Ryo Seorang Idola Boy Band yang merupakan pewaris utama Rumah sakit terbesar di negara yang sedang menikmati masa puncak karirnya sebagai Idola. Ia yang dikagumi kaum hawa bak seorang pangeran pujaan selalu bermain dengan gadis manapun yang mau menyodorkan tubuhnya untuk ia nikmati.
Ciuman dengan seorang gadis biasa yang ia temui saat menari balet, membuatnya merasakan hal yang berbeda. Menemukan adanya seorang gadis yang tak mengidolakan bahkan membencinya, membuat Ryo seakan tertantang.
Penasaran dengan gadis yang menolaknya membuat Ryo justru larut dalam perasaan yang membuatnya merasakan namanya kerinduan.
Namun dihati sang gadis, justru terpatri nama Bams yang merupakan sahabat Ryo. Bams yang justru tak menyadari perasaan sang gadis justru hanya merasa kasihan pada gadis malang itu.
Novel vol.1 telah tamat. Sekarang berlanjut pada vol.2 dimana banyak terungkap hal mengejutkan!
Menguji kembali cara Ryo, Aira, Bams & Kiky mencintai pasangan mereka masing masing
CARAKU MENCINTAIM
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafila Asda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kecemburuan Bams
“aku punya ide!” ucap Ryo saat break.
“saat lagu bait terakhir, sebelum drum.. itu kan hanya musik! Gimana kalau Aira melakukan spin?” ucap Ryo pada koreografer
Aira yang mendengar itu, tak mampu menutup mulut. Sang koreografer pun melirik ke arah Aira yang menganggap tidak mungkin bisa ia lakukan.
“trust me, she can!” ucap Ryo menepuk bahu koreografer sambil berjalan menuju Aira yang duduk berseberangan.
Ia menarik Aira untuk berdiri. Ia memberi contoh gerakan pada musik itu.
“ai.. coba kita lakukan gerakan pada bait terakhir!” pintanya
Musik pun dimainkan. Mereka berdiri berdekatan menunggu lagu itu menuju bait yang diinginkan Ryo.
“kamu apa apaan?” bisik Aira
“kamu pasti bisa!” ucap Ryo
“disana ada Bams lho!” bisik Ryo lagi
Aira melirik kesal padanya. wajahnya benar benar di tekuk menatap Ryo. Sedang Ryo hanya menaikkan alisnya.
Bams melihat ada sesuatu antara Ryo dan Aira. ia melihat ekspresi Aira yang terlihat sangat kesal pada Ryo, membuatnya terus berpikir jika diantara mereka memang ada sesuatu
Gerakan dance mulai dilakukan, saat pada musik yang ditentukan. Aira melakukan spin dengan sempurna dan indah. Ia merasa melakukan balet saat itu. Saat penutup Ryo meraihnya dan memeluk Aira dengan mesra. Aira bersimpuh dalam pelukan Ryo seolah melepas nafas terakhir
“waaahhhh... perfecto .. perfecto” ucap sang koreografer bertepuk tangan berjalan ke arah mereka berdua sedang Ryo masih memeluk erat Aira.
“lepasin” bisik Aira pada Ryo.
Dan semua yang disana bertepuk tangan. Aira tersenyum lebar mendengar itu semua. Ryo ikut tersenyum melihat Aira melakukan itu. ia tahu, dalam diri Aira masih menginginkan balet.
“semangat!” yel mereka bersama. Dan bertepuk tangan. Aira merasa terharu dengan semua itu.
Dulu Aira hanya menyaksikan mereka latihan. Hari ini ia telah menjadi salah satu dari mereka.
Saat makan siang Ryo tidak bisa menemukan Aira sama sekali. Ia juga tidak melihat Bams. Ryo mulai curiga. Ia menghubungi Aira. Tapi tidak diangkat. Ryo menghubungi Bams dan Diangkat!
