucap Dalu Rong.
" Oh tidak," ucap kedua prajurit itu membatin dan mulai gelisah.
Tiba-tiba tempat itu menjadi sunyi. Yang terdengar kini hanya desauan angin yang menerpa wajah mereka.
" Je-jenderal," ucap salah satu prajurit dengan ragu.
" Bicaralah..." ucap Heian Bai.
" je-jenderal, kami hanya memukulnya, tetapi tidak sampai melukainya.." sambil menundukan kepala.
" Apa!" ucap Dalu Rong murka.
" Siapa yang memberi perintah kepada kalian untuk melakukannya?" tanya Heian Bai murka.
" Ti-tidak ada Je-jenderal, kami..."
" Walaupun prajurit Luo Zhao bersalah, Tetapi dia adalah seorang pahlawan yang patut kalian hormati!" ucap Heian Bai kesal sambil menampar kedua prajurit itu.
" Keterlaluan," ucap Dalu Rong yang juga tidak ketinggalan mendaratkan pukulannya.
Kedua prajurit itu hanya terdiam, tanpa berani melawan sedikitpun. Bahkan jika Dalu Rong dan Heian Bai memotong lidah mereka. Di hadapan dua semi abadi tingkat lima tidak ubahnya seperti semut dihadapan gajah. Namun bukan itu yang membuat mereka terdima, tetapi seluruh anggota klan mereka juga akan ikut menjadi korban.
" Katakan apa alasan kalian melakukan tindakan kurang ajar itu!" teriak Heian Bai dengan kemarahan yang menyala.
" Je-jenderal, kami hanya main-main saja..."
" Oh, main-main. Baik, aku akan melayani kalian. Sekarang patahkan kaki kalian sendiri!"
" Ta-tapi jenderal....?"
" Sekarang!" ucap Heian Bai dingin.
" Krark... krark..." suara retak muncul bersamaan dengan ringisan kesakitan.
" Sekarang, tangan kalian!" ucap Dalu Ron dingin, membuat kedua prajurit itu meneteskan air mata.
" Jika kalian berani bersuara, aku akan memotong lidah kalian!" ucap Heian Bai dingin.
" Krark... krark..." suara retakan sekali lagi terdengar.
" Bagus. Jika kaliam berani memulihkan diri, kalian akan merasakan akibatnya," sambil meminta prajurit itu mengarah kereta.
" Jenderal, cukup!" ucap Qing Ruo yang menyamar menjadi Na Mu tiba-tiba muncul di sisi Heian Bai yang masih murka.
" Cukup? Apakah kamu juga ingin menjadi pahlawan yang membela kejahatan seorang prajurit yang tidak bermoral ini?" menatap Qing Ruo dengan kesal.
" Jika saudara Heian Bai berkenan, mari kita bicarakan di dalam kereta, dan biarkan mereka bekerja." Sambil menatap kedua prajurit yang kini hanya bisa menundukkan kepala tersebut.
" Saudara? Na Mu, sejak kapan kami menjadi saudaramu? Kamu harus memberikan penjelasan padaku!" ucapnya kesal, sambil membawa Dalu Rong ke dalam kereta besi hitam tersebut.
Kedua prajurit pembawa kereta menatap kepergian Heian Bai dan Dalu Rong dengan menghempaskan nafas panjang, tanpa berani memulihkan dirinya.