“ya?” jawab Bams
“loe dimana?” tanya Ryo
“makan!” jawab Bams
“sama?” Ryo bertanya lagi karena curiga Aira yang menghilang dari sana
“sendiri!” ucap Bams bohong. Saat itu ia melihat ke Aira yang makan bersamanya di atap.
“ya udah!” Ryo menutup teleponnya
Ryo pergi ke lantai empat. Ia terus menghubungi Aira. Saat itu ia masuk ke ruang loker. Ia mendengar suara telpon Aira terdengar di dalam loker miliknya
“sudah ku duga!” ucap Ryo mematikan panggilan.
Ia berjalan malas menuju lift. Ryo melihat nomor lift. Lift turun dari lantai paling atas. Ia melihat ponsel sementara menunggu. Ingin menulis pesan, tapi ia tahu Aira tidak membawa ponselnya.
‘ting’ suara lift terbuka.
“ketangkap kamu!” ucap Ryo melihat apa yang ia lihat didalam lift
Aira kaget mendengar kata kata Ryo
*
*
Sebelumnya...
“kamu kok gak pernah bilang kalau suka ngedance!” tanya Bams saat mereka menuruni anak tangga dari atap
“sebenarnya bukan ngedance, waktu itu aku cuma coba coba aja” jawab Aira santai
“Ryo?” Bams menyebut kenapa Ryo bisa tahu
“heh?” ekspresi Aira langung berubah
“kok Ryo tau kamu bisa?” tanyanya lagi
“kamu inget kasus mona?” Aira menyebutnya.
“hem!” jawab Bams
Mereka sampai di depan lift. Bams menekan tombol turun
“waktu itu Ryo pulang malam. Aku ketangkap sama dia saat ngedance sendiri” ia menunduk mengingat itu. bagaimana tidak, Aira masih mengingat apa yang Ryo lakukan.
Bams teringat. Waktu itu Ryo sering pulang malam dan membahas soal ketemu hantu. Raut wajah Bams seketika berubah. Pintu lift terbuka. Mereka masuk bersama. Bams menekan tombol enam dan empat.
Aira melihatnya melakukan itu dan menoleh ke Bams
“aku mau ketemu Bu Della bentar” alasan Bams
“oo..” Aira pun turun sendiri di lantai empat.
Ryo melihat Aira yang membawa tas bekal saat keluar dari lift.
“kamu makan dimana?” tanyanya curiga.
Aira tidak menjawab. Ia hanya menoleh seolah bingung kenapa Ryo menanyakan itu.
Ia mengikuti Aira ke Ruang loker. Ia menunggu Aira keluar dari sana.
“kamu telpon?” tanya Aira yang barusan melihat HP
“kebiasaan buruk mu!” keluh Ryo pada Aira dengan manja
Mereka berjalan bersama menuju ruang latihan.
“kamu minum suplemen yang ku kasih?” tanya Ryo
“hemm..” angguk Aira
Ryo tersenyum. Baru kali ini Aira tidak berkata ‘gak atau tidak’
“aku masih ketawa kalau ingat pagi tadi” lanjut Ryo mengobrol santai sambil berjalan
“kedai?” tanya Aira
“iya..” Ryo ketawa
“kamu apain?” Aira tersenyum dan terkekeh
Baru kali ini mereka terlihat akrab. Ryo terus tertawa. Bukan karena lucu kejadian itu, tapi karena suasana hatinya yang sangat senang.
Melihat Aira dan Ryo yang masuk dengan tertawa bersama. Bams merasakan sesuatu dalam dada. Ia merasa tidak nyaman melihat keakraban Ryo dan Aira. Bams pun hanya diam.
Saat latihan, Ryo dan Aira seperti menemukan kemistri mereka. Bahkan semua orang disana bisa melihat itu dengan jelas. Dalam setiap tarian mereka, tatapan Ryo terasa berbeda pada Aira. Tatapan yang mengisyaratkan pengharapan. Bahkan saat latihan, ketika jemari Aira bermain di tengkuk belakang Ryo, Ryo merasakan desiran berbeda di hatinya. Bukan keingingan bercinta seperti yang ia rasakan pada setiap gadis yang menemaninya, tapi desiran dimana ia merasakan hal lain yang tak pernah ia rasakan pada siapa pun.
Latihan pun akhirnya selesai, Ryo menuggu Aira keluar. Karena ia akan mengantar Aira pulang.
“lo gak pulang?” tanya Boman
“bentar lagi!” Ryo menjawab
Bams saat itu juga belum pulang. Ia masih pura pura memainkan game pada ponselnya.
Ryo mengambil ponsel. “dah selesai?” tanyanya pada seseorang yang ia hubungi
.........
“OK, aku tunggu di depan lift ya?” ucapnya ramah dan menutup telpon
Bams melihat jelas ada senyum kecil tersinggung disisi bibirnya
Ryo sedang dekat dengan seseorang! benak Bams yang memahami seratus persen sahabatnya itu. karena jika ia sedang senang, ia bisa tersenyum, jika moodnya jelek, wajahnya hanya akan datar sepanjang hari.
“wih.. dah punya gebetan dia!” ejek Bams
Ryo mengangkat alis membanggakan diri.
“gue duluan!” ia pergi dari sana
Bams penasaran. Siapa yang ditunggu Ryo. Ia pergi ke lantai atas. Saat sampai di lantai atas. Bams melihat dari sebuah ruang yang berdindingkan kaca. Dari sana dapat terlihat ruang lobi lantai itu dimana Ryo menuju lift
Ryo masih berdiri di lobi depan lift. Tiba tiba Aira datang dan Ryo langsung mendekat. Ryo langsung bicara dengan Aira. pintu lift terbuka. Ryo mempersilakan Aira untuk masuk duluan. Mereka pun menghilang. Melihat semua itu Bams jadi khawatir!
“makasih!” ucap Aira akan turun dari mobil
Ryo melepas seat belt.
“gak usah ngantar aku!” pinta Aira yang melihat Ryo akan turun dari mobil
“kamu udah ngantar sampai depan gedung gini.. gak perlu nganter ke dalam” pintanya lagi
“gapapa” jawab Ryo
“Serius, aku gak papa” pinta Aira
“besok gak usah pagi pagi berangkatnya. Ntar ku jemput jam 7” ucap Ryo sebelum Aira keluar dari mobil
Aira hanya melihat Ryo sejenak. Tidak menolak, tidak juga menerima.
“ai...!” panggil Ryo lagi ketika Aira keluar
“hem?” Ryo mengangguk meminta Aira mengiyakan
Aira hanya tersenyum kecil dan menutup pintu mobil. Ia berjalan menuju tangga gedung itu.
Ryo masih berada disana. Ia menunggu sampai Aira benar benar masuk ke dalam. Ia melihat tempat Aira. lampunya masih belum menyala karena Aira masih berdiri di tangga. Ia belum naik karena masih berpikir. Ia mulai merasa perhatian Ryo terlalu berlebihan.
Ryo menyukaiku? Tidak Aira tidak... Benaknya bersandar di tembok tangga.
Ryo masih melihat tempat Aira yang belum terlihat menyalakan lampu, ia turun dari mobil. Tapi setelah itu lampu tempat Aira terlihat menyala. Ia pun membatalkan niatnya. Ia melihat ke jendela. Berharap Aira melihatnya sejenak. Tapi tidak sama sekali.
Mungkin dia langsung istirahat. Pikir benak Ryo. ia pun pergi dari tempat itu.
\~\~\~\~\~\~\~\~\~\~
Terima kasih buat yang baca novel ini..
Tinggalkan jejak seperti memberi like setiap episodenya ya.. luangkanlah sejenak menyentuh tombol 👍
dan! jangan lupa jadikan novel author favorit ya..
terima kasih buat yang udah meninggalkan komentar, karena bikin author sangat semangat menulisnya..
Author juga sangat berterima kasih jika ada yang memberi secangkir kopi atau sekuntum mawar.. hehehe
love you all